Utang Luar Negeri Bank Indonesia Melonjak, Tembus 427,5 Miliar Dolar AS per Januari 2025
- Selasa, 18 Maret 2025

JAKARTA - Utang luar negeri (ULN) Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan di awal tahun 2025. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa total ULN per akhir Januari 2025 mencapai 427,5 miliar dolar AS, mengalami kenaikan sebesar 5,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 406,79 miliar dolar AS.
Peningkatan ini cukup mencolok mengingat tren ULN dalam beberapa tahun terakhir sempat mengalami fluktuasi, bahkan penurunan di beberapa periode. Namun, lonjakan terbaru ini mengundang pertanyaan mengenai faktor yang mendorong peningkatan tersebut serta bagaimana dampaknya terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Komposisi Utang Luar Negeri Indonesia
Baca JugaHarga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Naik Lagi, Cek Rinciannya di Sini
Berdasarkan data Bank Indonesia, utang luar negeri Indonesia terdiri dari beberapa komponen utama, yakni ULN Pemerintah, ULN Bank Indonesia, serta ULN Swasta.
1. ULN Pemerintah
ULN pemerintah tercatat sebesar 204,79 miliar dolar AS, mencerminkan sebagian besar dari total utang luar negeri nasional. Pemerintah biasanya menggunakan dana pinjaman luar negeri untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur, sektor kesehatan, pendidikan, serta mendukung program pemulihan ekonomi nasional.
2. ULN Bank Indonesia
Sementara itu, ULN Bank Indonesia tercatat sebesar 28,34 miliar dolar AS. Kenaikan utang ini biasanya berkaitan dengan upaya BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta intervensi di pasar keuangan guna memastikan likuiditas tetap terjaga.
3.3 ULN Swasta
ULN sektor swasta mencapai 194,39 miliar dolar AS. Pinjaman luar negeri ini umumnya digunakan oleh perusahaan nasional untuk ekspansi bisnis, investasi di sektor industri strategis, serta membiayai operasional yang membutuhkan modal besar.
Penyebab Kenaikan ULN Indonesia
Beberapa faktor utama yang mendorong peningkatan utang luar negeri Indonesia antara lain:
> Kebutuhan Pembiayaan Proyek Strategis Nasional
Pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur, baik jalan tol, kereta api, pelabuhan, hingga fasilitas kesehatan dan pendidikan. Proyek-proyek ini membutuhkan pendanaan besar yang sebagian diperoleh melalui pinjaman luar negeri.
> Dampak Dinamika Global
Situasi ekonomi global yang masih dalam pemulihan pasca-pandemi, ditambah dengan ketidakpastian geopolitik, mendorong pemerintah dan sektor swasta untuk mencari sumber pembiayaan dengan bunga yang lebih kompetitif dari luar negeri.
> Intervensi Bank Indonesia di Pasar Keuangan
Bank Indonesia kerap menggunakan cadangan devisanya untuk stabilisasi rupiah, terutama di tengah tekanan ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar. Namun, ketika kebutuhan likuiditas meningkat, BI juga melakukan pinjaman luar negeri sebagai strategi untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Dampak dan Risiko Peningkatan ULN
Meski peningkatan utang luar negeri bisa menjadi sumber pembiayaan yang mendukung pembangunan, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
- Beban Pembayaran Utang yang Meningkat
Dengan kenaikan ULN, beban pembayaran bunga dan pokok utang juga bertambah. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berdampak pada APBN dan mengurangi ruang fiskal pemerintah untuk membiayai kebutuhan domestik lainnya.
- Ketergantungan terhadap Sumber Dana Asing
Jika utang luar negeri terus meningkat tanpa diimbangi dengan produktivitas ekonomi yang cukup, Indonesia bisa mengalami ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri, yang berpotensi melemahkan kemandirian ekonomi nasional.
- Tekanan terhadap Nilai Tukar Rupiah
Semakin besar ULN, semakin rentan ekonomi terhadap tekanan eksternal, terutama jika dolar AS menguat atau terjadi perubahan kebijakan moneter di negara-negara kreditor utama.
Tanggapan Bank Indonesia
Menanggapi kenaikan utang luar negeri ini, Bank Indonesia menegaskan bahwa struktur ULN Indonesia masih dalam batas aman. “Utang luar negeri Indonesia dikelola secara hati-hati dengan prinsip kehati-hatian dan berkelanjutan. Pemerintah dan Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga keseimbangan dalam penggunaan utang guna mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan risiko fiskal yang berlebihan,” ujar perwakilan BI dalam laporan resmi yang dirilis pada Maret 2025.
BI juga menekankan bahwa mayoritas ULN memiliki jangka waktu panjang, sehingga tekanan terhadap pembayaran dalam waktu dekat dapat diminimalkan.
Peningkatan utang luar negeri Indonesia menjadi sorotan utama di awal 2025, terutama dengan kenaikannya yang mencapai 5,09 persen secara tahunan. Meskipun digunakan untuk membiayai proyek strategis nasional, kenaikan ULN tetap perlu diawasi guna memastikan tidak menimbulkan risiko ekonomi jangka panjang.
Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan terus mengelola utang luar negeri secara bijak dengan memastikan bahwa dana yang diperoleh digunakan untuk investasi yang produktif serta meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

Faizal Candra Rizky Perkasa
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
WIKA Bangun Sistem Air Karian–Serpong, Dukung Akses 1,84 Juta Warga
- Minggu, 19 Oktober 2025
Garuda Indonesia Tunjuk Dua Direksi Asing, Upaya Perkuat Manajemen dan Finansial
- Minggu, 19 Oktober 2025
PTPP Catat Kontrak Baru Tertinggi di BUMN Karya, Lampaui Rp16,68 Triliun
- Minggu, 19 Oktober 2025
Berita Lainnya
OJK Perkuat Perlindungan Konsumen dalam Pembiayaan Multifinance Nasional
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Tren Kenaikan Harga Emas Perhiasan Berlanjut, Cek Harga Terbarunya Hari Ini
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Terpopuler
1.
3.
4.
Hutama Karya Perkuat Bisnis Berkelanjutan Lewat Peta Jalan ESG
- 19 Oktober 2025
5.
Cara Cek Saldo BPJS Ketenagakerjaan Online dengan Mudah
- 18 Oktober 2025