Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan, Bursa Asia Dibuka Menguat

Kamis, 13 Februari 2025 | 13:47:55 WIB
Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan, Bursa Asia Dibuka Menguat

JAKARTA - Pasar saham di Asia dibuka di zona positif pada Kamis 12 Februari 2025,, seiring respon investor terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi. Kenaikan inflasi ini memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memiliki ruang terbatas untuk melakukan pemangkasan suku bunga sepanjang tahun ini.

Indeks Topix Jepang mencatat kenaikan signifikan sebesar 1% dan berada pada level 2.760,78. Indeks Kospi Korea Selatan juga mengalami peningkatan mencolok sebesar 0,56%, mencapai level 2.562,65. Sementara itu, di pasar Australia, indeks S&P/ASX 200 terbuka menguat 0,3% dan berada di level 8.560,70. Tidak ketinggalan, indeks Hang Seng Futures juga menunjukkan penguatan sebesar 1%.

Peningkatan pasar ini sebagian besar dipicu oleh kenaikan harga minyak di AS yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan harga ini menyebabkan para pedagang merevisi prediksi mereka tentang penurunan suku bunga AS. Saat ini, proyeksi menunjukkan bahwa penurunan suku bunga pertama dan satu-satunya untuk tahun ini kemungkinan terjadi pada bulan Desember.

Jerome Powell, Ketua The Fed, menegaskan bahwa meskipun bank sentral telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengendalikan inflasi, perjuangan belum usai. "Lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mungkin akan menjadi sedikit lebih lama," ujar Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management, menegaskan pernyataan Powell. Lebih lanjut, Zentner menyebutkan bahwa “The Fed telah menunggu tanda-tanda jelas bahwa inflasi kembali menurun. Pagi ini mereka mendapatkan kebalikannya. Sampai hal tersebut berubah, pasar harus tetap bersabar mengenai penurunan suku bunga tambahan.”

Menurut laporan terbaru, pengukur bulanan indeks harga konsumen atau inflasi AS naik 0,5% pada Januari, yang merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2023. Sementara itu, inflasi inti—yang tidak termasuk biaya makanan dan energi—mengalami kenaikan 0,4% pada bulan yang sama, angka ini juga lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Secara tahunan, inflasi utama dan inflasi inti tercatat lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom.

Powell menambah penjelasannya bahwa The Fed berencana untuk mempertahankan kebijakan moneter yang bersifat “membatasi untuk saat ini.” Seema Shah dari Principal Asset Management memberikan komentar, “Laporan inflasi hari ini akan membuat pembacaan yang sangat tidak nyaman bagi The Fed. Jika hal ini terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, risiko inflasi mungkin akan menjadi terlalu berat sehingga tidak memungkinkan The Fed untuk menurunkan suku bunganya sepanjang tahun ini.”

Dalam kaitannya dengan pasar Asia, perhatian investor juga tertuju pada sejumlah data yang akan dirilis pada hari ini. Di antaranya termasuk harga produsen Jepang dan keputusan suku bunga di Filipina. Belum lagi pengumuman terkait data pasokan uang dari China yang bisa dirilis kapan saja hingga tanggal 15 Februari mendatang. Semua faktor ini dapat mempengaruhi pergerakan pasar selanjutnya.

Di lain pihak, ada kabar politik global yang mungkin turut menarik perhatian dunia. Perdana Menteri India, Narendra Modi, dijadwalkan akan bertemu dengan mantan Presiden AS, Donald Trump, di Gedung Putih pada hari Kamis nanti. Pertemuan ini mungkin akan membahas hubungan bilateral dan kerja sama ekonomi antara kedua negara, yang tentunya dapat berdampak pada dinamika pasar global.

Secara keseluruhan, situasi pasar saat ini menunjukkan ketidakpastian yang cukup tinggi. Dengan inflasi yang terus naik di atas ekspektasi dan langkah-langkah The Fed yang masih harus dinanti, para investor disarankan untuk tetap berhati-hati dalam menentukan langkah investasinya. Kepastian akan kebijakan moneter The Fed dan pengaruhnya terhadap ekonomi global akan menjadi kunci penting bagi pergerakan pasar selanjutnya.

Untuk saat ini, pelaku pasar dan investor global diharapkan terus memantau data inflasi serta pernyataan dari pejabat The Fed. Langkah apa yang akan diambil oleh bank sentral AS ini tentu akan sangat menentukan arah kebijakan ekonomi dunia, yang pada akhirnya akan ikut mempengaruhi bursa saham di seluruh dunia, termasuk Asia.

Sebagai penutup, ketegangan antara stabilitas harga dan dorongan pertumbuhan ekonomi tetap menjadi tantangan utama bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia. Dengan berbagai data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat, pasar akan tetap volatile namun penuh dengan peluang bagi mereka yang dapat membaca arus dengan cermat.

Terkini