JAKARTA - Tindakan terbaru dari BYD, produsen mobil terkemuka di Tiongkok, yang memberikan fitur autopilot gratis di hampir seluruh lini produknya, telah mengguncang pasar otomotif. Langkah ini meningkatkan persaingan dan memicu kekhawatiran di antara rival seperti Xpeng dan Geely Auto. Ketika BYD mengumumkan kebijakan revolusioner ini, saham Xpeng dan Geely dilaporkan mengalami penurunan yang signifikan.
Perubahan Dinamis di Bursa Saham
Pada perdagangan Selasa, 11 Februari 2025, seperti dilaporkan oleh Reuters, saham Xpeng merosot 5,9 persen, menandai penurunan terbesar dalam dua bulan terakhir. Sebaliknya, Geely mengalami penurunan yang lebih tajam dengan 7,2 persen. Di sisi lain, saham BYD yang terdaftar di bursa Hong Kong naik 0,9 persen, menyentuh rekor tertinggi baru. Hasil ini menunjukkan dampak langsung dari langkah strategis yang diambil oleh BYD.
Strategi Baru: Menawarkan Fitur Canggih Tanpa Biaya Tambahan
Mulai Senin, BYD menawarkan 21 model yang dilengkapi dengan sistem bantuan pengemudi canggih yang dikenal sebagai "God's Eye" tanpa biaya tambahan. Model termurah yang menawarkan fitur ini adalah Seagull, dibanderol mulai dari 68.900 Yuan (sekitar Rp155,6 juta). Ini menjadikan kendaraan BYD dengan harga yang sangat bersaing di pasar, menghadirkan tekanan bagi pabrikan lain yang menawarkan teknologi serupa dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Sebagai perbandingan, Tesla menjual kendaraan listriknya dengan teknologi serupa di Tiongkok dengan harga mulai dari 32.000 Dolar AS (sekitar Rp520 juta). Di Amerika Serikat, Tesla mematok biaya tambahan sebesar 8.000 Dolar AS (sekitar Rp130 juta) untuk perangkat lunak Full Self-Driving (FSD), fitur serupa yang hingga kini belum tersedia di Tiongkok.
Pandangan Analis dan Dampak Jangka Panjang
Para analis pasar menilai langkah BYD dapat mengawali perang harga baru dalam pasar kendaraan listrik (EV) Tiongkok yang sudah sangat kompetitif. Langkah murah hati ini memberikan tekanan kepada perusahaan lain seperti Xpeng dan Geely, yang mungkin harus menyesuaikan strategi harga mereka untuk bertahan dalam persaingan.
Seorang analis pasar, Li Ming dari Shanghai Securities Exchange, mengatakan, “Langkah ini oleh BYD adalah strategi jangka panjang yang dirancang untuk mendominasi segmen kendaraan pintar. Ini dapat memaksa pabrikan lain untuk meninjau kembali harga mereka jika ingin tetap kompetitif.”
Investasi Besar pada Teknologi Masa Depan
BYD tidak hanya berhenti pada kebijakan kini; mereka juga berencana menginvestasikan setidaknya 14 miliar Dolar AS (sekitar Rp227 triliun) untuk mengembangkan kendaraan pintar. Investasi besar-besaran ini menunjukkan komitmen BYD terhadap inovasi dan teknologi, mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama dalam industri otomotif global.
Pada Januari 2025, penjualan kendaraan listrik dan hibrida BYD mencapai 296.446 unit, menandai peningkatan 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan tidak hanya popularitas meningkat tetapi juga efisiensi strategi pemasaran BYD dalam menjangkau konsumen.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Dengan peyerapan fitur autopilot yang cepat, tantangan terbesar BYD adalah mempertahankan kualitas dan keandalan teknologi mereka sembari memenuhi lonjakan permintaan. Namun, jika berhasil, ini bisa menjadi keuntungan jangka panjang bagi perusahaan dalam hal pengembangan merek dan relasi pelanggan.
“BYD mengambil langkah berani yang tidak hanya akan mengubah aturan permainan di Tiongkok, tetapi juga dapat setting tren global baru dalam industri otomotif,” tambah Li Ming.
Dengan menawarkan teknologi canggih seperti autopilot secara gratis, BYD tidak hanya mendemonstrasikan kepemimpinan dalam inovasi tetapi juga meneguhkan posisinya sebagai ancaman serius bagi pesaing di pasar yang menjanjikan ini. Sukses atau tidaknya strategi ini akan terungkap saat industri bergerak menuju masa depan yang lebih tersebar dan inovatif.