Menuju Keberlanjutan, Transisi Energi Indonesia Diharapkan Mencapai Target Net Zero Emisi pada 2060

Senin, 09 Desember 2024 | 14:08:37 WIB
Menuju Keberlanjutan, Transisi Energi Indonesia Diharapkan Mencapai Target Net Zero Emisi pada 2060

BANDUNG - Pemanasan global dan perubahan iklim yang saat ini mengancam dunia tidak terlepas dari maraknya penggunaan energi fosil berbasis hidrokarbon. Energi ini, yang meliputi batu bara, minyak bumi, dan gas alam, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Sekilas, tampaknya sulit memahami bagaimana gas-gas ini berperan dalam meningkatkan suhu bumi, namun penjelasan dari pakar Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan pencerahan.

Menurut Prof. Ir. Sanggono Adisasmito, MSc, PhD, IPU, ASEAN Eng, yang menjabat sebagai Kepala Pusat Pemanfaatan Karbon Dioksida dan Gas Suar ITB sekaligus Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITB, karbon dioksida adalah gas penyerap inframerah. "Karbon dioksida dilepaskan oleh bumi dan diserap oleh atmosfer, yang kemudian menyebabkan peningkatan suhu atau efek rumah kaca," ujarnya saat memberikan Kuliah Umum Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) di Auditorium SBM ITB, di Kota Bandung.

Dalam upaya menahan laju pemanasan global, transisi energi dari sumber fosil menuju energi terbarukan menjadi langkah esensial. Prof. Sanggono optimis bahwa dengan transisi energi, Indonesia dapat mengejar target Net Zero Emisi pada tahun 2060. Ia menambahkan, "Hal ini dimulai dengan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti biodiesel dan bioetanol."

Menghadapi kenyataan mengerikan di mana tanpa perubahan, bumi mungkin mengalami peningkatan suhu hingga 5 derajat celsius dibandingkan era pra-industri pada akhir abad ini, percepatan dalam penggunaan energi terbarukan menjadi sangat krusial. Sejauh ini, sebagian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia telah berusaha beralih dari batu bara ke biomassa meski baru mencapai 2 persen, sebagai bagian dari langkah awal menuju energi hijau. Selain itu, penggunaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan panel surya juga diidentifikasi sebagai alternatif bagi pengggunaan batu bara.

Komitmen terhadap peningkatan penggunaan energi terbarukan ini juga terlihat dari rencana pemerintah untuk meningkatkan penggunaan sawit dalam biodiesel dari 35 persen menjadi 40 persen tahun depan. "BBM akan menjadi lebih ramah lingkungan," tambah Prof. Sanggono, mengacu pada kebijakan pemerintah.

Kuliah umum ini juga bertujuan untuk memotivasi mahasiswa Program Profesi Insinyur ITB agar dapat menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan memiliki wawasan luas, ungkap Ir M Agus Kariem, ST, MT, PhD, IPM, Kepala Sub Direktorat PSPPI. "Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PSPPI menyelenggarakan Kuliah Umum yang dipaparkan oleh tokoh dari berbagai kalangan seperti pemerintahan, instansi, profesional, akademisi, maupun dunia usaha," ujarnya.

Pada acara yang menghadirkan kurang lebih 300 peserta baik secara langsung maupun daring ini, materi tidak hanya disampaikan oleh Prof. Sanggono, tetapi juga oleh Dr. rer nat Ir. R Mohammad Rachmat Sule, ST, MT, Dosen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Ia membahas upaya dekarbonisasi di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).

Acara yang merupakan Kuliah Umum PSPPI Ke-4 untuk Semester I 2024/2025 ini dibuka oleh Prof. Dr. Ridwan Sutriadi, Direktur Pendidikan Non Reguler ITB, dan juga dihadiri oleh Muhammad Hariadi Setiawan, Direktur PT LAPI ITB. PT LAPI ITB adalah salah satu mitra utama dalam bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat di ITB.

Upaya transisi energi di Indonesia bukanlah sekadar langkah teknikal tetapi menjadi bagian dari solusi global dalam menjaga keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang. Sebagai negara dengan sumber daya yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam transisi energi hijau di kawasan Asia Tenggara, mencapai stabilitas iklim, dan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau masa depan.

Terkini

Literasi Bencana Kunci Jepang Minimkan Korban Tsunami

Senin, 08 September 2025 | 13:54:20 WIB

Kemendag Evaluasi Kebijakan Impor Demi Daya Saing

Senin, 08 September 2025 | 13:54:15 WIB

Kementan Dorong Swasembada Gula Lewat Dukungan Petani

Senin, 08 September 2025 | 13:54:09 WIB

SIM Keliling Jakarta Permudah Warga Perpanjangan Hari Ini

Senin, 08 September 2025 | 13:54:00 WIB

Kemenag Tingkatkan Akses KIP Kuliah 2025

Senin, 08 September 2025 | 13:53:50 WIB