Moldova sedang menghadapi krisis energi besar yang memaksa negara untuk mengambil langkah tegas. Parlemen negara tersebut telah menetapkan daerah-daerah di bawah status darurat nasional sebagai tindakan responsif terhadap potensi pemutusan pasokan gas oleh Rusia yang direncanakan berlaku pada 1 Januari 2025. Sebanyak 56 dari 101 anggota parlemen Moldova mendukung keputusan ini dalam pemungutan suara yang dilaksanakan pada tengah malam, Kamis, 12 Desember 2024, menandakan dimulainya era darurat selama 60 hari efektif 16 Desember 2024.
Inisiatif darurat nasional ini dirancang untuk memberikan kekuasaan kepada pemerintah guna bertindak dengan cepat menghadapi situasi kritis ini. Selain itu, tindakan ini bertujuan mengakhiri praktik yang dianggap sebagai "pemerasan gas" oleh Rusia. Melalui keadaan darurat, pemerintah Moldova diberdayakan untuk mengekang ekspor energi dan mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.
Moldova hingga saat ini menerima gas alam dari Rusia melalui jalur Ukraina. Namun, kontrak transit dengan Gazprom, raksasa gas asal Rusia, telah dihentikan dan dijadwalkan berakhir pada 31 Desember 2024. Kondisi ini memicu ketidakpastian pasokan gas terbaru bagi Moldova. Sejak tahun 2022, telah ada kesepakatan antara Transdniestria dan pemerintah pusat yang mengatur bahwa seluruh gas Rusia yang diterima Moldova akan dialirkan ke daerah Transdniestria.
Perdana Menteri Moldova, Dorin Recean, secara langsung menuduh Rusia sengaja mengganggu pasokan gas ke Transdniestria dalam upaya mengacaukan stabilitas di Moldova. "Presiden Rusia Vladimir Putin ingin membiarkan penduduk Transdniestria tanpa gas dan listrik serta menyandera mereka. Moskow melakukan ini untuk mengacaukan situasi di Moldova," katanya dalam sebuah wawancara yang dilansir oleh Reuters.
Transdniestria merupakan wilayah yang memisahkan diri tanpa pengakuan internasional dan sangat bergantung pada ekonomi berbasis gas Rusia. Kawasan ini juga memasok sebagian besar listrik yang dibutuhkan wilayah yang dikuasai oleh pemerintah pusat di Moldova. Menanggapi krisis yang mengancam ini, wilayah Transdniestria telah mendeklarasikan status darurat ekonomi mereka sendiri sejak Selasa, 11 Desember 2024.
Solusi untuk memasok gas dari Rusia ke Transdniestria melalui rute alternatif saat ini sedang dipertimbangkan. Rute ini melibatkan saluran pipa TurkStream yang menuju Turki, dilanjutkan melalui Bulgaria dan Rumania. Namun, keandalan solusi tersebut patah dikhawatirkan karena Gazprom tengah menuntut Moldova melunasi utang pasokan sebelumnya, yang menurut pihak Rusia mencapai angka 709 juta dolar AS. Negosiasi antara Moldova dan Gazprom sejauh ini belum menemukan titik terangnya.
Dalam situasi saat ini, Moldova berupaya keras untuk menemukan sumber energi alternatif dan memperkuat keamanan energi domestiknya. Langkah ini, meskipun diambil di bawah tekanan besar, menekankan kembali kedaulatan dan ketahanan bangsa Moldova dalam menghadapi tekanan geopolitik dari Rusia. Perhatian kini tertuju pada strategi Moldova untuk mengamankan pasokan energi dari sumber alternatif, mempercepat langkah transisi energi, dan mempertimbangkan sumber daya energi terbarukan guna memastikan stabilitas energi dalam jangka panjang.
Krisis ini kembali menegaskan pentingnya kemandirian energi di tengah dinamika politik regional yang kerap tidak stabil. Moldova dan Transdniestria harus bekerja sama mendiversifikasi sumber energi untuk meminimalkan dampak dari ketegangan geopolitik yang kian meningkat. Masyarakat internasional, sementara itu, diharapkan tidak hanya mengamati, tetapi turut mendukung upaya Moldova dalam melewati masa sulit ini demi kestabilan kawasan.
Tingginya tensi geopolitik dan risiko ekonomi akibat potensi pemutusan gas oleh Rusia menjadi tantangan besar bagi Moldova serta menunjukkan perlunya inisiatif proaktif dan kolaboratif dari negara-negara di kawasan ini. Menghadapi situasi yang rumit ini, Moldova diharapkan mampu mengubah krisis menjadi peluang untuk mewujudkan kedaulatan energi yang lebih kuat dan berkelanjutan.