Keterbelakangan Indonesia dalam Daya Tarik Investasi Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Senin, 16 Desember 2024 | 14:15:25 WIB
Keterbelakangan Indonesia dalam Daya Tarik Investasi Energi Terbarukan di Asia Tenggara

JAKARTA - Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan serius dalam menarik investasi di bidang energi terbarukan, menurut laporan terbaru dari BloombergNEF yang dirilis dalam Climatescope 2024 Emerging Markets Power Factbook. Temuan ini memperlihatkan bahwa daya tarik Indonesia untuk investasi energi terbarukan masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara, seperti Filipina, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Laporan tersebut mengevaluasi daya tarik negara-negara berkembang berdasarkan sejumlah indikator, termasuk kebijakan pemerintah, potensi pasar, serta pengalaman dan kapabilitas industri dalam mengembangkan energi terbarukan. Skor untuk setiap negara dirangkum dalam skala 0 hingga 5, yang mencerminkan seberapa siap sebuah negara dalam menerima investasi untuk transisi energi.

Pada tahun 2024, Indonesia hanya mendapatkan skor 2,01 dari 5. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi yang kurang menguntungkan dalam peta investasi energi terbarukan di kawasan. Sebagai perbandingan, skor ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor yang didapatkan oleh tetangga terdekatnya, menunjukkan perlunya perbaikan signifikan dalam kebijakan dan infrastruktur energi terbarukan.

BloombergNEF memberikan skor yang relatif baik kepada Indonesia dalam hal kebijakan pendukung untuk investasi energi terbarukan, yang mendapatkan nilai 3,17. "Indonesia sebenarnya telah memiliki kerangka kebijakan yang mendukung investasi," demikian pernyataan BloombergNEF dalam laporan tersebut. Kebijakan ini, meskipun positif, ternyata tidak cukup untuk mengompensasi kelemahan dalam aspek potensi pasar dan pengalaman industri.

Salah satu aspek yang paling mengecewakan adalah penilaian terhadap potensi pasar di Indonesia yang hanya mencapai skor 0,97. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah yang seharusnya menjadi modal besar dalam pengembangan energi terbarukan, hambatan regulatori dan birokrasi tampaknya masih merintangi minat investor. "Potensi pasar Indonesia sebenarnya sangat besar, namun masih banyak kendala administrasi dan regulasi yang harus diperbaiki," ungkap salah satu analis energi yang tidak disebutkan namanya.

Kondisi diperparah dengan skor yang rendah dalam hal pengalaman dan kapabilitas industri. Dengan skor 0,71, hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengalaman dan infrastruktur dalam mendukung pelembagaan teknologi energi terbarukan di tanah air. Dalam rentang waktu yang krusial untuk transisi ke energi bersih, peningkatan kapasitas tenaga kerja dan transfer teknologi menjadi faktor kunci yang harus menjadi prioritas.

Dalam konteks regional, perkembangan Indonesia terlihat lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang lebih progresif. Filipina, Thailand, dan Vietnam, misalnya, telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam memperkuat daya tarik investasi mereka melalui ragam insentif dan penyederhanaan regulasi yang efektif. Ini menandakan adanya daya saing yang tinggi di wilayah ini dalam memikat investor asing untuk pengembangan energi terbarukan.

Dalam upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi, sejumlah solusi perlu diterapkan di Indonesia. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta dalam proyek-proyek percontohan yang sukses bisa menjadi jalan keluar potensial. Selain itu, memperkuat kapasitas dan keterampilan dalam industri energi terbarukan sangat penting agar Indonesia tidak hanya menjadi penyedia bahan baku, tetapi juga pemain utama dalam rantai produksi dan inovasi energi bersih.

Menarik para investor untuk berkomitmen pada proyek energi terbarukan di Indonesia memerlukan langkah tegas dan konsisten dari semua pihak terkait. Dukungan kebijakan harus diiringi dengan implementasi yang efektif di lapangan, sehingga pasar dapat berkembang sesuai dengan potensi alaminya yang besar. Jika Indonesia dapat mengatasi tantangan ini, bukan tidak mungkin negara ini akan menjadi pusat investasi energi terbarukan utama di Asia Tenggara di masa depan.

Terkini