BGN Dorong MBG Preneur Ciptakan Multiplier Effect Nasional

Senin, 27 Oktober 2025 | 09:32:39 WIB
BGN Dorong MBG Preneur Ciptakan Multiplier Effect Nasional

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini tidak hanya soal penyediaan dapur dan makanan bergizi. 

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Sony Sanjaya menekankan pentingnya keberlanjutan dan dampak ekonomi lokal dari wirausaha yang mendukung MBG, atau yang dikenal dengan istilah MBG Preneur. 

Sony menegaskan, MBG Preneur harus mampu menciptakan multiplier effect di setiap wilayah, sehingga aliran dana dari pemerintah pusat memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat lokal.

Pernyataan tersebut disampaikan Sony usai meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelola oleh Yayasan Prokids Anak Indonesia di Kota Malang.

“Istilah MBG Preneur ini menarik dan inspiratif. Namun, kita tidak boleh berhenti di konsep dapur saja, karena ruang lingkupnya jauh lebih luas,” ujar Sony, dalam keterangan resmi.

Pentingnya Kemandirian Pangan

Sony mengingatkan bahwa keberhasilan MBG Preneur tidak hanya ditentukan oleh operasional dapur, tetapi juga oleh ketersediaan bahan baku lokal. Ia menekankan agar kebutuhan pangan seperti telur, sayur, dan buah bisa dipenuhi dari wilayah masing-masing, bukan bergantung pada pasokan dari luar.

“Kalau menunya telur tapi telurnya dibeli dari luar daerah, artinya uangnya keluar. Malang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan telur, sayur, dan buah dari wilayah sendiri. Inilah inti kemandirian pangan,” jelas Sony.

Pendekatan ini diharapkan bisa membangun ekosistem lokal yang mandiri, sehingga setiap dapur MBG tidak hanya melayani gizi anak-anak, tetapi juga mendukung perekonomian petani, nelayan, dan peternak di sekitarnya.

Ekosistem SPPG di Malang

Di Kota Malang, saat ini baru terdapat 25 SPPG dari kebutuhan 83 unit yang direncanakan. Sony menekankan bahwa perlu perencanaan matang untuk memastikan ketersediaan bahan baku, dari sektor pertanian, perikanan, hingga peternakan, agar dapur MBG dapat beroperasi optimal.

“Kalau di Malang saat ini baru ada 25 SPPG, dan ke depan akan berkembang menjadi 83, maka kebutuhan sayur, ikan, dan bahan pangan lainnya harus dipastikan cukup. Ini harus dirancang sejak awal,” ujar Sony.

Secara nasional, dari total kebutuhan sekitar 30.000 SPPG, baru 10.900 unit yang beroperasi. Sony menegaskan bahwa tantangan ke depan bukan sekadar membangun dapur, tetapi membangun seluruh ekosistemnya agar berjalan selaras, dari hulu hingga penerima manfaat.

MBG sebagai Program Strategis Nasional

Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa MBG merupakan program strategis nasional yang mendapat perhatian langsung dari Presiden.

“Kami memastikan perencanaannya berjalan baik dan manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat. Ini bagian dari upaya membangun ekosistem makan bergizi nasional,” ujar Rachmat.

Menurutnya, implementasi MBG di Kota Malang memiliki potensi besar untuk menjadi model nasional. Rantai pasok dari hulu hingga penerima manfaat harus menjadi satu kesatuan sistem. Peninjauan SPPG hari ini menjadi langkah penting agar model MBG di Malang bisa menjadi contoh sukses.

Sinergi Lintas Sektor

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam memastikan keberhasilan MBG. Ia memastikan pemerintah daerah telah menerapkan standar pelaksanaan dan pembagian tanggung jawab sesuai ketentuan, agar program berjalan efektif.

“SOP sudah diterapkan dengan baik, dan seluruh kelurahan menyambut positif program MBG ini,” kata Wahyu. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat telah merasakan manfaat nyata dari pelaksanaan program tersebut.

“Masyarakat rata-rata sudah menerima manfaatnya, dan dari sisi kualitas gizi, pelaksanaannya juga terjaga,” ujar Wahyu.

MBG Preneur dan Dampak Ekonomi

Dengan konsep MBG Preneur, setiap dapur MBG diharapkan tidak hanya menjadi penyedia makanan bergizi, tetapi juga penggerak ekonomi lokal. Setiap pembelian bahan baku dari petani, nelayan, atau peternak lokal dapat menciptakan multiplier effect, yang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi wilayah.

Sony menegaskan, fokus MBG Preneur adalah keberlanjutan dan kemandirian. Jika dapur MBG mampu menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, maka program ini tidak hanya menyehatkan generasi muda, tetapi juga menguatkan ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah.

Tantangan dan Strategi Ke Depan

Tantangan utama MBG bukan hanya membangun dapur, tetapi membangun seluruh rantai pasoknya agar selaras. Perencanaan yang matang, ketersediaan bahan baku lokal, dan keterlibatan wirausaha setempat menjadi kunci keberhasilan program.

Rachmat Pambudy menekankan bahwa integrasi sistem dari hulu hingga hilir harus menjadi prioritas, agar MBG tidak sekadar program simbolis, melainkan model keberhasilan nasional.

Program MBG melalui MBG Preneur membuka peluang untuk menciptakan dampak ganda: meningkatkan gizi anak dan menggerakkan ekonomi lokal. Dengan strategi yang tepat, Malang bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun ekosistem makan bergizi yang berkelanjutan.

Keberhasilan MBG tidak hanya diukur dari banyaknya dapur, tetapi juga dari kemampuan sistem dalam mendukung kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. 

MBG Preneur menjadi simbol bahwa program pemerintah dapat menyatu dengan potensi lokal, menciptakan multiplier effect, dan menumbuhkan kemandirian pangan di setiap wilayah.

Terkini