Program Listrik Desa Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Pelosok

Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:57:28 WIB
Program Listrik Desa Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Pelosok

JAKARTA - Hampir seluruh desa di Indonesia kini mulai menikmati kehadiran listrik, seiring upaya pemerintah untuk menjangkau wilayah paling terpencil.

Program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) merupakan wujud nyata dari arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk memastikan energi merata bagi seluruh masyarakat. Dengan akses energi yang lebih luas, warga desa kini mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, pendidikan, dan produktivitas ekonomi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya listrik sebagai simbol kehadiran negara sekaligus pemicu perubahan sosial. "Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat," ujarnya.

Program Listrik Desa telah memperluas jangkauan hingga 10.068 lokasi, menambah lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara itu, realisasi BPBL selama periode 2024 telah mencapai 155.429 rumah tangga (RT). 

Periode Januari hingga September 2025, sebanyak 135.482 RT telah menerima sambungan listrik dari target 215.000 RT sampai akhir tahun 2025. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat sekaligus mendorong pemerataan energi, bagian dari upaya mewujudkan keadilan dan kemandirian nasional.

Tantangan Menuju Elektrifikasi Penuh

Meskipun rasio elektrifikasi nasional telah mencapai 99,1 persen, Bahlil menekankan bahwa wilayah yang tersisa merupakan daerah paling sulit dijangkau. Rumah tangga yang tersebar di pulau-pulau terluar dan pedalaman menghadirkan tantangan tersendiri bagi pemerintah. Oleh karena itu, strategi pemerataan energi memerlukan pendekatan yang tepat, termasuk pemanfaatan teknologi listrik terbarukan yang ramah lingkungan.

Transformasi energi juga menjadi fokus utama Kementerian ESDM. Puluhan pembangkit listrik energi terbarukan sudah diresmikan, dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 100 gigawatt terus dikebut. Bahlil menegaskan bahwa pendekatan ini menggabungkan ekonomi dan ekologi dalam pembangunan berkelanjutan. 

"Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan. Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata," imbuhnya.

Manfaat Nyata bagi Warga Desa

Kehadiran listrik membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari warga desa. Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, merasakan manfaat langsung setelah menjadi salah satu penerima BPBL. 

Sebelumnya, keluarganya hanya mengandalkan genset kecil yang memerlukan bahan bakar setiap beberapa jam. Kini, rumahnya terang benderang, anak-anak bisa belajar sampai malam, istrinya menjahit dengan nyaman, dan ia sendiri dapat beristirahat tanpa khawatir.

"Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang," ujar Ruslam.

Hal serupa terjadi di Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak. Warga Elias Inyomusi menikmati listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi. Karena lokasinya yang terpencil, pembangkit EBT menjadi solusi paling efektif untuk menyalurkan energi listrik bagi seluruh rumah. Elias mengenang masa kecilnya yang gelap gulita, ketika mereka harus menyalakan api untuk belajar di malam hari. Kini, listrik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, membuka kesempatan pendidikan dan mempermudah aktivitas rumah tangga.

"Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya anak-anak kami bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita," ungkap Elias.

Komitmen Penuh untuk Masa Depan

Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 100 persen pada 2030, sehingga setiap rumah tangga di Indonesia memperoleh akses listrik. Bahlil menegaskan, setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami kegelapan. Program Lisdes dan BPBL menjadi bukti nyata bahwa pembangunan infrastruktur energi tidak hanya soal teknis, tetapi juga sebagai bentuk kehadiran negara dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dengan energi yang merata, desa-desa di Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk berkembang, meningkatkan produktivitas, kualitas pendidikan, dan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Pemerataan listrik bukan hanya proyek fisik, melainkan fondasi bagi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terkini