JAKARTA - Harga pangan adalah salah satu indikator penting yang mencerminkan kondisi ekonomi sekaligus kesejahteraan masyarakat.
Fluktuasi harga komoditas pangan pokok seringkali menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga konsumen rumah tangga.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) baru-baru ini mengumumkan perkembangan terbaru mengenai harga beberapa komoditas pangan utama di pasar nasional, termasuk cabai rawit merah, bawang merah, beras, dan berbagai bahan pokok lain yang turut mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
Data yang dirilis dari Panel Harga Bapanas pada Senin, 20 Oktober 2025 pukul 09.44 WIT, menunjukkan tren penurunan harga cabai rawit merah secara nasional, dari Rp42.693 per kilogram menjadi Rp39.205 per kilogram.
Penurunan harga cabai ini tentu memberikan angin segar bagi konsumen, mengingat cabai merupakan bahan bumbu yang sangat penting dan digunakan secara luas dalam berbagai masakan khas Indonesia.
Tidak hanya cabai rawit merah, harga bawang merah juga menunjukkan penurunan serupa, dari Rp39.207 per kilogram menjadi Rp37.805 per kilogram.
Bawang merah, sebagai salah satu bahan pokok dapur yang kerap digunakan, penurunan harganya membantu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga yang selama ini terdampak oleh harga yang tinggi.
Pergerakan Harga Beras dan Komoditas Jagung
Selain cabai dan bawang merah, beras yang menjadi bahan pokok utama masyarakat Indonesia juga mengalami penurunan harga walau tipis.
Harga beras premium turun sedikit dari Rp15.916 menjadi Rp15.910 per kilogram, sementara beras medium turun dari Rp13.795 menjadi Rp13.717 per kilogram.
Beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) juga turun dari Rp12.532 menjadi Rp12.431 per kilogram.
Penurunan harga beras ini memberikan indikasi adanya keseimbangan antara pasokan dan permintaan, meskipun masih perlu terus dipantau untuk menjaga stabilitas harga.
Jagung tingkat peternak, yang menjadi bahan baku penting dalam industri pakan ternak, turut mengalami penurunan harga dari Rp6.705 menjadi Rp6.400 per kilogram. Penurunan harga jagung ini bisa saja berkaitan dengan pasokan yang cukup melimpah sehingga menekan harga jual di pasar.
Kondisi Harga Kedelai dan Bawang Putih
Kedelai biji kering impor yang merupakan bahan utama dalam pembuatan produk olahan seperti tahu dan tempe juga mengalami penurunan harga dari Rp10.677 menjadi Rp10.253 per kilogram.
Penurunan ini diharapkan berdampak positif terhadap industri makanan berbasis kedelai serta harga jual produk olahannya ke konsumen.
Namun, berbeda dengan komoditas lain, bawang putih bonggol justru mengalami kenaikan harga, dari Rp37.004 per kilogram menjadi Rp37.284 per kilogram.
Kenaikan harga bawang putih ini menandakan adanya ketidakseimbangan pasokan di pasar, yang mungkin disebabkan oleh faktor produksi atau distribusi.
Harga Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar
Selain cabai rawit merah, harga cabai merah keriting dan cabai merah besar juga mengalami penurunan. Harga cabai merah keriting turun dari Rp56.100 menjadi Rp53.961 per kilogram, sementara cabai merah besar turun dari Rp49.579 menjadi Rp44.059 per kilogram.
Penurunan harga cabai ini berkontribusi pada kestabilan harga pangan dan membantu menekan inflasi pangan yang sering kali disebabkan oleh volatilitas harga cabai yang tinggi.
Fluktuasi Harga Daging dan Telur Ayam
Di sektor protein hewani, harga daging sapi murni turun dari Rp135.548 menjadi Rp129.822 per kilogram, memberikan sedikit keringanan bagi konsumen.
Namun, harga daging ayam ras justru naik dari Rp38.021 menjadi Rp37.287 per kilogram, menandakan adanya variasi pasokan dan permintaan yang berbeda antar jenis daging.
Harga telur ayam ras juga mengalami penurunan dari Rp30.477 menjadi Rp30.145 per kilogram, yang mungkin disebabkan oleh peningkatan produksi telur atau penurunan permintaan sementara.
Pergerakan Harga Gula dan Minyak Goreng
Harga gula konsumsi mengalami kenaikan dari Rp17.967 menjadi Rp18.074 per kilogram. Kenaikan harga gula ini menjadi perhatian penting karena gula adalah salah satu bahan pokok yang banyak digunakan oleh masyarakat luas.
Di sisi lain, harga minyak goreng kemasan turun dari Rp20.894 menjadi Rp20.150 per liter, minyak goreng curah turun dari Rp17.513 menjadi Rp16.977 per liter, dan merek Minyakita turun dari Rp17.443 menjadi Rp17.146 per liter.
Penurunan harga minyak goreng ini memberikan kabar baik bagi konsumen di tengah kebutuhan memasak sehari-hari yang tinggi.
Harga Tepung Terigu dan Komoditas Perikanan
Harga tepung terigu curah turun dari Rp9.712 menjadi Rp9.676 per kilogram, sementara tepung terigu kemasan turun dari Rp12.982 menjadi Rp12.515 per kilogram.
Penurunan harga tepung terigu ini berpotensi menurunkan biaya produksi di sektor industri makanan dan roti, sehingga dapat memberikan efek positif pada harga jual produk akhir.
Harga komoditas ikan pun bervariasi. Harga ikan kembung naik dari Rp42.092 menjadi Rp42.305 per kilogram, ikan bandeng naik dari Rp35.139 menjadi Rp37.824 per kilogram, sementara ikan tongkol turun dari Rp34.885 menjadi Rp38.054 per kilogram.
Fluktuasi harga ikan ini menggambarkan kondisi pasar perikanan yang sangat dinamis, dipengaruhi oleh musim tangkapan dan distribusi.
Harga Garam Konsumsi
Harga garam konsumsi mengalami penurunan tipis dari Rp11.548 menjadi Rp11.280 per kilogram. Penurunan harga garam walau kecil tetap memberi kontribusi terhadap stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat.
Dampak dan Harapan terhadap Harga Pangan
Badan Pangan Nasional melalui pemantauan harga yang dilakukan secara berkala berupaya memberikan gambaran terkini mengenai kondisi pasar pangan di tingkat eceran nasional.
Penurunan harga pada komoditas cabai rawit merah, bawang merah, beras, dan beberapa bahan pokok lainnya diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah.
Namun, adanya fluktuasi harga pada komoditas tertentu seperti bawang putih, gula, dan daging ayam ras menunjukkan bahwa pasar pangan masih rentan terhadap perubahan pasokan dan permintaan yang cepat.
Oleh karena itu, pengawasan yang ketat serta kebijakan yang responsif dari pemerintah dan pelaku usaha menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas harga pangan.
Diharapkan dengan data harga yang transparan dan pemantauan yang konsisten, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola kebutuhan pangan dan pelaku usaha dapat merencanakan produksi dan distribusi dengan lebih efektif.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya menjaga ketahanan pangan nasional demi kesejahteraan bersama.