Hansi Flick di Persimpangan, 4 Krisis Besar Guncang Barcelona

Jumat, 17 Oktober 2025 | 14:30:45 WIB
Hansi Flick di Persimpangan, 4 Krisis Besar Guncang Barcelona

JAKARTA - Awal musim 2025/2026 menjadi periode penuh ujian bagi Hansi Flick di kursi pelatih Barcelona. Setelah awal yang menjanjikan, performa tim mulai menurun drastis menjelang jeda internasional Oktober. 

Dua kekalahan dalam lima hari — masing-masing dari Paris Saint-Germain di Liga Champions dan kekalahan telak 1-4 dari Sevilla di LaLiga — menjadi sinyal kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik layar Camp Nou.

Yang membuat situasi makin ironis, jumlah kekalahan tersebut menyamai total kekalahan Barcelona sepanjang tahun 2025, jika tidak menghitung laga perpanjangan waktu. Padahal, tim sempat tak terkalahkan dalam tujuh pertandingan pertama musim ini. 

Di balik hasil positif itu, ternyata sudah tersimpan gejala yang kini berkembang menjadi empat masalah serius: pertahanan yang mudah ditembus, intensitas pressing yang menurun, lini serang yang kehilangan kreativitas, serta krisis kebugaran yang mengkhawatirkan.

Kini, dengan jeda internasional berakhir, Flick dihadapkan pada tekanan besar untuk menemukan solusi. Ia tak hanya dituntut memperbaiki performa di lapangan, tapi juga menjaga stabilitas ruang ganti yang mulai goyah.

1. Garis Pertahanan Tinggi yang Berbalik Menjadi Bumerang

Musim lalu, garis pertahanan tinggi (high line) menjadi senjata andalan Flick dalam menekan lawan dan menguasai permainan. Namun di musim baru ini, strategi yang sama justru berubah menjadi titik lemah paling jelas.

Tim-tim seperti Rayo Vallecano sudah menemukan cara efektif untuk mengeksploitasi sistem ini. Dengan satu penyerang yang berdiri di posisi offside sebelum berlari ke sisi sayap untuk menerima umpan diagonal, struktur pertahanan Barcelona menjadi kacau. Pola serangan seperti ini kemudian ditiru lawan-lawan lain, termasuk dalam proses gol kedua Sevilla dan gol kemenangan Gonçalo Ramos saat melawan PSG.

Kepergian Inigo Martinez memberikan dampak besar. Bek veteran itu selama ini berperan sebagai pemimpin di lini belakang dan pengatur garis pertahanan. Tanpanya, koordinasi antara bek tengah kerap berantakan, terutama menghadapi bola-bola panjang.

Flick harus menyesuaikan pendekatannya. Pengaturan jarak, komunikasi antar pemain, hingga pilihan untuk menurunkan garis pertahanan di momen tertentu menjadi hal krusial. Jika tidak, Barcelona akan terus kebobolan dengan cara yang sama — melalui celah di belakang garis tinggi mereka sendiri.

2. Pressing yang Kehilangan Taji

Musim lalu, Barcelona dikenal sebagai salah satu tim dengan pressing paling intens di Eropa. Namun musim ini, gaya agresif itu seolah menguap. Lawan-lawan kini lebih leluasa membangun serangan dari lini belakang tanpa banyak tekanan.

Flick tampak frustrasi di pinggir lapangan setiap kali melihat pemainnya telat menutup ruang atau gagal menekan lawan di area berbahaya. Sistemnya bergantung pada keberhasilan merebut bola di sepertiga akhir lapangan. Tanpa pressing yang efektif, ritme permainan Barcelona menjadi berat dan mudah terbuka.

Absennya Raphinha akibat cedera juga memperburuk situasi. Selain sebagai pencetak gol, ia adalah elemen penting dalam sistem pressing Flick. Kini, tanggung jawab itu jatuh kepada Marcus Rashford, Lamine Yamal, dan pemain muda lain yang belum sepenuhnya konsisten dalam menjaga intensitas.

Untuk kembali ke jalur kemenangan, Barcelona harus menemukan kembali “nafas” permainan mereka: energi tinggi dan tekanan konstan yang dulu membuat lawan panik.

3. Peran Nomor 10 yang Belum Menyala

Masalah ketiga datang dari lini tengah serang, tepatnya posisi nomor 10, yang menjadi pusat kreativitas dalam sistem Flick. Sepanjang awal musim, kontribusi dari pemain di posisi ini masih minim.

Dani Olmo dan Fermin Lopez bergantian mengisi peran tersebut, namun keduanya belum mampu memberikan dampak signifikan. Olmo, yang diharapkan menjadi otak serangan, kesulitan menemukan ritme permainan dan sering gagal menembus pertahanan rapat lawan. Sementara itu, kontribusi gol dari area tersebut hanya muncul saat menghadapi lawan yang relatif lemah seperti Getafe dan Valencia.

Masalah semakin rumit setelah Olmo mengalami cedera di jeda internasional. Fermin yang baru pulih dari cedera kini harus kembali diturunkan, meski risiko kelelahan tinggi. Absennya Gavi juga mempersempit pilihan di lini tengah.

Satu-satunya alternatif saat ini hanyalah Dro Fernandez, pemain muda berusia 18 tahun yang masih minim pengalaman di laga besar. Flick perlu segera menemukan keseimbangan baru agar kreativitas Barcelona tidak benar-benar padam di tengah lapangan.

4. Krisis Kebugaran yang Mengancam Stabilitas Tim

Selain masalah taktik dan mental, Flick kini juga harus menghadapi krisis kebugaran yang kian parah. Daftar pemain cedera semakin panjang: Joan Garcia, Gavi, Raphinha, Olmo, dan Robert Lewandowski semuanya masih menepi. Bahkan pemain-pemain yang tetap fit seperti Pedri, Pau Cubarsí, dan Eric Garcia mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Alejandro Balde dan Frenkie de Jong sempat absen di awal musim, menambah tekanan terhadap kedalaman skuad. Jumlah cedera sebanyak ini jarang terjadi di Barcelona pada fase awal musim dalam dua tahun terakhir.

Flick dan tim medis kini harus memutar otak: bagaimana menjaga intensitas permainan tanpa membuat pemain kelelahan? Dalam beberapa laga terakhir, pemain terlihat menurun performanya di 20 menit terakhir — tanda jelas bahwa kebugaran fisik tim tidak seimbang dengan beban taktik yang diterapkan.

Manajemen latihan, rotasi, dan pola pemulihan kini menjadi kunci. Tanpa perbaikan segera, Barcelona berisiko kehilangan momentum di tengah jadwal padat Liga Champions dan LaLiga.

Momen Pembuktian untuk Flick

Empat masalah besar ini bukan sekadar tantangan teknis, tapi ujian identitas bagi Hansi Flick sebagai pelatih kepala Barcelona. Tekanan publik meningkat, media mulai mempertanyakan efektivitas pendekatannya, dan ruang ganti butuh keyakinan baru.

Masih ada waktu untuk memperbaiki situasi. Namun Flick tidak boleh menunggu terlalu lama. Perubahan harus terlihat dalam beberapa laga ke depan, atau Barcelona bisa kehilangan arah sebelum paruh musim tiba.

Kini, semua mata tertuju pada satu sosok: Hansi Flick, pelatih yang datang dengan reputasi besar dan filosofi menyerang. Di tengah badai cedera, masalah taktik, dan sorotan publik, masa depan Barcelona musim ini akan ditentukan oleh kemampuannya menjawab empat krisis yang sedang mengguncang Camp Nou.

Terkini