MUFG Pastikan Prospek Pembiayaan Hijau Asia Tetap Kuat

Jumat, 17 Oktober 2025 | 14:23:59 WIB
MUFG Pastikan Prospek Pembiayaan Hijau Asia Tetap Kuat

JAKARTA - Meskipun Amerika Serikat (AS) menarik diri dari beberapa komitmen perubahan iklim, prospek pembiayaan hijau di kawasan Asia Pasifik tetap positif.

Hal ini disampaikan oleh Colin Chen, Head of Sustainable Finance Asia Pacific MUFG Bank, yang menekankan bahwa perkembangan di AS tidak memengaruhi kebijakan keberlanjutan di wilayah lain. “Dampaknya hanya akan terasa kalau Anda harus menjual produk di AS,” jelas Chen.

Menurut Chen, perusahaan di Asia Pasifik tetap menegaskan target emisi bersih mereka dan memprioritaskan aspek keberlanjutan dalam operasional. Meskipun ada perlambatan tertentu, pencapaian target mitigasi risiko perubahan iklim hingga kesetaraan sosial tetap menjadi fokus utama di kawasan ini. Dengan demikian, pasar pembiayaan hijau di Asia Pasifik masih memiliki prospek cerah karena didorong oleh kebijakan lokal yang konsisten dan komitmen pemerintah maupun sektor swasta.

Pembiayaan Hijau Tetap Menjadi Prioritas

MUFG Bank menegaskan bahwa aspek Environmental, Social, & Governance (ESG) tetap menjadi komponen penting dalam pembiayaan di masa depan. “Di Asia Pasifik, aspek ESG tetap jadi aspek penting di masa depan,” ujar Chen. Hal ini mencakup pinjaman hijau maupun obligasi hijau yang mendukung proyek-proyek ramah lingkungan, mulai dari energi terbarukan hingga infrastruktur yang berkelanjutan.

Chen menjelaskan bahwa meskipun ada perlambatan, hal ini lebih disebabkan oleh sebelumnya pembiayaan hijau banyak digunakan untuk ekspor ke AS, yang kini mengalami penyesuaian kebijakan. Namun, di sisi lain, negara-negara Asia tetap menegaskan target emisi bersih nol mereka, contohnya Indonesia pada 2060 dan India pada 2070. Hal ini memberi sinyal positif bahwa pembiayaan hijau akan terus berkembang karena permintaan untuk mendukung proyek-proyek ramah lingkungan tetap ada.

Peran AS dan Pembiayaan Energi Terbarukan

Walaupun AS mengurangi keterlibatan publik dalam isu keberlanjutan, Chen menekankan bahwa hal tersebut tidak berarti perusahaan sepenuhnya mengabaikan target hijau mereka. “Mereka hanya tidak lagi membicarakan hal itu secara publik dan mereka sangat diam-diam dalam pembiayaan,” jelas Chen. Bahkan, MUFG tetap melakukan sejumlah pembiayaan energi surya di AS, menegaskan adanya aspek hijau yang tetap diperhitungkan dalam bisnis mereka.

Artinya, pembiayaan hijau masih relevan bahkan di pasar yang mengalami perubahan pendekatan, asalkan ada peluang proyek yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tren pembiayaan hijau global memiliki variasi regional, namun tetap memberikan ruang bagi lembaga keuangan seperti MUFG untuk melanjutkan pendanaan proyek energi terbarukan dan berkelanjutan.

Optimisme Meski Ada Perlambatan

Meski pencapaian target hijau sempat melambat, prospek jangka panjang pembiayaan hijau di Asia Pasifik tetap menjanjikan. Chen menegaskan bahwa selama negara-negara di kawasan ini mempertahankan target net-zero, MUFG akan terus melakukan pembiayaan. “Jadi selama target tetap ada, kami akan tetap melakukan pembiayaan,” tegasnya.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembiayaan hijau tidak hanya bergantung pada kondisi eksternal seperti perubahan kebijakan di AS, tetapi juga pada komitmen lokal dan regional yang kuat. Dengan dukungan pemerintah, kesadaran masyarakat, serta integrasi aspek ESG dalam bisnis, pembiayaan hijau di Asia Pasifik tetap menjadi sektor yang berkembang, menarik, dan relevan untuk masa depan.

Kesimpulannya, meski ada tantangan global, fokus pada keberlanjutan, target net-zero, dan komitmen ESG memastikan bahwa pembiayaan hijau di Asia Pasifik tetap memiliki prospek yang cerah. MUFG Bank, melalui pengalaman dan jaringan regionalnya, siap memanfaatkan peluang ini untuk mendukung proyek-proyek hijau, memperkuat ekonomi berkelanjutan, dan memperluas dampak positif pembiayaan ramah lingkungan.

Terkini