Menteri Bahlil Lahadalia Siap Hadiri Pertemuan Energi ASEAN 2025

Selasa, 14 Oktober 2025 | 12:07:29 WIB
Menteri Bahlil Lahadalia Siap Hadiri Pertemuan Energi ASEAN 2025

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Bahlil Lahadalia, dijadwalkan hadir dalam Pertemuan Menteri Energi ASEAN (AMEM) ke-43. 

Acara penting ini akan berlangsung pada tanggal 16 hingga 17 Oktober 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Nama Menteri Bahlil masuk dalam daftar resmi menteri energi ASEAN yang dikonfirmasi hadir. Pertemuan akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia sekaligus Menteri Transisi Energi dan Transformasi Air (PETRA), Datuk Amar Haji Fadillah bin Haji Yusof, yang memegang ketua ASEAN tahun ini.

Kehadiran Menteri Bahlil merupakan bentuk komitmen Indonesia dalam mendorong kerja sama energi di kawasan ASEAN. Dalam forum ini, para menteri energi negara anggota ASEAN akan berdiskusi mengenai berbagai strategi dan kebijakan energi penting untuk lima tahun ke depan.

Isu Strategis yang Dibahas dalam AMEM

Pertemuan Menteri Energi ASEAN ke-43 diselenggarakan di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, menjadi ajang pembahasan isu-isu strategis yang sangat krusial. Pembahasan difokuskan pada Rencana Aksi ASEAN untuk Kerja Sama Energi (APAEC) periode 2026–2030.

APAEC ini menjadi peta jalan energi strategis bagi kawasan ASEAN untuk lima tahun mendatang. Melalui APAEC, negara-negara anggota ASEAN diharapkan bisa berkolaborasi lebih erat dalam mengelola sumber daya energi secara berkelanjutan dan efisien.

Fokus utama diskusi meliputi pengembangan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, serta penguatan infrastruktur energi lintas negara. Hal ini penting untuk mendukung transisi energi menuju penggunaan energi rendah karbon yang lebih ramah lingkungan.

Penandatanganan Nota Kesepahaman Energi Regional

Salah satu agenda penting dalam pertemuan ini adalah penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (MoU) regional utama. Nota kesepahaman tersebut termasuk kerangka ASEAN Power Grid (APG) dan ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA).

Tujuan utama penandatanganan MoU ini adalah memperkuat interkonektivitas energi antarnegara ASEAN. Langkah ini menjadi fondasi penting bagi pengembangan jaringan listrik regional yang lebih terintegrasi dan aman.

Selain itu, MoU ini juga mendukung upaya memajukan transisi energi rendah karbon di kawasan ASEAN. Dengan adanya kerja sama yang solid, ketahanan energi regional diharapkan semakin meningkat sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan energi global.

Inisiatif Pembiayaan dan Kolaborasi Energi Rendah Karbon

Selain membahas kebijakan dan kesepakatan, para delegasi juga akan membahas usulan inisiatif ASEAN Power Grid Financing (APGF). APGF merupakan platform pembiayaan bersama yang dikembangkan dengan dukungan Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia.

Inisiatif ini diharapkan dapat memobilisasi dana lebih dari 12,5 miliar dolar AS untuk mendukung proyek-proyek interkoneksi jaringan lintas batas di kawasan ASEAN. Pendanaan ini sangat krusial untuk mempercepat pembangunan infrastruktur energi yang lebih berkelanjutan.

Selain APGF, pertemuan juga membahas berbagai inisiatif energi rendah karbon regional lain yang melibatkan kemitraan dengan mitra dialog dan organisasi energi internasional. Kolaborasi ini penting untuk memperkuat upaya mitigasi perubahan iklim serta meningkatkan ketahanan energi kawasan.

Rangkaian Pertemuan dan Penghargaan Energi ASEAN

Selain AMEM ke-43, rangkaian pertemuan penting lainnya juga akan diselenggarakan bersamaan. Di antaranya adalah AMEM+3 bersama Tiongkok, Jepang, dan Republik Korea; Pertemuan Menteri Energi KTT Asia Timur ke-19 (EAS EMM); serta dialog dengan Amerika Serikat, Badan Energi Internasional (IEA), dan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA).

Dalam rangkaian acara ini, juga akan diberikan penghargaan untuk pencapaian dan inovasi luar biasa dalam memajukan keberlanjutan energi regional dan transisi rendah karbon. 

Tiga kategori utama penghargaan tersebut adalah ASEAN Coal Awards, ASEAN Energy Efficiency and Conservation Best Practices Awards, dan ASEAN Renewable Energy Awards.

Selain itu, Forum Bisnis Energi ASEAN (AEBF) 2025 akan digelar bersamaan dengan pertemuan tingkat menteri. Forum ini menjadi platform utama bagi para pelaku sektor swasta, investor, pemimpin industri, pemodal, dan pengembang proyek untuk menjajaki peluang kemitraan dalam mempercepat transisi energi di kawasan ASEAN.

Dengan adanya forum ini, diharapkan sinergi antara sektor publik dan swasta semakin kuat. Kolaborasi tersebut sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi pencapaian target energi bersih dan menjaga ketahanan energi di masa depan.

Terkini