Inovasi Kementerian Imipas Tingkatkan Produktivitas Lahan Lapas

Senin, 13 Oktober 2025 | 16:10:03 WIB
Inovasi Kementerian Imipas Tingkatkan Produktivitas Lahan Lapas

JAKARTA - Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) telah meluncurkan program inovatif dengan memanfaatkan 54 persen lahan tidur yang ada di lingkungan lembaga pemasyarakatan (lapas) di seluruh Indonesia. 

Lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan ini kini menjadi area penanaman sayur yang produktif. Program ini tidak hanya bertujuan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia, tetapi juga memberdayakan warga binaan yang tengah menjalani masa hukuman dengan keterampilan baru dan pengetahuan terkait ketahanan pangan.

Langkah ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memberikan pembinaan yang konstruktif di dalam lapas, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pembentukan karakter positif dan kesejahteraan warga binaan selama masa tahanan mereka.

Pentingnya Pembinaan dalam Menjaga Ketertiban Lapas

Menurut Direktur Pengamanan dan Intelijen Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Imipas, Tatan Dirsan Atmaja, pembinaan yang efektif memiliki dampak langsung terhadap keamanan dan ketertiban di lapas.

Dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin, 13 Oktober 2025, Tatan menjelaskan, “Pembinaan yang baik pasti akan berkorelasi positif terhadap kondisi keamanan dan ketertiban di lapas.”

Program pemanfaatan lahan tidur untuk menanam sayur merupakan salah satu bentuk pembinaan tersebut. Dengan memberikan tanggung jawab mengelola lahan pertanian kecil, warga binaan dapat memperoleh pengalaman yang bermanfaat serta belajar mengenai pentingnya ketahanan pangan. 

“54 persen lahan tidur tahanan yang dipakai tersebar di seluruh lapas di Indonesia,” jelas Tatan.

Keterampilan dan Pendampingan Sebagai Modal Warga Binaan

Tidak hanya sekadar menanam sayur, warga binaan juga mendapat pelatihan dan pendampingan secara intensif agar mereka dapat memahami dan menguasai berbagai keterampilan bertani. 

Hal ini dimaksudkan supaya keterampilan tersebut bisa mereka manfaatkan baik selama berada di lapas maupun ketika kembali ke masyarakat.

“Tentunya mereka diberikan bekal keterampilan dan pendampingan, sebelum akhirnya terjun mengolah lahan-lahan untuk produktivitas ketahanan pangan,” ucap Tatan. 

Program ini juga menjadi sarana pendidikan praktis yang efektif bagi warga binaan dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, terutama di tengah kondisi dunia yang kian dinamis.

Pendampingan yang diberikan pun bertujuan membangun rasa tanggung jawab dan kemandirian para warga binaan, sekaligus membuka wawasan mereka tentang potensi produktivitas lahan-lahan yang selama ini terabaikan.

Optimalisasi Lahan Terbuka sebagai Strategi Efektif

Keputusan untuk mengoptimalkan lahan terbuka yang selama ini dianggap tidak produktif menjadi area tanam sayur merupakan strategi yang jitu dalam meningkatkan produktivitas lapas. 

Langkah ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga sosial, dengan melibatkan warga binaan secara aktif dalam kegiatan bermanfaat.

Tatan meyakini bahwa kegiatan produktif seperti ini dapat meningkatkan kondisi keamanan dan ketertiban di dalam lapas. “Keputusan penanaman sayur ini juga dilakukan untuk mengoptimalkan lahan terbuka yang ada. 

Tatan meyakini proyek ini bisa membuat masalah ketertiban di lapas semakin membaik,” tambahnya.

Dengan adanya aktivitas produktif, para warga binaan dapat memiliki fokus positif yang menjauhkan mereka dari potensi konflik dan masalah disiplin yang biasa muncul di lingkungan lapas.

Dukungan Pemerintah untuk Reintegrasi Sosial Warga Binaan

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap program ini. Menurutnya, penanaman sayur di lahan lapas bukan hanya soal ketahanan pangan, melainkan juga bagian dari persiapan warga binaan untuk kembali produktif setelah masa hukuman selesai.

“Pemerintah juga harus hadir untuk warga binaan, khususnya saat mereka sudah kembali ke masyarakat,” kata Yassierli. 

Pernyataan ini menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung proses reintegrasi sosial warga binaan agar mereka dapat kembali hidup produktif dan bermartabat.

Program ini diharapkan mampu memberikan bekal keterampilan kerja yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga warga binaan dapat segera beradaptasi dan mandiri begitu bebas nanti.

Dampak Positif dan Harapan ke Depan

Program ini menunjukkan bahwa pemberdayaan warga binaan melalui pemanfaatan lahan tidur tidak hanya membantu mengurangi angka pengangguran di kalangan eks napi, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih positif dan mandiri. 

Melalui proses pembelajaran dan keterampilan praktis yang diperoleh, warga binaan dapat memperbesar peluang hidup lebih baik.

Lebih jauh, optimalisasi lahan lapas menjadi area produktif ini juga merupakan upaya untuk mendukung ketahanan pangan nasional, yang kini menjadi perhatian utama di berbagai sektor. 

Pengalaman warga binaan mengolah sayur juga dapat menjadi contoh dan motivasi bagi lembaga lain untuk melakukan inovasi serupa.

Harapannya, program ini dapat terus dikembangkan dan diperluas dengan berbagai inovasi, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas dan berkelanjutan.

Pemanfaatan 54 persen lahan tidur di lapas oleh Kementerian Imipas untuk menanam sayur merupakan langkah strategis yang membawa banyak manfaat. 

Tidak hanya dari sisi optimalisasi sumber daya, tetapi juga dari aspek pembinaan dan pemberdayaan warga binaan. Melalui pelatihan, pendampingan, dan kegiatan produktif, warga binaan dipersiapkan menjadi pribadi yang lebih mandiri dan siap kembali berkontribusi positif di masyarakat.

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Menteri Ketenagakerjaan, menguatkan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan fasilitas dan peluang pembelajaran yang tepat bagi warga binaan. 

Program ini menjadi bukti nyata sinergi yang mampu menghadirkan perubahan positif bagi masa depan warga binaan dan lingkungan lapas secara keseluruhan.

Terkini