Kilang Pertamina Internasional Perkuat Ketahanan Energi Nasional dengan Green Refinery

Selasa, 18 Maret 2025 | 14:36:40 WIB
Kilang Pertamina Internasional Perkuat Ketahanan Energi Nasional dengan Green Refinery

JAKARTA  – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus berupaya memperkuat ketahanan energi nasional melalui berbagai strategi bisnis, termasuk peningkatan kapasitas kilang dan diversifikasi sumber energi. Langkah ini diambil untuk mengatasi defisit kapasitas kilang minyak yang masih mencapai 300.000 barel per hari.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas kilang menjadi prioritas utama dalam memastikan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri tetap terpenuhi. “Kalau kilang kan kebutuhan BBM dalam negeri. Nah sekarang kan tantangannya adalah dari sisi kapasitas, kan kita masih defisit? Dari kapasitas itu masih defisit 300.000 barel per hari. Artinya kapasitas kilang masih harus perlu ditingkatkan, tambahannya 300.000 barel per hari minimum,” ujar Taufik.

Pengembangan Green Refinery Berbasis Biofuel

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, KPI menargetkan pengembangan kilang hijau (green refinery) berbasis biofuel. Ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar sekaligus meningkatkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan.

Taufik menekankan bahwa penggunaan bahan baku berbasis bio, seperti minyak kelapa sawit (CPO), harus lebih agresif untuk kebutuhan domestik. “Kita mungkin sekarang sudah nggak usah ini lagi lah, enggak usah malu-malu kalau untuk kebutuhan domestik. CPO yang harus dieksplor lebih agresif. Tapi kalau kita bicaranya internasional, trading yang mana mungkin Eropa sendiri kan terhadap sawit itu masih kurang preferable. Nah maka kita siasati dengan berbasis waste,” jelasnya.

Sebagai alternatif, KPI tengah mengembangkan teknologi pengolahan limbah sawit dan minyak jelantah sebagai bahan baku utama green refinery. “Berbasis waste itu bisa dari waste-nya CPO, bisa dari pati-nya sawit yaitu berbasis used cooking oil. Nah ini yang lagi kita kembangkan juga di refinery,” tambahnya.

Green refinery ini akan difokuskan di tiga lokasi strategis, yakni Cilacap, Plaju, dan Dumai, yang memiliki akses dekat dengan sumber bahan baku. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi sekaligus mengurangi biaya logistik.

Pengembangan Bioetanol untuk Mengurangi Ketergantungan pada Bensin

Selain mengembangkan biofuel untuk diesel dan avtur, KPI juga tengah mengembangkan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin. Taufik menjelaskan bahwa etanol memiliki sifat kimia yang mirip dengan bensin, sehingga dapat menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. “Untuk bensin, padanannya adalah etanol. Sekarang kita fokus pada pengembangan bioetanol berbasis tebu, tetapi ke depan perlu diversifikasi ke bahan lain seperti gula aren dan sorgum.”

Namun, produksi bioetanol masih menghadapi tantangan, terutama tingginya konsumsi gula dalam negeri yang menyebabkan ketergantungan pada tebu tetap tinggi. Oleh karena itu, eksplorasi bahan baku alternatif perlu dilakukan untuk memastikan keberlanjutan pasokan.

Modernisasi Kilang untuk Meningkatkan Efisiensi dan Daya Saing

KPI juga menekankan pentingnya modernisasi kilang agar lebih fleksibel dalam mengolah berbagai jenis bahan baku, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih beragam dan kompetitif di pasar global. “Refinery bukan hanya untuk BBM, tetapi juga LPG dan petrokimia. Ini akan membantu mengurangi impor dan meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri,” tutur Taufik.

Dengan strategi ini, Pertamina berharap dapat memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendorong transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, untuk menjaga harga BBM tetap terjangkau bagi masyarakat, efisiensi dalam produksi harus ditingkatkan. “Kalau kita bisa menurunkan 1 dolar per barel, dengan kapasitas 350 juta barel per tahun, kita bisa menghemat 350 juta dolar sampai 700 juta dolar,” tandas Taufik.

Melalui langkah-langkah strategis ini, KPI berkomitmen untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, mengurangi ketergantungan pada impor, serta mendukung transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.

Terkini