JAKARTA – Pengembangan hidrogen hijau menjadi salah satu strategi utama dalam transisi energi di Indonesia. Hidrogen hijau diharapkan mampu membantu pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, terutama melalui pemanfaatannya di sektor kelistrikan, industri, dan transportasi. Untuk mendukung hal ini, Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong pemerintah agar meningkatkan produksi serta menciptakan pasar hidrogen hijau di dalam negeri.
Tantangan Harga dalam Adopsi Hidrogen Hijau
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan hidrogen hijau di Indonesia adalah tingginya biaya produksi. Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengungkapkan bahwa biaya produksi hidrogen hijau saat ini berkisar antara USD 3,8 hingga USD 12 per kilogram. Angka tersebut jauh lebih mahal dibandingkan hidrogen abu-abu yang berasal dari gas alam.
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
“Untuk mempercepat pemanfaatan hidrogen hijau, biaya produksinya harus turun dalam lima tahun mendatang. Hal ini akan meningkatkan daya saingnya dan memungkinkan integrasi lebih luas dalam sistem energi nasional,” kata Fabby dalam Diskusi Komunitas Hidrogen Hijau Indonesia (KH2I) bertajuk Mewujudkan Ekosistem Hidrogen Hijau di Indonesia.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Hidrogen Hijau
Menurut Fabby, ada tiga faktor utama yang akan meningkatkan daya saing hidrogen hijau di masa depan:
Kemajuan Teknologi: Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin semakin murah, serta teknologi elektrolisis semakin efisien, yang akan menurunkan harga produksi hidrogen hijau.
Investasi Global yang Meningkat: Pada 2020, sebanyak 102 proyek hidrogen bersih telah mencapai keputusan investasi final dengan total nilai sekitar USD 10 miliar. Angka ini meningkat signifikan pada 2024, dengan 434 proyek senilai USD 75 miliar.
Manfaat Ekonomi: Hidrogen hijau dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan ketahanan energi, serta berpotensi menjadi komoditas ekspor yang berkontribusi terhadap devisa negara.
IESR mencatat bahwa potensi pasar ekspor hidrogen di Asia Tenggara akan terus berkembang, dengan proyeksi mencapai USD 51 miliar pada 2030, USD 79 miliar pada 2040, dan USD 141 miliar pada 2050.
Peran Pemerintah dalam Pengembangan Hidrogen Hijau
IESR menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang mencapai lebih dari 3.686 GW. Dengan target dekarbonisasi pada 2050, hidrogen hijau berpeluang besar menjadi bagian penting dalam strategi energi bersih nasional.
“Pemerintah diharapkan menetapkan target pengembangan hidrogen hijau dalam lima tahun ke depan. Ini mencakup peningkatan produksi, penciptaan pasar, serta penurunan biaya produksi hidrogen hijau di bawah USD 2 per kilogram. Target ini harus didukung dengan kebijakan dan insentif fiskal serta finansial yang memadai,” ujar Fabby.
Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, Muhamad Alhaqurahman Isa, mengungkapkan bahwa pemerintah sedang merancang peta jalan hidrogen dan amonia nasional. Dokumen ini akan berisi strategi implementasi, rencana aksi, serta evaluasi dan pengawasan.
“Peta jalan ini ditargetkan akan diluncurkan pada April 2025 dalam acara Global Hydrogen Ecosystem Summit (GHES) 2025,” kata Muhamad Alhaqurahman Isa.
Inisiatif Komunitas Hidrogen Hijau Indonesia
Untuk mendukung percepatan ekosistem hidrogen hijau, IESR, bersama Kedutaan Besar Inggris di Jakarta melalui proyek Green Energy Transition Indonesia (GETI), menginisiasi terbentuknya Komunitas Hidrogen Hijau Indonesia (KH2I).
Manajer Proyek GETI, Erina Mursanti, menuturkan bahwa KH2I akan berperan aktif dalam mendukung pengembangan hidrogen hijau di Indonesia.
“KH2I berfokus membangun jejaring para ahli dan penggiat hidrogen hijau, menginisiasi riset untuk penguatan kebijakan, serta mempercepat adopsi teknologi produksi hidrogen hijau. Selain itu, KH2I akan meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang lebih luas,” ujar Erina.
Sebagai bagian dari ekosistem ini, KH2I juga berupaya menjembatani kebutuhan informasi antara dunia bisnis dan pemain global di sektor hidrogen. IESR membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang memiliki misi dan komitmen yang sama untuk bergabung dalam komunitas ini melalui tautan s.id/KomunitasHidrogen.
Langkah Strategis Percepatan Hidrogen Hijau
IESR menyoroti enam langkah strategis yang diperlukan untuk mempercepat pengembangan hidrogen hijau di Indonesia:
Merumuskan Strategi Hidrogen Nasional beserta peta jalan pengembangannya sebagai landasan kebijakan transisi energi rendah karbon.
Menetapkan prioritas kebijakan guna meningkatkan daya saing harga hidrogen hijau agar lebih kompetitif dibandingkan energi konvensional.
Mengembangkan sistem tata kelola dan regulasi lintas sektor guna menciptakan ekosistem yang kondusif.
Membangun sistem sertifikasi dan pelacakan asal-usul (guarantee of origin) untuk menjamin transparansi dan keberterimaan di pasar internasional.
Mendorong kerja sama antarnegara dalam mempercepat transformasi sistem energi dan membuka peluang perdagangan hidrogen hijau.
Memperkuat kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset dalam pengembangan inovasi dan investasi hidrogen hijau.
Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pengembangan hidrogen hijau dapat menjadi katalis utama dalam mewujudkan transisi energi bersih dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.