Jumat, 24 Oktober 2025

Tren Harga Beras Nasional Bergeser di Berbagai Zona Pasar

Tren Harga Beras Nasional Bergeser di Berbagai Zona Pasar
Tren Harga Beras Nasional Bergeser di Berbagai Zona Pasar

JAKARTA - Pergerakan harga beras di tingkat konsumen kembali menjadi perhatian pada Jumat (24/10/2025). Kondisi pasar menunjukkan dinamika berbeda antara jenis beras premium dan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Harga beras premium terpantau meningkat dan berada di atas ketentuan harga eceran tertinggi (HET) secara nasional, sementara harga beras SPHP Bulog justru mengalami penurunan. Fenomena ini menunjukkan bahwa situasi pasokan dan permintaan di berbagai wilayah Indonesia tidak berjalan seragam, sehingga memberi dampak berbeda bagi konsumen.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada pukul 09.35 WIB, rata-rata harga beras medium di tingkat konsumen mencapai Rp13.671 per kilogram, atau naik 1,27% dari HET nasional yang sebesar Rp13.500 per kilogram. Meski demikian, jika dilihat melalui pembagian zonasi wilayah, harga tersebut masih berada dalam koridor di bawah HET. Sementara itu, beras premium menunjukkan tren kenaikan yang lebih signifikan dan terjadi di seluruh zona, sehingga mendorong harga rata-rata berada di atas HET nasional.

Situasi ini memperlihatkan bahwa pola konsumsi, ketersediaan pasokan, hingga distribusi antarwilayah memainkan peran penting dalam memengaruhi harga beras di pasar. Konsumen pun perlu memperhatikan perkembangan ini untuk menyesuaikan kebutuhan dan prioritas belanja pangan harian.

Baca Juga

IMF: Pertumbuhan Ekonomi Asia Diprediksi Melambat 2025

Perkembangan Harga Beras Medium di Berbagai Zona

Beras medium menjadi salah satu kategori beras yang paling banyak dibeli konsumen karena harganya yang lebih terjangkau. Berdasarkan data terbaru, harga rata-rata beras medium secara nasional tercatat sebesar Rp13.671 per kilogram. Angka ini memang sedikit lebih tinggi dari HET nasional, namun ketika ditelusuri berdasarkan zonasi, situasinya menunjukkan gambaran yang berbeda.

Di zona 1, harga beras medium berada pada kisaran Rp13.328 per kilogram. Harga ini tergolong masih di bawah HET zona 1 yang ditetapkan sebesar Rp13.500 per kilogram. Kemudian, di zona 2, harga beras medium tercatat Rp13.708 per kilogram, dibandingkan HET zona 2 yang berada di angka Rp14.000 per kilogram. Sementara itu, di zona 3, harga beras medium senilai Rp15.378 per kilogram, yang sedikit lebih rendah dari HET zona 3 sebesar Rp15.500 per kilogram.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun rata-rata nasional tampak berada di atas HET, harga di beberapa daerah masih terjaga dalam kisaran yang terkendali. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi beras medium relatif stabil, meski tetap dipengaruhi kondisi pasokan di masing-masing wilayah.

Kenaikan Harga Beras Premium Terjadi di Semua Zona

Berbeda dengan beras medium, beras premium mengalami lonjakan harga yang lebih konsisten di seluruh wilayah. Harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen kini mencapai Rp15.782 per kilogram. Angka tersebut terpantau 5,92% lebih tinggi dibandingkan HET nasional beras premium yang sebesar Rp14.900 per kilogram.

Jika dilihat secara zonasi, kenaikan harga beras premium terjadi merata. Di zona 1, harga mencapai Rp15.095 per kilogram. Di zona 2, harga beras premium meningkat menjadi Rp16.117 per kilogram. Sementara di zona 3, harga bahkan berada di kisaran Rp18.006 per kilogram. Kenaikan ini memperlihatkan adanya tekanan baik dari sisi permintaan maupun ketersediaan pasokan, terutama untuk varietas beras dengan kualitas yang lebih tinggi.

Tren kenaikan harga beras premium ini memberi pengaruh langsung pada pola belanja konsumen, terutama bagi masyarakat yang terbiasa mengonsumsi jenis beras ini. Sebagian konsumen mungkin mulai mempertimbangkan alternatif beras medium maupun beras SPHP sebagai pilihan pengganti untuk menjaga pengeluaran tetap terkendali.

Penurunan Harga Beras SPHP Bulog sebagai Alternatif Konsumen

Di tengah kenaikan harga beras premium dan posisi harga beras medium yang masih relatif terkendali, beras SPHP Bulog justru mengalami penurunan. Hal ini memberikan ruang bagi konsumen yang ingin menjaga stabilitas belanja bulanan.

Penurunan harga SPHP menandakan bahwa upaya stabilisasi oleh pemerintah masih berjalan efektif, terutama melalui operasi pasar dan distribusi penugasan. Program ini memang ditujukan untuk menjaga keterjangkauan pangan pokok, terutama bagi masyarakat yang rentan terhadap fluktuasi harga komoditas.

Dengan ketersediaan pilihan beras SPHP di pasaran, konsumen memiliki alternatif yang lebih terjangkau tanpa harus mengorbankan kebutuhan pangan pokok sehari-hari. Dalam kondisi fluktuasi harga, kemampuan untuk memilih dan beradaptasi menjadi hal penting bagi rumah tangga.

Pada akhirnya, dinamika harga beras pada Jumat (24/10/2025) memberikan gambaran bahwa kondisi pasar terus berubah dan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari distribusi hingga permintaan konsumen. Dengan memahami perkembangan ini, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan pembelian, sementara pemerintah dan pelaku pasar dapat terus memperkuat langkah stabilisasi untuk memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga di seluruh wilayah Indonesia.

 

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Menkeu Purbaya Jelaskan Syarat Kenaikan Iuran BPJS

Menkeu Purbaya Jelaskan Syarat Kenaikan Iuran BPJS

Menkeu Purbaya Soroti Rendahnya Kepatuhan Pajak Perhiasan

Menkeu Purbaya Soroti Rendahnya Kepatuhan Pajak Perhiasan

5 Tips Memilih Asuransi Untuk Keluarga Muda Ala Astra

5 Tips Memilih Asuransi Untuk Keluarga Muda Ala Astra

Transaksi Kripto Indonesia Tembus Rp 446 Triliun 2025

Transaksi Kripto Indonesia Tembus Rp 446 Triliun 2025

Harga Emas Berakhir Sembilan Minggu Naik, Turun Pekan Ini

Harga Emas Berakhir Sembilan Minggu Naik, Turun Pekan Ini