Pengertian Asuransi Konvensional, Kelebihan, dan Contohnya
- Selasa, 11 Maret 2025

Pengertian asuransi konvensional merujuk pada jenis produk asuransi yang memberikan ganti rugi atas kerugian yang tidak sengaja terjadi.
Proses kerjanya cukup sederhana, yaitu nasabah membayar premi kepada perusahaan asuransi, dan apabila terjadi kerugian, perusahaan asuransi akan menanggung biaya yang timbul.
Perbedaan utama antara asuransi konvensional dan asuransi syariah terletak pada prinsip dan pengelolaan keuangannya.
Baca Juga
Dalam asuransi konvensional, prinsip yang diterapkan adalah transfer risiko, di mana nasabah menyerahkan risiko tersebut kepada perusahaan asuransi. Sebaliknya, asuransi syariah mengedepankan prinsip gotong-royong atau berbagi risiko.
Setiap nasabah menyetor dana yang dikelola oleh perusahaan asuransi, dan apabila ada nasabah yang mengalami kerugian, dana yang terkumpul tersebut digunakan untuk menanggung klaim mereka.
Dengan demikian, pengertian asuransi konvensional mengacu pada produk asuransi yang bekerja berdasarkan transfer risiko antara nasabah dan perusahaan asuransi.
Pengertian Asuransi Konvensional
Pengertian asuransi konvensional merujuk pada produk asuransi yang mengutamakan prinsip dasar jual-beli risiko atau transfer risk.
Dalam hal ini, premi yang dibayarkan oleh nasabah bertujuan untuk mengalihkan risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi.
Jika suatu risiko terjadi, nasabah berhak mengajukan klaim atau ganti rugi sesuai dengan ketentuan yang tertulis dalam polis asuransi.
Dengan menjadi nasabah sebuah perusahaan asuransi, risiko kerugian finansial akibat peristiwa tertentu akan ditanggung oleh perusahaan asuransi, sehingga memberikan rasa aman secara finansial.
Secara umum, asuransi adalah perjanjian antara tertanggung (pemegang polis) dan perusahaan asuransi (penanggung), di mana tertanggung berkewajiban membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai bagian dari kesepakatan yang ada.
Dengan demikian, pengertian dari asuransi konvensional adalah produk yang berfokus pada pengalihan risiko finansial dari nasabah ke perusahaan asuransi.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
1. Akad Perjanjian
Perbedaan utama antara asuransi syariah dan konvensional terlihat pada akad atau perjanjian yang mendasarinya.
Pada asuransi konvensional, akad didasarkan pada prinsip jual-beli risiko, yang memungkinkan transfer risiko antara pihak yang terlibat.
Sebaliknya, dalam asuransi syariah, akad mengedepankan prinsip tolong-menolong, di mana dana yang terkumpul dari para nasabah digunakan untuk membantu nasabah yang mengalami kerugian atau musibah.
2. Prinsip
Prinsip dasar yang mendasari kedua jenis asuransi ini juga berbeda, dengan masing-masing memiliki pendekatan yang unik. Berikut adalah prinsip yang berlaku pada kedua jenis asuransi:
a. Asuransi Syariah
Asuransi syariah mengikuti prinsip-prinsip seperti:
- Tabarru' (gotong-royong), di mana dana yang dikumpulkan digunakan untuk membantu nasabah yang membutuhkan.
- Mudharabah (bagi hasil), yang mengatur pembagian hasil dari investasi antara perusahaan dan nasabah.
- Wakalah (perwakilan), yang menugaskan perusahaan asuransi untuk mengelola dana atas nama peserta.
b. Asuransi Konvensional
Sedangkan dalam asuransi konvensional, prinsip-prinsip yang berlaku meliputi:
- Indemnity (ganti rugi), di mana perusahaan asuransi memberikan kompensasi yang setara dengan kerugian yang dialami nasabah.
- Subrogation (subrogasi), yang memungkinkan perusahaan asuransi untuk mengejar pihak ketiga yang menyebabkan kerugian.
- Utmost good faith (kesetiaan yang paling tinggi), di mana kedua belah pihak harus memberikan informasi yang jujur dan penuh kepada satu sama lain.
3. Kepemilikan Dana
Pada asuransi syariah, dana yang terkumpul dari nasabah bukan menjadi milik perusahaan asuransi, tetapi milik seluruh peserta. Dana tersebut dikelola dengan izin dari para nasabah.
Sebaliknya, dalam asuransi konvensional, premi yang dibayarkan menjadi milik perusahaan.
4. Pengelolaan Dana
Asuransi syariah mengelola dana dalam instrumen investasi yang bebas dari unsur riba, sementara asuransi konvensional bisa melibatkan instrumen berisiko tinggi, termasuk yang mengandung unsur riba.
5. Pembagian Hasil
Keuntungan dari pengelolaan dana pada asuransi syariah akan dibagikan kepada seluruh nasabah sesuai dengan kesepakatan. Sementara pada asuransi konvensional, keuntungan dari investasi menjadi milik perusahaan asuransi.
Selain itu, asuransi syariah tidak mengenal dana yang hangus seperti pada asuransi konvensional.
6. Pengawasan Dana
Pada asuransi syariah, pengelolaan dana diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertanggung jawab kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebaliknya, perusahaan asuransi konvensional diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
7. Wakaf dan Zakat
Asuransi syariah juga memperkenalkan konsep wakaf dan zakat, di mana peserta dapat mewakafkan manfaat asuransi mereka atau mendonasikan sebagian keuntungan perusahaan untuk zakat. Sementara, asuransi konvensional tidak mengakomodasi aspek ini.
8. Tertanggung Asuransi
Dalam asuransi syariah, seluruh anggota keluarga peserta dapat didaftarkan dalam asuransi kesehatan.
Bahkan, nasabah juga dapat melakukan klaim ganda dengan asuransi lain. Sebaliknya, pada asuransi konvensional, tertanggung hanya berlaku untuk satu individu saja.
9. Pilihan Produk Lebih Banyak
Asuransi konvensional menawarkan berbagai pilihan produk lebih banyak dibandingkan dengan asuransi syariah.
Produk-produk tersebut meliputi asuransi kesehatan, asuransi jiwa, unit link, asuransi pendidikan, asuransi kredit, hingga produk asuransi dwiguna.
Perusahaan asuransi konvensional juga bebas mengelola dana premi tanpa harus mematuhi prinsip syariah terkait riba.
10. Pengelolaan Risiko
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dan konvensional adalah dalam pengelolaan risiko. Pada asuransi syariah, risiko dikelola dengan prinsip tolong-menolong atau sharing risk, di mana seluruh nasabah saling berbagi risiko.
Sedangkan pada asuransi konvensional, risiko dikelola melalui prinsip transfer risk, yaitu pemindahan risiko ke perusahaan asuransi.
11. Surplus Underwriting
Asuransi syariah memberikan surplus underwriting kepada nasabah ketika terdapat kelebihan dana setelah dikurangi klaim, santunan, utang, dan lain-lain. Dana ini akan dibagi secara prorata kepada nasabah.
Di sisi lain, pada asuransi konvensional, tidak ada pengembalian keuntungan atau surplus underwriting kepada nasabah.
12. Dana Hangus
Dalam asuransi syariah, meskipun ada sebagian kecil dana yang harus diikhlaskan untuk dana tabarru, dana yang telah dibayarkan tetap dapat diambil.
Berbeda dengan asuransi konvensional, di mana dana akan hangus jika polis tidak pernah diklaim oleh pemiliknya.
Kelebihan dan Kekurangan Asuransi Konvensional
Kelebihan Asuransi Konvensional
Berikut adalah beberapa kelebihan yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memilih asuransi konvensional:
1. Pilihan Pengelolaan Dana Lebih Banyak
Asuransi konvensional menawarkan lebih banyak opsi dalam pengelolaan dana. Nasabah dapat memaksimalkan keuntungan, namun tetap dengan persetujuan pemegang polis untuk setiap keputusan terkait pengelolaan dana tersebut.
2. Prinsip Jual Beli Risiko
Asuransi konvensional berfokus pada prinsip jual beli, di mana seluruh risiko kerugian yang terjadi akan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan asuransi, baik untuk pribadi, kesehatan, keluarga, jiwa, hingga harta benda yang diasuransikan.
3. Bonus No Claim
Salah satu keuntungan asuransi konvensional adalah adanya bonus no claim. Ini berarti tertanggung yang tidak mengajukan klaim hingga polis berakhir akan mendapatkan kompensasi berupa bonus tambahan.
Kekurangan Asuransi Konvensional
Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan sebelum memilih asuransi konvensional:
1. Sistem Dana Hangus
Sistem dana hangus menjadi salah satu kelemahan asuransi konvensional. Jika kamu tidak dapat membayar premi, maka manfaat pertanggungan akan dihentikan dan premi yang telah dibayarkan sebelumnya tidak dapat dikembalikan.
2. Tidak Diawasi oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Asuransi konvensional tidak memiliki pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS). Hal ini berarti produk asuransi yang ditawarkan mungkin tidak dikelola dengan prinsip syariah, yang berisiko terkait dengan riba.
Contoh Jenis Asuransi Konvensional di Indonesia
1. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa memberikan uang pertanggungan jika pencari nafkah utama dalam keluarga meninggal dunia. Uang tersebut digunakan untuk menggantikan biaya hidup keluarga yang ditinggalkan.
Jenis asuransi jiwa beragam, mulai dari asuransi jiwa murni, unit link, asuransi pendidikan, hingga asuransi kredit.
2. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan menanggung biaya rumah sakit nasabah, yang berarti objek yang diasuransikan adalah kesehatan nasabah. Biasanya, nasabah membayar premi asuransi kesehatan setiap tahun.
Terdapat dua jenis asuransi kesehatan: pertanggungan sesuai tagihan dan hospital cash plan. Pada asuransi sesuai tagihan, ada batasan biaya per perawatan dan per tahun. Jika biaya rumah sakit melebihi batas, nasabah harus menanggung selisihnya.
Sementara pada hospital cash plan, asuransi memberikan sejumlah uang tunai per hari rawat inap tanpa melihat tagihan rumah sakit.
Misalnya, jika pertanggungan adalah Rp500 ribu per hari dan nasabah dirawat 7 hari, maka uang yang bisa dicairkan adalah Rp3,5 juta.
3. Asuransi Mobil
Asuransi mobil melindungi kendaraan milik nasabah. Jika mobil rusak atau hilang, asuransi akan mengganti dengan uang tunai atau biaya perbaikan.
Asuransi kendaraan terbagi menjadi dua jenis: asuransi all risk dan total loss only (TLO).
Asuransi all risk memberikan perlindungan menyeluruh, mencakup kerusakan kecil, kerusakan besar, hingga kehilangan mobil.
Sedangkan asuransi TLO hanya mencakup kerusakan parah atau kehilangan mobil yang nilainya mencapai 75 persen atau lebih dari nilai kendaraan sebelum kerusakan.
Tips Memilih Asuransi Konvensional Terbaik
1. Pilih Asuransi Berdasarkan Kebutuhan
Terdapat berbagai jenis asuransi yang ditawarkan di pasar, mulai dari asuransi utama hingga asuransi tambahan atau rider.
Penting untuk memastikan bahwa kamu hanya membeli asuransi yang benar-benar dibutuhkan, agar tidak merasa rugi karena membayar premi yang tidak diperlukan.
Sebagai contoh, besaran uang pertanggungan (UP) untuk asuransi jiwa harus disesuaikan dengan kebutuhan, karena ini akan mempengaruhi besaran premi yang perlu dibayar.
Cobalah melakukan simulasi untuk menghitung UP yang tepat dengan kalkulator uang pertanggungan yang tersedia!
2. Pahami Isi Polis dengan Teliti
Polis asuransi merupakan dokumen perjanjian antara kamu dan perusahaan asuransi yang mencakup berbagai hal penting, seperti ketentuan klaim, pembayaran premi, hingga jumlah ganti rugi.
Oleh karena itu, penting untuk membaca dan memahami seluruh isi polis sebelum membuat keputusan.
3. Gunakan Broker Asuransi
Broker asuransi berfungsi sebagai perantara antara perusahaan asuransi dan nasabah, berbeda dengan agen asuransi yang hanya mewakili satu perusahaan.
Dengan menggunakan broker, kamu bisa mendapatkan pilihan polis yang lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan serta anggaran yang ada.
Mereka dapat membantu kamu memilih produk asuransi yang paling tepat tanpa terikat dengan satu perusahaan tertentu.
Sebagai penutup, dengan memahami pengertian asuransi konvensional, kamu bisa membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Muhammad Anan Ardiyan
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
- 06 September 2025
2.
Cara Hemat Tambah Daya Listrik September 2025
- 06 September 2025
3.
Pertamina Tambah Pasokan Gas Elpiji Malang Raya
- 06 September 2025
4.
Khofifah Pastikan Bantuan Logistik Bawean Lancar
- 06 September 2025
5.
Rumah Murah Bekasi Serba Rp 168 Juta
- 06 September 2025