Produk Tembakau Alternatif Dapat Kurangi Beban Biaya Kesehatan
- Selasa, 25 Februari 2025

JAKARTA - Penelitian terbaru mengungkap bahwa peralihan perokok ke produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan, berpotensi menekan beban biaya kesehatan secara signifikan. Temuan ini didasarkan pada studi ilmiah yang dilakukan oleh Prof. Francesco Moscone dari Brunel University London, yang dipublikasikan dalam British Journal of Healthcare Management.
Dalam riset berjudul Does Switching to Reduced Risk Products Free up Hospital Resources? A Reflection using English Regional Data, Moscone menyatakan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif dapat mengurangi risiko penyakit terkait merokok hingga 70%. Studi ini juga menyoroti potensi penghematan biaya kesehatan bagi Layanan Kesehatan Nasional (NHS) di Inggris apabila sebagian perokok beralih ke produk dengan risiko lebih rendah.
“Penyakit akibat kebiasaan merokok, seperti kanker, penyakit jantung, stroke, bronkitis kronis, dan emfisema, memberikan beban yang besar bagi layanan kesehatan. Dengan meningkatnya tekanan terhadap sistem kesehatan, solusi berbasis pengurangan risiko dapat menjadi pilihan yang tepat,” ujar Moscone.
Baca JugaPerubahan Kuku Bisa Menjadi Indikator Dini Kanker Paru, Ini Ciri-cirinya
Data menunjukkan bahwa kebiasaan merokok berkontribusi terhadap sekitar 74.600 kematian setiap tahunnya di Inggris. Antara tahun 2019 dan 2020, tercatat lebih dari 506.100 pasien yang harus menjalani perawatan akibat dampak merokok, dengan biaya yang ditanggung NHS mencapai GBP 2,5 miliar per tahun. Jika setengah dari jumlah perokok beralih ke produk tembakau alternatif, NHS diperkirakan dapat menghemat hingga GBP 518 juta per tahun. Bahkan, jika hanya 10% perokok yang beralih, penghematan bisa mencapai GBP 103 juta.
Menanggapi hasil penelitian tersebut, Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, menilai bahwa pendekatan berbasis pengurangan risiko dapat diterapkan di Indonesia untuk menekan prevalensi merokok dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
“Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung, kanker, stroke, dan diabetes masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Banyak dari penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, termasuk kebiasaan merokok. Oleh karena itu, solusi berbasis pengurangan risiko dapat membantu menekan biaya kesehatan nasional yang terus meningkat,” kata Dimas.
Lebih lanjut, Dimas menyoroti bahwa beberapa negara seperti Inggris, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina telah mengambil langkah progresif dalam mendorong perokok untuk beralih ke produk tembakau alternatif. Negara-negara tersebut telah melihat manfaat dari pendekatan ini dalam mengurangi dampak kesehatan akibat merokok.
“Di berbagai negara, pendekatan pengurangan risiko diterapkan dengan mendorong penggunaan produk tembakau alternatif. Hasilnya, prevalensi merokok menurun dan beban biaya kesehatan berkurang,” tambahnya.
Dimas berharap pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan strategi serupa dalam upaya mengurangi dampak buruk merokok terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi nasional. Namun, ia menekankan pentingnya regulasi yang ketat untuk memastikan produk alternatif ini tidak digunakan oleh anak-anak atau kelompok yang rentan.
“Pemerintah harus menerapkan regulasi yang jelas, termasuk batasan usia pengguna, agar produk ini tidak disalahgunakan. Dengan kebijakan yang tepat, kita dapat menekan angka perokok dan mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat,” tutup Dimas.
(kkz/kkz)

Kevin Khanza
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Garuda Indonesia Tunjuk Dua Direksi Asing, Upaya Perkuat Manajemen dan Finansial
- Minggu, 19 Oktober 2025
PTPP Catat Kontrak Baru Tertinggi di BUMN Karya, Lampaui Rp16,68 Triliun
- Minggu, 19 Oktober 2025
Berita Lainnya
6 Makanan yang Tidak Cocok Dikombinasikan dengan Ubi untuk Kesehatan
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Terpopuler
1.
2.
3.
Harga CPO Menguat di Tengah Tekanan Permintaan India Melemah
- 18 Oktober 2025
4.
5.
Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia
- 18 Oktober 2025