Membuka Tahun Baru: Pergerakan Saham Emiten Belum Tunjukkan Kinerja Apik
- Sabtu, 15 Februari 2025

JAKARTA - Mengawali tahun 2023, bursa saham Indonesia masih menunjukkan pergerakan yang lesu. Banyak pelaku pasar yang berharap investor dapat memulai tahun dengan optimisme, namun kenyataannya, saham emiten belum sepenuhnya membara.
Menurut data yang dihimpun dari Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa faktor, baik domestik maupun global, menghalangi laju positif yang diharapkan. Secara teknikal, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terbilang fluktuatif.
Seorang analis pasar modal dari PT Investindo Nusantara, Andi Wijaya, menyebutkan bahwa salah satu penyebab lambannya pergerakan saham adalah ketidakpastian ekonomi global. "Faktor eksternal seperti kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral utama dan kekhawatiran akan resesi global telah membuat para investor bersikap hati-hati," ujar Andi.
Meskipun demikian, sektor-sektor tertentu masih menunjukkan prospek yang positif. Sektor teknologi dan kesehatan disebut-sebut berpotensi untuk mengalami pertumbuhan signifikan mengingat tren digitalisasi dan peningkatan layanan kesehatan yang terus berlanjut pasca-pandemi. "Ada potensi dari saham-saham di sektor teknologi dan kesehatan yang bisa menjadi pendorong utama IHSG di tahun ini," tambah Andi.
Di sisi lain, emiten di sektor komoditas seperti minyak dan gas masih menghadapi tantangan akibat fluktuasi harga di pasar internasional. Harga minyak dunia yang berada dalam tekanan, menyusul ketegangan geopolitik dan kebijakan pemangkasan produksi oleh beberapa negara, berdampak negatif pada saham di sektor ini.
Sementara itu, para emiten juga masih menunggu sinyal kebijakan dari pemerintah terkait kebijakan fiskal dan infrastruktur. "Stabilitas politik dan keputusan-keputusan strategis pemerintah dalam mengelola ekonomi makro menjadi krusial bagi para pelaku pasar," ujar Ratna Sari, seorang ekonom senior dari Universitas Indonesia.
Ratna menambahkan bahwa reformasi struktural dan kebijakan fiskal yang tepat waktu sangat diperlukan untuk mendongkrak perekonomian Indonesia, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan performa emiten di pasar saham. "Pemerintah perlu memastikan keberlanjutan dari proyek-proyek strategis nasional agar daya tarik investasi di dalam negeri semakin kuat," kata Ratna.
Namun, tidak semua berita buruk. Menurut laporan keuangan terbaru beberapa emiten, ada peningkatan dalam penjualan dan profitabilitas yang dapat menjadi sinyal positif bagi investor. Hal ini juga didukung oleh kebijakan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia yang relatif stabil, yang menjaga tingkat inflasi tetap terkendali.
Melihat kondisi global, ketegangan perdagangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China masih menjadi perhatian para investor. Persaingan ekonomi antara kedua belah pihak memberikan dampak lanjutan terhadap rantai pasokan global, dan bisa berimbas pada performa emiten di sektor tertentu. Namun, optimisme tetap menghampiri sebagian pihak yang berharap pada potensi resolusi dari berbagai negosiasi perdagangan.
Di sektor perbankan, kredit macet tetap menjadi tantangan. Sejak masa pandemi, bank-bank berjuang untuk mendorong pertumbuhan kredit sambil menjaga kualitas aset. Dengan stabilisasi ekonomi dan pengembalian aktivitas ekonomi, para analis mulai melihat adanya potensi perbaikan di sektor ini.
Sebagai langkah strategis, para emiten diharapkan dapat meningkatkan inovasi dan efisiensi operasional. "Dengan beradaptasi terhadap perubahan pasar dan tuntutan teknologi, emiten dapat memainkan peran kunci dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan pasar saham Indonesia," jelas Andi Wijaya.
Terlepas dari tantangan, optimisme masih ada. Indonesia masuk ke tahun baru dengan harapan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan stabilitas yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, regulator, dan pelaku industri menjadi penting untuk memastikan arah pertumbuhan yang positif.
Para investor disarankan untuk mempertimbangkan fundamental emiten dan tren pasar jangka panjang sebelum membuat keputusan investasi. Pada akhirnya, kehati-hatian adalah kunci mengingat dinamika pasar yang masih berpotensi menghadirkan kejutan.
Dengan demikian, walaupun pergerakan saham emiten belum memenuhi harapan di awal tahun, masih banyak faktor yang dapat mendukung kinerja positif di bulan-bulan mendatang. Sebagai penutup, Andi Wijaya optimis, "Dengan konsolidasi kebijakan dan peningkatan daya saing, ada peluang besar bagi IHSG untuk menunjukkan performa kuat pada sisa tahun ini."

Herman
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Proyek Ulubelu Dorong Lampung Jadi Pusat Energi
- 10 September 2025
2.
OPEC+ Kendalikan Pasokan, Harga Minyak Dunia Naik Lagi
- 10 September 2025
3.
Pertamina Umumkan Penurunan Harga BBM, Efektif Hari Ini
- 10 September 2025
4.
Rincian Tarif Listrik PLN Subsidi Non Subsidi September
- 10 September 2025
5.
Pemerintah Siapkan Strategi Atur Produksi Batu Bara
- 10 September 2025