IHSG Ditutup Melemah 0,48%: Saham AMMN, BBCA, dan TPIA Jadi Biang Keladinya
- Kamis, 13 Februari 2025

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali masuk ke zona merah pada penutupan perdagangan. Setelah sempat mencatatkan kenaikan yang menjanjikan sehari sebelumnya, IHSG harus rela turun 0,48% dan ditutup pada level 6.613,57. Ini merupakan penurunan yang cukup signifikan dari titik terendahnya di level 6.565,78, dimana IHSG sempat terpuruk lebih dari 1% pada perdagangan intraday.
Volume transaksi perdagangan pagi ini mencapai angka cukup tinggi, yaitu Rp 11,01 triliun, dengan total 14,27 miliar lembar saham yang berpindah tangan melalui 1,02 juta transaksi. Pada perdagangan hari ini, sebanyak 307 saham tercatat menguat, 251 saham mengalami penurunan, dan 232 saham stagnan.
Dari sisi sektoral, hampir setengah dari sektor yang ada di IHSG berada pada zona merah. Sektor transportasi menjadi sektor dengan koreksi terbesar, turun 0,64%, sehingga menjadi beban bagi IHSG secara keseluruhan.
Penyebab Tekanan IHSG
Saham-saham berkapitalisasi besar dan saham blue chip menjadi kontributor utama penurunan IHSG hari ini. Amman Mineral Internasional (AMMN) menjadi saham dengan kontribusi terbesar terhadap pelemahan IHSG. AMMN mencatat penurunan harga sebesar 5,92%, menyumbang penurunan sebesar 13,61 poin pada IHSG. "Kejatuhan ini didorong oleh tekanan jual yang tinggi di pasar saham terutama pada saham berbasis komoditas," ungkap seorang analis pasar.
Bank Central Asia (BBCA), salah satu bank terbesar di tanah air, juga memberi kontribusi negatif pada indeks saham dengan penurunan harga 1,64%, menyumbang pelemahan 9,76 poin indeks IHSG. Saham BBCA sudah mengalami tekanan jual akibat sentimen negatif dari pasar global yang khawatir dengan peningkatan inflasi di Amerika Serikat.
Sementara itu, saham Chandra Asri Pacific (TPIA) melengkapi trio saham yang membebani IHSG. Setelah sempat menguat, TPIA kembali melemah 4,39%, menambah beban 7,43 poin pada penurunan IHSG. "Investor tampaknya mengambil aksi ambil untung setelah kenaikan sehari sebelumnya," jelas seorang broker saham.
Aksi Jual Investor Asing
Pelemahan IHSG kembali diperparah oleh aksi jual dari investor asing yang masif. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp208,21 miliar di seluruh pasar. Di pasar reguler, penjualan bersih asing mencapai Rp231,14 miliar, meski di pasar negosiasi dan tunai ada pembelian bersih oleh asing sebesar Rp22,93 miliar.
Sentimen Pasar dan Faktor Eksternal
Pasar keuangan domestik hari ini turut dipengaruhi oleh beberapa sentimen eksternal dan internal. Lonjakan inflasi di Amerika Serikat semakin menambah tekanan pada IHSG. Inflasi AS pada Januari 2025 naik tajam menjadi 0,5% (month-to-month) dan 3,0% (year-on-year), tertinggi sejak Juni 2024. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan. Harga telur, misalnya, melonjak 53% dalam setahun terakhir akibat wabah flu burung yang menyebar luas.
"Kami sangat terkejut dengan lonjakan inflasi ini. Dampaknya bisa sangat negatif, terutama jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diantisipasi," jelas seorang ekonom.
Di sisi positif, mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan pagi ini. Nikkei memimpin dengan peningkatan 1,19% ke 39.427, diikuti oleh Hang Seng yang naik 0,46% ke 21.958. Indeks Kospi juga menguat 0,71% ke 2.566,52 dan indeks ASX 200 naik 0,34% ke 8.564,2. Namun, beberapa bursa seperti FTSE Straits Times dan FTSE Malay mengalami pelemahan tipis masing-masing sebesar 0,08% dan 0,04%.
Prospek Kedepan
Melihat kondisi saat ini, para pelaku pasar disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Peningkatan inflasi di Amerika Serikat menjadi faktor yang harus diwaspadai, terutama jika berimbas pada kebijakan moneter global. "Kami menyarankan investor untuk tetap diversifikasi portofolio dan memperhatikan perkembangan ekonomi global," saran seorang analis pasar. Langkah tersebut diharapkan bisa meminimalisir risiko dalam menghadapi ketidakpastian dan fluktuasi yang tinggi di pasar saham.
Secara umum, IHSG masih menghadapi tekanan dari berbagai faktor eksternal, terutama dari pasar global yang tidak stabil. Namun, prospek internal seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik dan perbaikan beberapa sektor usaha diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG ke depan. Peningkatan aktivitas ekonomi domestik dan dukungan kebijakan fiskal di Indonesia tetap menjadi poin yang diperhatikan oleh pelaku pasar.
Pengamat pasar juga menghimbau investor untuk mengikuti perkembangan terbaru dari sentimen global dan kebijakan ekonomi nasional agar mampu menghadapi tantangan di waktu mendatang. "Pasar saat ini sangat dinamis dan investor harus selalu siap untuk menyesuaikan strateginya," pungkas analis tersebut.
Dengan tetap memonitor kondisi makroekonomi dan perubahan kebijakan baik secara nasional maupun internasional, IHSG diharapkan dapat kembali bangkit dan memberikan hasil yang positif bagi para investor di masa mendatang.

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025