Mayoritas Bursa Asia Ditutup Lesu Akibat Tarif Impor Baja dan Aluminium Trump
- Senin, 10 Februari 2025

JAKARTA - Pada perdagangan penutupan hari Selasa, bursa saham utama di kawasan Asia mencatatkan penurunan signifikan setelah pengumuman kebijakan tarif impor baja dan aluminium oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran global akan potensi perang dagang yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
Terpengaruh Gejolak Ekonomi Global
Bursa saham di kawasan Asia menunjukkan pelemahan tajam yang sebagian besar dipengaruhi oleh kebijakan proteksionisme AS yang diumumkan Presiden Trump. Tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% untuk aluminium rencananya akan diterapkan, menciptakan kekhawatiran luas di kalangan pelaku pasar.
Indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,3% menjadi 21.800,56 sementara indeks Hang Seng Hong Kong ditutup lebih rendah dengan penurunan sebesar 1,4%. Di Cina, indeks Shanghai Composite juga mengalami penurunan 0,9% sebagai respons dari berita tersebut. Sementara itu, bursa saham Korea Selatan, KOSPI, mengalami penurunan 1,1%.
Seorang analis pasar, Hiroyuki Ito dari Sumitomo Mitsui Asset Management, mengungkapkan, “Para investor khawatir bahwa tarif ini kemungkinan akan memicu perang dagang global yang pada akhirnya akan melukai pertumbuhan ekonomi.”
Dampak Kebijakan Proteksionis
Langkah proteksionis yang ditempuh AS diyakini dapat memicu tindakan balasan dari negara-negara mitra dagang utama. Kekhawatiran terbesar terletak pada kemungkinan Cina dan Uni Eropa yang akan memberlakukan retaliasi. Analis memperkirakan, munculnya perang dagang berskala global dapat mengancam kestabilan ekonomi, tidak hanya di Asia tetapi di seluruh dunia.
"Dampak dari langkah proteksionis ini dapat menuai respons negatif dari negara-negara yang terkena imbas, terutama Cina yang merupakan salah satu eksportir besar logam ke Amerika Serikat," kata Maria Jones, seorang ekonom internasional.
Respons Pasar Saham dan Mata Uang
Para pelaku pasar di Asia juga mulai mengambil posisi hati-hati di tengah ketidakpastian ini. Yen Jepang yang merupakan mata uang safe haven mengalami penguatan terhadap dolar AS, mengindikasikan adanya penerbangan modal ke aset yang lebih aman di tengah gejolak ini.
Sebagai tambahan, pasar saham di Asia mengalami lonjakan volatilitas dengan banyak investor memilih untuk mengalihkan investasi mereka ke obligasi dan aset-aset yang lebih aman. Volume perdagangan saham di kawasan Asia meningkat signifikan sejak diumumkannya kebijakan tersebut.
Sikap Menunggu Kebijakan Lanjutan
Para investor dan pelaku pasar kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari langkah kebijakan AS ini. Termasuk keputusan seberapa jauh negara-negara mitra dagang akan bergerak atau mengambil tindakan balasan. Pasar juga menantikan bagaimana pembicaraan dagang bilateral antara AS dan negara-negara mitra utamanya akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda, menekankan pentingnya stabilitas pasar global. "Penting bagi semua negara untuk menjaga dialog terbuka dan mencegah timbulnya proteksionisme yang ekstrem, demi menjaga stabilitas ekonomi dunia," katanya dalam sebuah pernyataan resmi.

Herman
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!
- 06 September 2025
2.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
3.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
4.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025