
JAKARTA - Pada Kamis, 6 Februari 2025, PT Pertamina (Persero) secara resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Kebijakan ini terutama berdampak pada BBM nonsubsidi seperti Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98), Pertamax Green (RON 95), Dexlite, dan Pertamina Dex. Penyesuaian harga ini diumumkan setelah melalui proses pembaruan harga yang dilakukan bulanan.
Menurut Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina, penyesuaian harga ini mengikuti keputusan yang tertuang dalam Kepmen ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022. "Setiap bulan harga BBM diupdate. Untuk penyesuaian harga bisa dicek di laman resmi Pertamina," jelas Djoko Santoso.
Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi
Berdasarkan data terbaru, kenaikan harga BBM nonsubsidi berlaku untuk seluruh daerah, dengan besaran yang bervariasi tergantung jenis BBM dan lokasi. Berikut adalah rincian harga BBM per 1 Februari 2025 di beberapa daerah:
- Aceh
- Pertamax Turbo: Rp 14.000
- Pertamax: Rp 12.900
- Pertamina Dex: Rp 14.800
- Dexlite: Rp 14.600
- Sumatera Utara
- Pertamax Turbo: Rp 14.350
- Pertamax: Rp 13.200
- Pertamina Dex: Rp 15.150
- Dexlite: Rp 14.950
- DKI Jakarta
- Pertamax Turbo: Rp 14.000
- Pertamax Green: Rp 13.700
- Pertamax: Rp 12.900
- Pertamina Dex: Rp 14.800
- Dexlite: Rp 14.600
Selain daerah tersebut, kenaikan harga juga terjadi di wilayah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali dengan harga yang relatif serupa.
BBM Subsidi Pertalite dan Solar Tetap Stabil
Di tengah kenaikan harga BBM nonsubsidi, harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar tidak mengalami perubahan. Harga Pertalite tetap di angka Rp 10.000 per liter dan Solar subsidi di Rp 6.800 per liter. Hal ini memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat yang mengandalkan BBM bersubsidi untuk kebutuhan sehari-hari.
Dampak Kenaikan BBM
Kenaikan harga BBM ini diprediksi dapat mempengaruhi berbagai sektor, terutama yang sangat bergantung pada bahan bakar sebagai operasional utamanya, seperti transportasi dan logistik. Para pelaku usaha di sektor tersebut mungkin saja terpaksa menyesuaikan tarif mereka untuk mengimbangi biaya operasional yang meningkat.
Menurut Dinar Indah Permatasari, seorang ekonom dari Universitas Indonesia, kenaikan harga BBM akan memberikan dampak berantai pada tingkat inflasi. "Harga BBM yang naik biasanya akan mendorong kenaikan biaya transportasi dan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ini bisa jadi tekanan inflasi tambahan," ungkap Dinar.
Langkah Pemerintah
Sebagai antisipasi dari kebijakan ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pertamina, telah gencar melakukan sosialisasi mengenai penyesuaian harga BBM tersebut. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk bijaksana dalam penggunaan bahan bakar guna meminimalisir dampak ekonomi lebih lanjut.
Perubahan harga BBM ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menyesuaikan harga domestik dengan fluktuasi harga minyak global, memastikan ketahanan energi nasional, sekaligus mendorong efisiensi energi.
Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung masyarakat menengah ke bawah dengan tetap memberikan subsidi pada jenis BBM tertentu, sehingga beban ekonominya tidak terlalu berat.
Dengan adanya kenaikan ini, para konsumen diharapkan semakin sadar akan pentingnya efisiensi energi dan mulai mempertimbangkan penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Rapli
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
- 08 September 2025
2.
Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata
- 08 September 2025
3.
ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV
- 08 September 2025
4.
Kilang Cilacap Tingkatkan Budaya Keselamatan Kerja
- 08 September 2025
5.
KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah
- 08 September 2025