Minggu, 07 September 2025

Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Masih Minim, Hanya 0,3 Persen!

Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Masih Minim, Hanya 0,3 Persen!
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Masih Minim, Hanya 0,3 Persen!

BANDAR LAMPUNG - Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih tergolong sangat minim. Sebagaimana disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dr. Muhammad Idris Froyoto Sihite, hanya 0,3 persen dari seluruh potensi EBT yang ada telah dimanfaatkan. Hal ini menjadi perhatian besar mengingat Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar.

Dalam diskusi bertajuk "Energi dan Investasi" yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung di Hotel Horison pada Kamis, 5 Desember 2024, Idris Sihite mengungkapkan bahwa potensi EBT di Indonesia mencapai 3.687 Giga Watt (GW). "Indonesia memiliki potensi energi panas matahari (surya) sebesar 3.294 GW, hidro 95 GW, bio energi 57 GW, angin 155 GW, laut 63 GW, dan panas bumi sebesar 23 GW," ungkap Idris.

Namun demikian, yang telah dimanfaatkan hingga saat ini hanya 13.781 Mega Watt (MW). Di antara angka tersebut, kontribusi terbesar datang dari energi hidro sebanyak 6.697 MW, diikuti oleh bio energi sebesar 3.408 MW, panas bumi sebesar 2.597 MW, energi matahari sebesar 675 MW, dan angin sebesar 152 MW. Ironisnya, pemanfaatan energi laut masih 0 MW. "Jadi kalau ditotal, EBT yang sudah dimanfaatkan masih mencapai 0,3 persen dari potensi yang sebenarnya," jelasnya.

Pemerintah Indonesia dihadapkan pada tantangan dalam memanfaatkan potensi EBT, salah satunya adalah distribusi energi yang dihasilkan. Indonesia sebagai negara kepulauan mengharuskan adanya infrastruktur interkoneksi antar pulau. "Area EBT terpisah di antara pulau-pulau, sehingga interkoneksi sangat dibutuhkan. Pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan mungkin lebih mudah, tapi bagaimana dengan pulau-pulau di Indonesia timur?" ujar Idris.

Saat ini, bauran energi primer untuk pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh batu bara. Berdasarkan realisasi hingga Agustus 2024, batubara mendominasi dengan bauran energi mencapai 67 persen. Diikuti oleh gas sebesar 17 persen, BBM 4 persen, panas bumi 5 persen, biomassa 1,7 persen dan EBT lainnya masih 0 persen. "Penyediaan tenaga listrik di Indonesia saat ini masih sangat didominasi oleh pembangkit batu bara," katanya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Kementerian ESDM berencana melakukan pengembangan supergrid sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan EBT. "Pengembangan supergrid ini dapat membuat investasi pembangkit EBT lebih menarik karena mampu menjangkau lokasi yang jauh dari demand," imbuh Idris. Ini menjadi strategi transisi energi menuju net zero emissions (NZE) pada tahun 2060.

Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam proses transisi energi ini. Kementerian ESDM menekankan pentingnya kerja sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pihak swasta, dan sektor akademisi untuk mendorong inovasi dalam bidang EBT. "BUMN dan swasta juga memiliki peran penting dalam usaha pengembangan EBT. Mereka tidak hanya berperan dalam produksi dan bahan bakar tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi terhadap penerimaan negara," ujar Idris.

Ia juga menambahkan bahwa media massa memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya EBT. Sementara itu, akademisi diharapkan dapat menciptakan inovasi di bidang EBT serta menjalankan transfer teknologi. "Kerja sama ini menjadi kunci agar transisi energi dapat berjalan optimal," pungkas Idris.

Lebih jauh, masyarakat dan organisasi non-pemerintah (NGO) diharapkan dapat berperan sebagai penyeimbang dalam melaksanakan kampanye positif yang mendukung pengembangan EBT. Dukungan dari masyarakat sangat vital agar penyusunan kebijakan serta pelaksanaan program pemerintah dalam bidang EBT dapat berjalan dengan baik.

Indonesia memiliki potensi besar yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal dalam hal EBT. Dengan kerja sama dari semua pihak dan strategi yang tepat, diharapkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dapat meningkat, membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dan bergerak menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

AirAsia Buka Penerbangan Semarang Kuala Lumpur

AirAsia Buka Penerbangan Semarang Kuala Lumpur

Cek Besaran Bansos PKH September 2025 Sekarang

Cek Besaran Bansos PKH September 2025 Sekarang

Warga Kotabaru Kini Punya Alternatif Transportasi Publik

Warga Kotabaru Kini Punya Alternatif Transportasi Publik

Skrining BPJS Bantu Deteksi Dini Kesehatan Peserta

Skrining BPJS Bantu Deteksi Dini Kesehatan Peserta

Mobil Listrik GAC Hadirkan Inovasi Ramah Lingkungan

Mobil Listrik GAC Hadirkan Inovasi Ramah Lingkungan