Wakil Menteri Perdagangan Nyatakan Dukungan Penuh untuk Ketahanan Energi Indonesia
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, menegaskan kesiapan Kementerian Perdagangan dalam mendukung upaya mewujudkan ketahanan energi Indonesia. Hal ini sejalan dengan amanat yang diberikan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Wamendag Roro, untuk mencapai ketahanan energi, diperlukan komitmen dan sinergi lintas instansi agar muncul solusi yang lebih holistik dan inklusif.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menteri Dyah Roro dalam acara bergengsi, Anugerah Dewan Energi Nasional 2024, yang diselenggarakan di Jakarta baru-baru ini. Dalam sambutannya, Wamendag Roro menyatakan dukungan penuh Kementerian Perdagangan terhadap upaya kolektif dalam mewujudkan ketahanan energi. "Kementerian Perdagangan siap mendukung upaya kolektif untuk mewujudkan ketahanan energi Indonesia. Dukungan itu misalnya dari sisi aturan tentang ekspor dan impor. Tentunya ini juga membutuhkan komitmen dan sinergi lintas instansi,” ujar Roro.
Salah satu strategi yang menjadi fokus pemerintah adalah kebijakan Neraca Komoditas. Strategi ini bertujuan untuk mengintegrasikan data guna memastikan kebutuhan dan produksi komoditas strategis, seperti minyak dan gas bumi, dapat terpenuhi secara nasional. Diharapkan, kebijakan ini akan meningkatkan transparansi, akurasi data, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif. Sehingga, pengelolaan ekspor-impor dalam mata rantai usaha industri migas bisa berjalan dengan efisien dan sesuai kebutuhan nyata.
Dalam paparannya, Wamendag Roro juga menyoroti sejumlah kondisi yang memengaruhi perdagangan di sektor energi. Mulai dari perubahan kebijakan energi global yang menuntut pelaksanaan prinsip keberlanjutan, hingga infrastruktur energi yang belum merata. Selain itu, persaingan global dalam pengembangan teknologi energi baru dan terbarukan juga semakin ketat.
"Ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Kita perlu menyusun strategi yang efektif untuk melakukan diversifikasi dan optimalisasi energi melalui peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT), pengembangan potensi bioenergi domestik, serta peningkatan transisi dari bahan bakar fosil menuju bahan bakar listrik," tegas Roro.
Langkah konkret lainnya yang diambil oleh Kementerian Perdagangan meliputi perundingan perdagangan internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada. Perjanjian ini mengedepankan komitmen dalam mengelola mineral kritis secara berkelanjutan, menerapkan teknologi bersih, meningkatkan investasi hijau, serta memenuhi standar Environmental, Social, and Governance (ESG), termasuk protokol penutupan tambang dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Wamendag Roro juga menyampaikan apresiasi terhadap Dewan Energi Nasional atas konsistensinya dalam berbagai upaya terkait ketahanan energi dan transisi menuju energi baru dan terbarukan. "Sebagai bangsa yang kaya akan sumber daya, kita memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam sektor energi. Saya yakin, dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat mencapai tujuan bersama demi kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan energi di Indonesia," tutup Wamendag Roro.
Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa sejak Mei 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 54 bulan berturut-turut. Pada periode Januari-Oktober 2024, surplus neraca perdagangan mencapai USD 24,43 Miliar. Surplus ini didorong oleh produk non migas yang mencapai USD 41,82 miliar. Namun, sektor migas mengalami defisit sebesar USD 17,39 miliar, yang disebabkan oleh tingginya nilai impor migas sebesar USD 30,41 miliar dibandingkan nilai ekspor migas yang hanya mencapai USD 13,02 miliar.
Ke depan, diharapkan sinergi antara seluruh instansi dan pemangku kepentingan dapat meningkatkan daya saing sektor energi Indonesia dan menjadikannya lebih mandiri serta berkelanjutan. Dengan langkah konkret dan komitmen yang kuat, Indonesia siap untuk menghadapi tantangan global dalam sektor energi.
Rekomendasi
