Selasa, 28 Oktober 2025

AI dan Kripto Ubah Dominasi Dollar di Keuangan Global

AI dan Kripto Ubah Dominasi Dollar di Keuangan Global
AI dan Kripto Ubah Dominasi Dollar di Keuangan Global

JAKARTA - Dominasi dollar AS selama puluhan tahun kini menghadapi tantangan baru. Bank sentral di seluruh dunia tengah menguji mata uang digital (CBDC), sementara AI mengubah mekanisme penyelesaian lintas batas. Sistem keuangan global yang selama ini bergantung pada dollar mulai menghadapi ujian struktural yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Data IMF COFER menunjukkan pangsa dollar dalam cadangan global pada awal 2025 mencapai 56,32%, level terendah sejak kelahiran euro. Selain itu, 94% bank sentral di seluruh dunia sedang menguji coba mata uang digital, menandakan gelombang diversifikasi dan digitalisasi uang negara. Transformasi ini membuka jalan bagi jalur pembayaran yang lebih cepat, murah, dan aman, sekaligus menantang posisi dollar sebagai mata uang cadangan utama.

AI dan Stablecoin Memperluas Jangkauan Dollar

Baca Juga

Cicilan Rumah Hanya Rp1,7 Juta, Begini Simulasi KPR Subsidi 10 Tahun

Keberadaan AI di sektor keuangan memungkinkan perdagangan otomatis dan algoritma likuiditas, yang berpotensi memperbesar risiko sistemik, menurut Bank for International Settlements (BIS). Namun, jalur digital yang muncul juga memberi akses instan dan biaya rendah bagi transaksi global, menandai perubahan struktural pada jaringan lama yang berbasis dollar.

Stablecoin tetap menjadi perpanjangan dari likuiditas dollar. Saat ini, lebih dari 99% stablecoin dipatok USD, dengan USDT dan USDC mendominasi pasar. Stablecoin memungkinkan dollar tetap digunakan secara global bahkan ketika CBDC dan jalur digital lain berkembang, memperkuat posisi dollar dalam jangka pendek.

Dr. Alicia García-Herrero, Kepala Ekonom Natixis untuk Asia-Pasifik, menyebut bahwa penurunan pangsa USD di cadangan global di bawah 55% pada 2027 akan menandai titik balik penting, terutama jika aliran CBDC mencapai miliaran dollar per tahun. Ambang ini menunjukkan kapan diversifikasi uang dari dollar menjadi langkah kebijakan nyata, bukan sekadar teori.

Tokenisasi, E-CNY, dan Blok Web3

Tokenisasi obligasi dan aset tradisional mulai merambah ke jalur blockchain. Franklin Templeton mencatat obligasi yang ditokenisasi mencapai lebih dari US$5,5 miliar, sementara stablecoin beredar lebih dari US$220 miliar. Proyeksi tokenisasi RWA (real-world asset) mencapai triliunan pada 2030, terutama di Asia dan Eropa. Langkah ini bukan untuk menggantikan dollar, melainkan memperluas akses likuiditas dan efisiensi pasar secara digital.

Di sisi lain, e-CNY Cina menunjukkan bagaimana mata uang digital yang dikendalikan negara dapat berkembang pesat. Pada pertengahan 2025, e-CNY memproses 7 triliun yuan. Model ini menunjukkan keunggulan ekosistem yang terpusat dalam mengelola likuiditas dan ketahanan terhadap sanksi, berbeda dengan pendekatan pasar bebas di dunia kripto.

Selain itu, perdagangan Rusia-Cina yang kini sebagian besar tidak menggunakan dollar menandai potensi munculnya blok Web3 yang dipimpin negara, di mana CBDC dan aset digital digunakan sebagai alat strategis untuk memitigasi risiko geopolitik.

Proof-of-Personhood dan Inklusi Keuangan

Sistem identitas digital, seperti model biometrik Worldcoin, mulai menjadi landasan baru untuk inklusi keuangan dan akses modal. Pada pertengahan 2025, 200 juta identitas terverifikasi dapat menurunkan biaya pinjaman hingga 50–100 basis poin atau meningkatkan akses modal 20–30%. Ini menunjukkan potensi Proof-of-Personhood dalam menciptakan kerangka kepercayaan baru di era AI.

AI juga mempercepat pengelolaan risiko dan kepatuhan, misalnya co-pilot pembelajaran mesin yang mengotomatisasi review AML dan kontrak pintar yang memungkinkan bank sentral menyesuaikan jaminan secara real-time. BIS menekankan pentingnya integritas-dari-desain sebelum sistem AI sepenuhnya mengatur likuiditas global.

Sementara itu, stablecoin melengkapi peran AI sebagai lapisan likuiditas yang stabil, mendukung jalur pembayaran lintas batas dan mitigasi volatilitas. Di negara dengan inflasi tinggi seperti Argentina dan Turki, stablecoin menjadi lindung nilai digital terhadap keruntuhan mata uang lokal, menegaskan peran praktis kripto dalam ekonomi nyata.

Evolusi, Bukan Revolusi

Secara keseluruhan, dominasi dollar tidak hilang secara instan, tetapi mengalami transformasi bertahap. AI, CBDC, stablecoin, tokenisasi, dan blockchain mengubah cara nilai, likuiditas, dan kepercayaan dihitung di tingkat global. Dollar tetap menjadi jangkar, namun jalur digital dan mekanisme baru memperluas jangkauannya, sambil menciptakan risiko dan peluang baru.

Kerangka ini menekankan bahwa masa depan sistem moneter global bergantung pada tata kelola, transparansi, dan integritas digital, bukan semata-mata pada gangguan teknologi. Investor, regulator, dan bank sentral kini memantau indikator seperti pangsa cadangan, aliran CBDC, dan fragmentasi stablecoin untuk memahami evolusi kekuatan moneter dunia.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BI Jajaki Kerja Sama dengan Apple untuk Perluas Layanan QRIS Tap di iPhone

BI Jajaki Kerja Sama dengan Apple untuk Perluas Layanan QRIS Tap di iPhone

Saham Emiten Prajogo Pangestu Bergerak Variatif, Peluang dan Tantangan Investor Masih Terbuka

Saham Emiten Prajogo Pangestu Bergerak Variatif, Peluang dan Tantangan Investor Masih Terbuka

KUR BCA 2025: Syarat Mudah dan Simulasi Angsuran Rp350 Juta untuk Modal Usaha

KUR BCA 2025: Syarat Mudah dan Simulasi Angsuran Rp350 Juta untuk Modal Usaha

KUR BNI 2025: Panduan Lengkap Pengajuan Online dan Simulasi Cicilan Hingga Rp500 Juta

KUR BNI 2025: Panduan Lengkap Pengajuan Online dan Simulasi Cicilan Hingga Rp500 Juta

Panduan KUR Mandiri Terbaru: Syarat, Proses Pengajuan, dan Tabel Cicilan UMKM

Panduan KUR Mandiri Terbaru: Syarat, Proses Pengajuan, dan Tabel Cicilan UMKM