Kurs Rupiah Hari Ini, Sentimen The Fed dan Perang Dagang Tekan Nilai Tukar
- Senin, 20 Oktober 2025

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada awal pekan ini, Senin, 20 Oktober 2025.
Rupiah masih dibayangi tekanan eksternal dari arah kebijakan moneter AS yang semakin condong ke pelonggaran serta meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi dunia, AS dan Tiongkok.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 17 Oktober 2025, dengan koreksi tipis sebesar 0,05% atau 9 poin ke level Rp16.590 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS justru melemah 0,16% ke posisi 98,18, menandakan pelemahan mata uang Negeri Paman Sam terhadap sejumlah mata uang utama lainnya.
Baca Juga10 Aplikasi Fintech di Indonesia 2025: Manakah yang Terbaik?
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menilai pasar kini tengah menimbang potensi besar adanya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve, pada Oktober mendatang. Prospek tersebut didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan tren penurunan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Pelaku pasar mulai memperkirakan langkah The Fed akan mengarah pada pelonggaran moneter, meskipun tetap menunggu data lanjutan untuk konfirmasi," ujar Ibrahim dalam keterangan resminya.
Nada Dovish Powell dan Dukungan Internal The Fed
Nada dovish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, menjadi sinyal kuat yang memperkuat ekspektasi pelaku pasar. Powell menegaskan bahwa bank sentral akan tetap berhati-hati dan mengambil keputusan berdasarkan perkembangan data ekonomi pada setiap pertemuan. Ia juga menyoroti adanya risiko pelemahan di pasar tenaga kerja, yang dapat memperkuat alasan untuk menurunkan suku bunga.
Dukungan terhadap pelonggaran kebijakan moneter juga datang dari jajaran pejabat The Fed. Gubernur Christopher Waller secara terbuka menyampaikan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, sedangkan gubernur baru Stephen Miran bahkan mendorong pendekatan yang lebih agresif.
Langkah The Fed ini dipandang sebagai upaya menyeimbangkan antara stabilitas inflasi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di tengah situasi global yang masih bergejolak. Namun, bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, arah kebijakan tersebut tetap dapat menimbulkan volatilitas di pasar keuangan, termasuk pada nilai tukar rupiah.
Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Kembali Bayangi Pasar
Selain faktor moneter, pasar keuangan global kembali terguncang oleh isu geopolitik dan ketegangan perdagangan. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan hingga 100% atas seluruh impor dari Tiongkok mulai bulan depan. Kebijakan ini muncul sebagai respons atas langkah Beijing yang membatasi ekspor logam tanah jarang, komoditas strategis yang penting bagi berbagai industri di AS.
Ketegangan tersebut memicu kekhawatiran akan terjadinya perlambatan baru dalam perdagangan global. Investor global pun menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil posisi di aset berisiko, termasuk di pasar negara berkembang. “Situasi ini membuat investor cenderung mencari aset safe haven seperti dolar AS dan emas, sehingga tekanan terhadap rupiah masih akan terasa,” tambah Ibrahim.
Di tengah dinamika eksternal ini, sejumlah mata uang di kawasan Asia juga menunjukkan pelemahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tekanan terhadap rupiah bukan fenomena tunggal, melainkan bagian dari tren pelemahan regional akibat ketidakpastian global.
Investasi Domestik Masih Jadi Penopang Stabilitas Ekonomi
Meski kondisi eksternal menekan nilai tukar, fundamental ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan. Realisasi investasi pada kuartal III/2025 mencapai Rp491,4 triliun, dengan total kumulatif Januari–September mencapai Rp1.434,3 triliun atau 75,3% dari target tahunan Rp1.905,6 triliun. Capaian ini menunjukkan pertumbuhan investasi sebesar 13,9% secara tahunan.
Berdasarkan wilayah, investasi di luar Pulau Jawa kembali mendominasi dengan kontribusi 54,1% dari total investasi, sementara Jawa menyumbang 45,9%. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja yang terserap juga meningkat menjadi 696.478 orang, naik dari 665.764 pada kuartal sebelumnya.
Komposisi investasi antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) juga menunjukkan keseimbangan yang positif. PMA tercatat sebesar Rp212 triliun atau 43,1%, sementara PMDN mencapai Rp279,4 triliun atau 56,9%. Singapura masih menjadi investor terbesar dengan nilai investasi US$3,8 miliar, diikuti Hong Kong (US$2,7 miliar), China (US$1,9 miliar), Malaysia (US$1 miliar), dan Amerika Serikat (US$800 juta).
Data investasi ini memberi sinyal bahwa kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia masih terjaga, meski nilai tukar rupiah tengah menghadapi tekanan. Dengan stabilitas makroekonomi yang relatif baik dan dukungan kebijakan fiskal yang berkelanjutan, prospek jangka menengah ekonomi Indonesia dinilai tetap positif.
Proyeksi Pergerakan Rupiah pada Awal Pekan
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor global dan domestik, Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini. Namun, kecenderungannya masih melemah di kisaran Rp16.580–Rp16.630 per dolar AS.
Pelemahan rupiah diperkirakan masih bersifat sementara, selama kebijakan moneter domestik tetap konsisten dan fundamental ekonomi tetap kuat. Pemerintah diharapkan terus menjaga stabilitas makroekonomi melalui kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif.
“Selama pelaku pasar tetap rasional dan tidak bereaksi berlebihan terhadap gejolak eksternal, pelemahan rupiah masih dalam batas wajar,” tutup Ibrahim.

Mazroh Atul Jannah
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Spesifikasi Lengkap OPPO Find X9 Series Global Baterai 7.500mAh
- 22 Oktober 2025
2.
Intip Spesifikasi Vivo X300 Series, Performa dan Layar Premium
- 22 Oktober 2025
3.
Realme GT 8 Pro Spesifikasi Lengkap dengan Modul Kamera Kustom
- 22 Oktober 2025
4.
Spesifikasi Xiaomi Redmi Pad 2 Pro Layar Baterai Jumbo
- 22 Oktober 2025
5.
Xiaomi Redmi Projector 4: HyperOS, Layar Besar Harga Terjangkau
- 22 Oktober 2025