
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, menekankan pentingnya memperkuat kerja sama industri antara Indonesia dan Turki melalui pertemuan bisnis di Istanbul, Turki, Selasa, 23 September 2025.
Langkah ini diharapkan membuka peluang investasi baru, sekaligus memperluas keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global di sektor manufaktur.
“Pertemuan ini penting sebagai langkah awal untuk membangun 'roadmap strategy' untuk kerja sama di sektor manufaktur Indonesia dan Turki. Kami ingin kemitraan industri ini bersifat jangka panjang, saling menguntungkan, serta mampu mendorong kontribusi nyata bagi perekonomian kedua negara,” kata Menperin.
Baca Juga
Dalam agenda kunjungan ini, Menperin melakukan pertemuan dengan Karadeniz Holding, grup usaha besar yang bergerak di sektor energi, keuangan, real estate, kapal, dan logistik. Perusahaan tersebut menyatakan ketertarikan untuk menjajaki kerja sama di bidang shipyard (galangan kapal) serta penyediaan energi.
“Mereka juga menyatakan dukungan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek energi di Indonesia, salah satunya di Batam yang memiliki potensi kebutuhan energi tinggi untuk menopang aktivitas industri dan pusat data,” kata Menperin.
Selanjutnya, Menperin bertemu dengan Kale Group, produsen keramik dan bahan bangunan terbesar di Turki. Ia menjelaskan bahwa Kale memiliki peluang besar untuk mendukung program prioritas nasional, yakni pembangunan tiga juta rumah rakyat, yang akan menyerap pasokan keramik dalam jumlah besar.
Selain itu, Kale Group juga memiliki portofolio industri pertahanan dan dirgantara yang berpotensi dikembangkan melalui kerja sama dengan Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat sektor strategis dan teknologi tinggi dalam negeri.
Diskusi juga berlangsung dengan Erisler, perusahaan produsen pangan Turki yang sudah memiliki kerja sama dengan Indonesia. Saat ini, Erisler menyalurkan tepung terigu untuk pakan hewan, namun ke depan mereka berkomitmen memperluas usaha ke bidang industri makanan.
Indonesia menyambut baik langkah ini karena sejalan dengan upaya memperkuat kemandirian industri pangan nasional. Dengan demikian, kerja sama ini tidak hanya menambah investasi, tetapi juga mendorong ketahanan pangan melalui penguatan sektor industri strategis.
Menperin kemudian berdiskusi dengan Tümosan, produsen traktor dan mesin diesel asal Turki. Ia menegaskan bahwa peluang kerja sama dengan Turki sejalan dengan program Presiden Prabowo Subianto mengenai ketahanan pangan.
“Industri Turki menghendaki adanya jaminan pasar apabila mereka berproduksi di Indonesia. Untuk itu, kami akan memberikan jaminan melalui kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen, sehingga produk alat mesin pertanian dari Tümosan dapat terserap di pasar domestik,” ujar Agus.
Lebih lanjut, Menperin menekankan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menjadi hub perdagangan produk-produk Turki di kawasan Asia. Hal ini didukung posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di kawasan serta adanya sejumlah perjanjian dagang yang sudah terjalin dengan berbagai negara, termasuk Australia.
“Indonesia adalah saudara tua di Asia, dan kami siap menjadi pusat distribusi produk industri Turki untuk memperluas akses ke pasar regional,” tegasnya.
Agus menjelaskan, kemitraan dengan pelaku industri Turki akan membawa manfaat besar bagi Indonesia. Pertama, masuknya investasi langsung dari perusahaan Turki ke sektor manufaktur nasional.
Kedua, peluang kolaborasi teknologi dan riset bersama yang dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Ketiga, keterlibatan industri Indonesia dalam rantai pasok global yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting di sektor manufaktur internasional.
Dengan masuknya fasilitas produksi dari perusahaan-perusahaan Turki, Indonesia akan semakin kompetitif, daya serap tenaga kerja meningkat, dan industri nasional mendapat akses lebih luas ke pasar global. Pemerintah siap memberikan dukungan dan fasilitas yang kompetitif untuk memastikan kerja sama ini dapat terwujud.
Kunjungan Menperin ke Turki juga menjadi momentum strategis untuk memperkuat hubungan bilateral industri sekaligus membuka peluang ekspansi produk Indonesia di pasar global.
Dengan pendekatan ini, kerja sama industri tidak hanya meningkatkan investasi, tetapi juga memacu transfer teknologi, memperkuat daya saing sektor manufaktur, dan menciptakan peluang ekonomi bagi kedua negara.
Selain itu, pengembangan proyek bersama seperti pembangunan galangan kapal, fasilitas energi, dan industri makanan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar menjadi mitra strategis bagi perusahaan internasional.
Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis industri, teknologi, dan inovasi.
Dalam jangka panjang, kemitraan dengan perusahaan Turki akan memperkuat ekosistem manufaktur nasional, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan ketersediaan produk berkualitas tinggi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia siap menjadi pusat distribusi dan inovasi industri di kawasan Asia, sekaligus memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.

Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Hari Tani Nasional 24 September: Sejarah, Makna, dan Peringatan
- 24 September 2025
2.
Rehabilitasi Mangrove Bone, Pelindo Regional 4 Wujudkan Pelabuhan Hijau
- 24 September 2025
3.
Rekomendasi Aplikasi Saham Terbaik 2025 untuk Investor
- 24 September 2025
4.
Rekor Baru! Harga Emas Antam Logam Mulia Hari Ini
- 24 September 2025
5.
Harga Emas Pegadaian 2025 Naik, Antam Tembus Rp2,25 Juta
- 24 September 2025