Sabtu, 06 September 2025

Percepatan PLTS Dorong Energi Bersih Indonesia

Percepatan PLTS Dorong Energi Bersih Indonesia
Percepatan PLTS Dorong Energi Bersih Indonesia

JAKARTA - Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia terus menunjukkan tren positif yang signifikan. Dari rumah tangga, UMKM, hingga industri dan institusi pendidikan, adopsi energi surya semakin meluas. Di tengah meningkatnya tekanan global untuk transisi energi bersih, PLTS menjadi salah satu solusi strategis. Namun, pengembangan energi terbarukan ini masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk regulasi yang sering berubah, skema pembiayaan terbatas, dan rantai pasok domestik yang belum optimal.

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, menekankan bahwa tren pemanfaatan PLTS berbeda pada setiap skala. Mulai dari elektrifikasi desa, kebutuhan industri, hingga pembangkit skala utilitas, semuanya memiliki karakteristik tersendiri. Marlistya menambahkan, percepatan pemanfaatan energi terbarukan hanya bisa tercapai jika didukung oleh kebijakan konsisten, akses pembiayaan yang adil dan inklusif, serta partisipasi aktif masyarakat.

“Energi surya adalah kunci transisi energi bersih. Dengan potensi lebih dari 7 terawatt, Indonesia punya peluang besar untuk melompat ke masa depan yang lebih hijau,” kata Marlistya.

Baca Juga

Harga BBM Pertamina Terkini Seluruh Wilayah Indonesia

Marlistya menegaskan bahwa momentum PLTS tidak boleh hanya dimanfaatkan oleh industri besar. “PLTS harus hadir juga di sekolah, pesantren, UMKM, hingga rumah tangga,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa energi surya memiliki peran strategis untuk efisiensi biaya sekaligus memperluas akses energi bersih ke seluruh lapisan masyarakat.

Hingga Mei 2025, kapasitas terpasang PLTS nasional telah melampaui 1.000 megawatt. Tren positif ini terlihat di Jawa Tengah dan DKI Jakarta, di mana ratusan rumah tangga, UMKM, sekolah, dan pesantren mulai mengadopsi teknologi surya. Di sektor industri, perusahaan besar mulai memasang PLTS atap untuk menekan biaya listrik sekaligus memenuhi tuntutan pasar ekspor yang semakin menekankan penggunaan energi bersih.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), PT PLN (Persero) menargetkan kapasitas PLTS sekitar 17,1 GW untuk periode 2025–2034. Presiden Prabowo Subianto juga meluncurkan program 100 GW PLTS yang dikembangkan secara tersebar di desa-desa. Target ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memperluas pemanfaatan energi terbarukan secara merata.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan KESDM, Andriah Feby Misna, menjelaskan bahwa pemerintah sedang menyusun regulasi pendukung pengembangan energi terbarukan, termasuk revisi Peraturan Presiden No.112/2022 dan Permen ESDM tentang PLTS Operasi Paralel. Andriah mendorong partisipasi pemerintah daerah, antara lain menyelaraskan tata ruang wilayah, menjadi mediator pembebasan lahan, mengalokasikan APBD untuk proyek PLTS di bangunan publik, serta memberikan insentif untuk pengembangan energi bersih.

Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, mencatat bahwa dari total 916 MW kapasitas PLTS terpasang per akhir 2024, sebagian besar berasal dari PLTS skala besar. Namun tren baru menunjukkan pertumbuhan PLTS terdistribusi, seperti PLTS atap, terutama di sektor industri, dengan tambahan lebih dari 100 MW kapasitas pada 2024.

“PLTS captive atau PLTS yang digunakan untuk sektor industri menjadi faktor yang meningkatkan daya saing industri Indonesia di pasar global. Wilayah usaha (wilus) telah meningkat tiga kali lipat sejak 2017 sehingga menjadi peluang besar bagi pemasangan PLTS captive. Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dalam perencanaan sistem, data, dan perizinan, misalnya melalui aplikasi,” kata Alvin.

Alvin menambahkan bahwa penyerapan kapasitas produksi PLTS perlu ditingkatkan melalui permintaan dalam negeri yang konsisten, terutama proyek skala utilitas. Ia menekankan bahwa harga modul lokal saat ini 30–40 persen lebih mahal dibandingkan impor, sehingga perlu insentif berupa pembebasan bea masuk bahan baku.

“Untuk mendorong investasi pada rantai pasok, penting memastikan permintaan domestik yang stabil. Pemerintah juga harus menyiapkan strategi agar aturan TKDN tetap menarik investasi sekaligus melindungi industri lokal,” ujar Alvin.

Dengan dukungan kebijakan, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat, potensi PLTS di Indonesia tidak hanya menjawab kebutuhan listrik, tetapi juga mendorong transisi energi yang berkelanjutan. Pemanfaatan PLTS di rumah tangga, sekolah, UMKM, hingga industri menjadi contoh nyata bahwa energi bersih dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Selain itu, percepatan PLTS berpotensi memperkuat ketahanan energi nasional, menurunkan biaya listrik, dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Integrasi PLTS ke sektor publik maupun industri menjadi kunci agar target kapasitas nasional dapat tercapai, sekaligus mendorong Indonesia menuju ekonomi hijau.

Dengan strategi yang konsisten, PLTS dapat menjadi solusi energi masa depan. Indonesia memiliki potensi besar, regulasi yang semakin matang, dan dukungan teknologi yang terus berkembang. Ke depan, pemanfaatan PLTS untuk semua skala dari rumah tangga hingga utilitas besar diharapkan menjadi standar baru energi bersih di tanah air.

Sutomo

Sutomo

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Libur Maulid Nabi, Pertamina Amankan Stok Gas LPG Jatim

Libur Maulid Nabi, Pertamina Amankan Stok Gas LPG Jatim

PLN IP Inovasi Sosial Energi di PLTA Wonogiri

PLN IP Inovasi Sosial Energi di PLTA Wonogiri

PT Bukit Asam Ciptakan Pupuk Organik Baru

PT Bukit Asam Ciptakan Pupuk Organik Baru

Elnusa Dorong Transformasi Hijau Desa Mundu

Elnusa Dorong Transformasi Hijau Desa Mundu

Jadwal Pemadaman Listrik Yogyakarta Hari Ini 4 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Yogyakarta Hari Ini 4 September 2025