
JAKARTA - Dalam upaya menjaga tumbuh kembang anak yang optimal, perhatian terhadap asupan zat besi tidak boleh diabaikan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa pemberian suplemen zat besi untuk anak bukan sekadar soal kebutuhan gizi, melainkan juga soal keamanan. Dosis yang tepat harus disesuaikan dengan usia, kondisi kesehatan, serta kebutuhan individu. Karena itu, konsultasi dokter menjadi langkah penting sebelum memberikan obat atau suplemen berbasis zat besi kepada anak.
Prof Harapan Parlindungan Ringoringo, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI, menegaskan kembali hal ini. "Jadi zat besi itu sebaiknya dengan resep dari dokter, supaya dosis (obat)-nya pas dan sesuai kebutuhan," ujarnya. Menurutnya, kebutuhan zat besi antara bayi, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa berbeda-beda, sehingga tidak bisa dipukul rata.
Bentuk Obat Berbeda Sesuai Usia
Baca Juga20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri
Perbedaan kebutuhan ini juga berdampak pada bentuk obat yang diberikan. Bayi dan anak di bawah lima tahun umumnya tidak dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Obat tersebut lebih tepat diberikan dalam bentuk sirup atau tetes (drops). Hal ini dikarenakan tablet tidak bisa digerus, sebab proses penghancuran dapat merusak kandungan obat dan memicu oksidasi.
"Jadi sekali lagi, diingatkan bahwa tablet tambah darah tidak bisa digerus. Sehingga untuk bayi harus diberikan pakai drops ataupun sirup," jelas Prof Harapan.
Bagi anak remaja, pemberian tablet sudah lebih memungkinkan. Remaja dianggap cukup mandiri untuk mengonsumsi tablet secara rutin. Sesuai rekomendasi, satu tablet TTD diberikan setiap minggu selama setahun.
Program Pemerintah untuk Remaja Putri
Dalam rangka mencegah anemia yang masih tinggi di kalangan remaja, pemerintah Indonesia telah meluncurkan program khusus. Remaja putri yang duduk di bangku SMP dan SMA memperoleh TTD secara gratis. "Pemerintah sudah berikan ke setiap sekolah remaja putri SMP atau SMA 52 butir. Jadi, 1 tablet setiap minggu selama 1 tahun, dikasih secara gratis," ungkap Prof Harapan.
Program ini diharapkan dapat menekan prevalensi anemia yang berisiko menurunkan kualitas generasi masa depan. Anemia tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga memengaruhi konsentrasi belajar, produktivitas, hingga kesiapan fisik dan mental remaja di masa mendatang.
Edukasi dan Peran Keluarga
Selain pemerintah, IDAI juga aktif melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya kekurangan zat besi. Edukasi ini menyoroti pentingnya pemenuhan nutrisi sejak bayi lahir hingga remaja. Salah satu kunci pencegahan anemia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama mungkin.
Bagi bayi yang sudah mulai MPASI, keluarga dianjurkan memperkaya menu dengan bahan pangan tinggi zat besi. Beberapa contoh sumber zat besi alami adalah hati ayam, ikan, serta berbagai jenis makanan hewani lain. Makanan tersebut mengandung zat besi heme yang lebih mudah diserap tubuh dibandingkan sumber nabati.
Pencegahan Anemia dengan Pendekatan Menyeluruh
Prof Harapan juga menekankan perlunya menghindari peningkatan berat badan berlebihan pada anak. Pola hidup sehat dan seimbang menjadi bagian penting dalam menjaga kadar zat besi yang cukup. IDAI turut menyarankan agar tenaga medis melakukan tindakan pencegahan sejak bayi lahir. Salah satu langkahnya adalah menunda penjepitan tali pusat selama 1–3 menit setelah persalinan. Cara ini terbukti dapat meningkatkan cadangan zat besi pada bayi baru lahir.
Selain itu, peningkatan kualitas layanan antenatal juga perlu diperhatikan. Pemeriksaan rutin selama kehamilan dapat membantu mendeteksi potensi risiko anemia sejak dini, sehingga langkah pencegahan lebih mudah dilakukan.
Kenapa Konsultasi Dokter Sangat Penting?
Memberikan suplemen zat besi tanpa pengawasan medis bisa berisiko. Overdosis zat besi dapat menimbulkan gangguan pencernaan, kerusakan organ, hingga keracunan. Di sisi lain, kekurangan zat besi yang tidak ditangani juga berdampak besar terhadap perkembangan anak, mulai dari gangguan kognitif hingga penurunan daya tahan tubuh.
Dengan konsultasi dokter, orang tua akan mendapatkan rekomendasi dosis yang tepat sesuai usia, kondisi kesehatan, serta kebutuhan anak. Dokter juga dapat menilai apakah suplemen diperlukan, atau cukup dipenuhi melalui pola makan sehari-hari.
Investasi untuk Generasi Emas 2045
Isu pemenuhan zat besi tidak dapat dilepaskan dari visi Indonesia menuju Generasi Emas 2045. Anak-anak yang sehat, bebas anemia, serta tercukupi nutrisinya akan tumbuh menjadi generasi produktif, cerdas, dan kompetitif.
“Pemenuhan nutrisi anak jadi kunci cegah anemia menuju Generasi Emas 2045,” tegas Prof Harapan.
Oleh karena itu, kerja sama antara keluarga, tenaga medis, sekolah, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan kebutuhan zat besi anak terpenuhi.
Konsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat zat besi bagi anak bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan nyata. Setiap tahap usia memiliki kebutuhan zat besi yang berbeda, sehingga penyesuaian dosis sangat penting. Program pemerintah dalam membagikan tablet tambah darah pada remaja putri, edukasi keluarga tentang ASI dan MPASI bergizi, serta peran tenaga medis dalam pencegahan sejak dini adalah langkah-langkah nyata untuk melawan anemia.
Dengan pendekatan menyeluruh, pemenuhan zat besi dapat berjalan optimal. Anak-anak pun akan tumbuh sehat, cerdas, dan siap menjadi bagian dari generasi emas di masa depan.

Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!
- 06 September 2025
2.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
3.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
4.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025