Apa Itu Radang Kelenjar Susu: Jenis, Gejala, dan Penyebabnya
- Kamis, 10 Juli 2025

Apa itu radang kelenjar susu? Pertanyaan ini penting diketahui para ibu menyusui karena ASI berperan penting dalam tumbuh kembang bayi.
ASI dikenal sebagai sumber nutrisi terbaik yang tidak bisa digantikan oleh susu formula maupun susu hewani.
Meski beberapa bayi harus mengonsumsi susu formula karena kondisi tertentu, kandungan ASI tetap lebih unggul, bahkan lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi.
Baca Juga20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri
Tak heran jika sebagian bayi yang diberikan susu formula bisa mengalami gangguan seperti diare.
Idealnya, pemberian ASI dilakukan sejak bayi lahir hingga usia enam bulan, mengikuti kebutuhan masing-masing anak. Namun, tidak semua ibu mampu memberikan ASI secara langsung.
Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab, salah satunya adalah gangguan kesehatan pada payudara, seperti peradangan pada kelenjar susu.
Kondisi ini bisa menjadi penghalang dalam proses menyusui, meskipun sebenarnya bisa diatasi dengan cukup istirahat dan konsumsi air yang memadai. Sayangnya, masih banyak yang belum mengenali secara jelas mengenai kondisi tersebut.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui apa itu radang kelenjar susu, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara penanganannya agar proses menyusui tetap optimal dan bayi tetap memperoleh nutrisi yang terbaik.
Apa Itu Radang Kelenjar Susu?
Apa itu radang kelenjar susu? Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai mastitis, yaitu peradangan yang terjadi pada jaringan payudara dan bisa disertai infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus.
Penyebab utamanya sering kali karena saluran ASI tersumbat akibat kesalahan teknik menyusui. Oleh karena itu, mastitis lebih sering dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan.
Gejalanya dapat berupa payudara yang terasa mengeras, nyeri saat menyusui, dan pembengkakan di area tersebut.
Umumnya, mastitis muncul dalam tiga bulan pertama pascamelahirkan. Namun, pada kasus tertentu, keluhan ini bisa berlangsung hingga dua tahun setelah persalinan apabila tidak segera ditangani dengan benar.
Meskipun terasa nyeri, pemberian ASI tetap dianjurkan untuk diteruskan. Kondisi ini juga dapat disertai demam pada ibu, yang jika tidak ditangani, bisa berdampak pada kondisi kesehatan bayi.
Dalam hal ini, peran suami dan anggota keluarga lain sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pemulihan. Mastitis termasuk masalah umum yang sering terjadi pada ibu menyusui.
Dampaknya tidak hanya menurunkan produksi ASI, tetapi juga bisa memicu munculnya gangguan kesehatan lainnya.
Meski lebih banyak menyerang wanita pascamelahirkan, kondisi ini juga bisa dialami oleh wanita yang tidak sedang menyusui dan bahkan pria. Jika terjadi pada wanita non-laktasi, biasanya disebabkan oleh infeksi kulit atau cedera di sekitar area payudara.
Meskipun memiliki kemiripan gejala, mastitis berbeda dengan saluran ASI tersumbat. Saluran tersumbat bukan disebabkan oleh infeksi sehingga tidak memerlukan antibiotik.
Gejalanya meliputi nyeri, pembengkakan, dan benjolan pada payudara, disertai kulit yang memerah. Namun, warna kemerahan dan rasa nyeri pada mastitis umumnya lebih parah.
Kedua kondisi ini bisa sulit dibedakan karena memiliki ciri yang mirip, bahkan sumbatan pada saluran ASI berpotensi berkembang menjadi mastitis jika tidak segera ditangani.
Jenis Radang Kelenjar Susu atau Mastitis
Peradangan pada kelenjar susu, yang dikenal dengan istilah mastitis, terbagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya.
1. Mastitis Tanpa Infeksi
Jenis pertama adalah peradangan yang muncul bukan karena infeksi, melainkan akibat sumbatan aliran air susu. Kondisi ini terjadi ketika ASI tetap dihasilkan oleh tubuh, namun tidak dikeluarkan dan tertahan di dalam jaringan payudara.
Hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan pada payudara. Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya sumbatan ini, di antaranya:
- Posisi mulut bayi saat menyusu tidak tepat, sehingga proses menyusu tidak berjalan dengan efektif.
- Bayi mengalami kesulitan saat mengisap ASI dari payudara.
- Frekuensi menyusui yang terlalu jarang.
- Penggunaan pakaian yang terlalu ketat sehingga menekan payudara dan menghambat kelancaran saluran ASI.
2. Mastitis yang Disebabkan Infeksi
Jenis kedua berasal dari infeksi bakteri. Meskipun biasanya saluran ASI bukanlah tempat bakteri berkembang, aliran susu yang terhenti justru menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Para pakar medis menyebutkan bahwa bakteri yang terdapat di permukaan kulit sekitar payudara bisa masuk ke dalam jaringan lewat celah kecil atau luka pada kulit, dan kemudian menyebabkan infeksi.
Gejala Radang Kelenjar Susu
Para ibu yang sedang menyusui, khususnya yang baru pertama kali menjadi ibu, berisiko mengalami peradangan pada jaringan kelenjar susu.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan munculnya warna kemerahan di salah satu sisi payudara, disertai rasa bengkak dan sensasi hangat saat disentuh. Adapun beberapa gejala yang dapat dirasakan ketika peradangan ini terjadi antara lain:
- Munculnya benjolan di area payudara.
- Rasa nyeri atau sensasi panas menusuk yang sering terasa ketika bayi sedang menyusu.
- Sakit di bagian kepala.
- Timbul rasa mual hingga muntah.
- Demam tinggi yang bisa mencapai suhu 38,5 derajat Celsius disertai tubuh menggigil.
- Merasa sangat lelah tanpa sebab yang jelas.
- Tampaknya pola merah berbentuk garis menyerupai jaring laba-laba pada kulit payudara.
- Keluarnya cairan berupa nanah melalui puting, kadang disertai warna kemerahan atau darah.
Penyebab Terjadinya Radang Kelenjar Susu
Menurut informasi dari SehatQ, peradangan pada jaringan kelenjar susu bisa dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah infeksi bakteri bernama Staphylococcus aureus. Beberapa penyebab umum yang dapat memicu kondisi ini di antaranya:
Luka atau iritasi pada puting
Ketika permukaan puting mengalami luka atau terkelupas, hal ini membuat bakteri lebih mudah masuk ke jaringan payudara. Kondisi ini sering membuat ibu menyusui merasa tidak nyaman dan enggan untuk melanjutkan proses menyusui.
Jadwal menyusui yang tidak rutin
Jika bayi jarang disusui, produksi air susu yang terus berlangsung akan menumpuk dalam payudara. Penumpukan ini bisa menyebabkan peradangan, terutama bila proses menyapih dilakukan secara mendadak dan tidak bertahap.
Pengosongan payudara yang kurang maksimal
Idealnya, setiap malam payudara perlu dikosongkan dari ASI yang tersisa. Namun, ibu yang merasa kelelahan atau mengantuk kerap kali tidak menyusui dalam waktu cukup lama.
Hal ini menyebabkan ASI tidak dikeluarkan secara menyeluruh dan menimbulkan sumbatan.
Produksi ASI yang berlebihan
Saat jumlah ASI yang dihasilkan tubuh sangat banyak namun tidak dikeluarkan sepenuhnya, maka terjadi penumpukan. Akumulasi ASI ini juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab munculnya peradangan pada payudara.
Posisi Menyusu Bayi yang Kurang Tepat
Bayi yang baru dilahirkan belum memahami secara benar cara menyusu dengan efektif. Banyak bayi hanya mengisap bagian puting tanpa mencakup areola, yaitu area kulit di sekitar puting.
Akibatnya, puting dapat tertekan di antara bibir dan gusi bayi, yang menyebabkan aliran susu menjadi terhambat.
Memberikan ASI dari Satu Sisi Payudara Saja
Jika ibu hanya memberikan ASI dari satu sisi payudara setiap kali menyusui, maka hanya bagian tersebut yang dikosongkan.
Sementara sisi lainnya berisiko mengalami penumpukan karena tidak dikeluarkan dengan optimal. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memberikan ASI secara bergantian dari kedua sisi.
Pemakaian Bra yang Tidak Nyaman
Bra yang terlalu sempit atau ketat dapat menyebabkan tekanan atau gesekan pada area puting. Tekanan ini bisa menimbulkan luka yang menjadi jalan masuk bakteri penyebab infeksi pada jaringan payudara.
Kondisi Tubuh yang Lelah dan Kekurangan Nutrisi
Daya tahan tubuh ibu menyusui sangat berperan dalam menjaga kelancaran produksi ASI dan kesehatan tubuhnya. Jika tubuh ibu kelelahan atau tidak memperoleh asupan nutrisi yang cukup, maka sistem imunnya akan melemah.
Dalam kondisi ini, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan risiko gangguan pengeluaran ASI, yang dapat berujung pada peradangan di jaringan payudara.
Perawatan untuk Mengatasi Radang Kelenjar Susu
Sebaiknya jika mengalami peradangan pada kelenjar susu, segera periksakan diri ke tenaga medis.
Setelah menjalani pemeriksaan, dokter biasanya akan memberikan pengobatan berupa resep antibiotik dan juga panduan perawatan mandiri di rumah.
Langkah-langkah ini berguna untuk mencegah agar kondisi tidak semakin memburuk. Mengutip dari Halodoc, berikut beberapa bentuk penanganan yang bisa dilakukan di rumah.
Cukupi Waktu Istirahat
Sama seperti kondisi medis lainnya, pemulihan dari masalah ini juga memerlukan waktu istirahat yang cukup. Walaupun ibu menyusui tentu memiliki tanggung jawab besar dalam mengasuh bayi, tetaplah prioritaskan waktu untuk beristirahat.
Peran pasangan maupun anggota keluarga sangat penting dalam situasi seperti ini, terutama dalam membantu merawat sang buah hati.
Jangan merasa bersalah karena tidak bisa selalu hadir merawat anak, sebab pemulihan tubuh juga menjadi hal yang utama agar kondisi bisa cepat membaik.
Variasikan Cara Menyusui
Mengubah posisi saat menyusui dapat membantu memperbaiki pola hisapan bayi, yang berpotensi mengurangi tekanan pada bagian tertentu dari payudara. Walaupun terasa sakit dan tidak nyaman, tetap usahakan untuk menyusui secara rutin.
Proses menyusui bisa membantu mengurangi sumbatan serta bengkak pada jaringan payudara, sehingga mempercepat pemulihan.
Lakukan Pemijatan pada Area Payudara
Metode ini cukup membantu saat proses menyusui berlangsung. Letakkan ibu jari di bagian yang terasa sakit atau tidak nyaman, lalu tekan perlahan dan arahkan gerakan menuju ke arah puting.
Jika kamu belum yakin lokasi tepatnya, cukup raba bagian yang terasa lebih keras atau tidak rata. Untuk kenyamanan lebih, pemijatan bisa dilakukan bersamaan dengan mandi air hangat.
Perbanyak Konsumsi Air Mineral
Aktivitas menyusui kerap kali membuat tubuh ibu kehilangan cairan tanpa disadari. Oleh sebab itu, usahakan untuk minum air putih dalam jumlah cukup agar kebutuhan cairan tetap terpenuhi.
Asupan cairan yang cukup juga bisa mendukung kelancaran produksi ASI, sehingga proses menyusui bisa lebih sering dan pengosongan payudara berlangsung maksimal.
Gunakan Daun Kubis Dingin sebagai Kompres
Sebuah penelitian dari Nursing and Midwifery Research Journal tahun 2015 menunjukkan bahwa kompres menggunakan daun kubis dingin memiliki manfaat yang setara dengan kompres hangat dalam membantu mengurangi rasa tidak nyaman.
Caranya cukup mudah, bersihkan lembaran daun kubis hijau dan simpan di kulkas hingga dingin. Pilih daun yang sesuai dengan ukuran payudara, lalu tempelkan daun tersebut hingga menutupi seluruh area payudara, kecuali bagian puting.
Jika ingin lebih praktis, kamu juga bisa meletakkannya langsung di dalam bra yang longgar.
Diamkan selama sekitar 20 menit, lalu buang daunnya, bersihkan payudara, dan keringkan secara perlahan. Perawatan ini bisa diulangi hingga tiga kali sehari dengan durasi 20 menit untuk tiap sesi.
Pentingnya ASI bagi Pertumbuhan Anak
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa air susu ibu berperan besar dalam mendukung tumbuh kembang bayi.
Meski begitu, ada sejumlah anak yang tidak dapat memperoleh asupan ini secara langsung dari ibunya karena kondisi tertentu, sehingga kebutuhan gizinya digantikan dengan susu formula.
Saat ini juga muncul alternatif berupa donor ASI, meskipun hal ini masih menimbulkan perdebatan, terutama terkait hukum agama dalam beberapa kelompok masyarakat.
Air susu dari ibu merupakan sumber nutrisi utama dan sangat direkomendasikan untuk bayi yang baru dilahirkan hingga memasuki usia enam bulan.
Kandungannya hampir mencakup seluruh zat yang diperlukan oleh tubuh bayi dalam masa awal kehidupannya. Walaupun bisa diganti dengan produk susu lain, kandungan gizi dalam ASI tetap tidak dapat sepenuhnya disamai oleh susu formula.
Saat ini, semakin banyak gerakan yang mendorong para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sejak lahir.
Yang dimaksud dengan pemberian eksklusif ini adalah memberikan hanya ASI sebagai satu-satunya asupan tanpa campuran cairan atau makanan lainnya.
Artinya, bayi tidak diberi tambahan berupa air putih, teh, madu, bubur, pisang, atau makanan lain, hingga usia enam bulan tercapai.
Proses pemberian ASI ini bahkan dianjurkan dimulai setengah jam setelah persalinan dan dilakukan secara berkala, terutama di waktu malam, sesuai kebutuhan bayi.
Satu hal penting yang harus dipahami tentang air susu ibu adalah bahwa kandungannya dapat berubah seiring waktu. Hal ini dipengaruhi oleh tahapan produksi yang dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a) Cairan Awal (Kolostrum)
Merupakan cairan pertama yang dihasilkan oleh tubuh ibu setelah melahirkan. Cairan ini berwarna kekuningan, cukup kental, dan kaya akan nutrisi serta zat pelindung.
b) Masa Peralihan (ASI Transisi)
Biasanya mulai diproduksi setelah masa kolostrum berakhir dan berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Pada fase ini, jumlah produksi meningkat dan perlahan akan berubah menjadi bentuk akhir dari ASI.
c) ASI yang Sudah Berkembang (Mature Milk)
Fase ini dimulai sekitar hari kesepuluh atau memasuki minggu ketiga setelah proses menyusui dimulai. Kandungan nutrisinya disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
Manfaat Memberikan ASI secara Penuh
Memberikan ASI secara eksklusif memiliki banyak keunggulan, baik bagi bayi maupun sang ibu. Untuk bayi, cairan ini menyediakan nutrisi lengkap yang tidak dapat ditiru oleh susu formula.
Kandungannya mencakup zat pelindung yang mampu menjaga bayi dari risiko penyakit seperti infeksi, gangguan pencernaan, alergi, dan gangguan pernapasan. Selain itu, asupan ini juga membantu mendukung perkembangan kecerdasan otak.
Sementara bagi ibu, proses menyusui memberikan dampak positif secara emosional maupun fisik. Sentuhan langsung selama menyusui dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
Bayi merasa tenang karena kehangatan tubuh ibunya, dan di sisi lain, kegiatan menyusui juga membantu mengontrol berat badan sang ibu, terutama di area tubuh bagian bawah seperti paha dan panggul.
Sebagai penutup, penting bagi setiap ibu menyusui untuk memahami apa itu radang kelenjar susu agar dapat segera mengambil langkah tepat saat muncul gejala yang mengganggu.

Bru
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
2.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
3.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025
4.
5.
Mengenal 11 Makanan Khas Bekasi yang Kaya Rasa dan Cerita
- 06 September 2025