
JAKARTA - Di tengah tantangan menurunnya profitabilitas akibat biaya operasional tinggi, bank-bank Indonesia mengadopsi strategi cerdas: memperkuat kualitas kredit untuk mengurangi beban provisi pencadangan. Pendekatan ini terbukti ampuh dalam menekan biaya tak terduga sembari menjaga kesehatan portofolio, dengan beberapa bank besar menunjukkan penurunan drastis dalam biaya cadangan.
NPL gross (non performing loan) sektor perbankan masih berada di kisaran 2,24% per April 2025, sedikit naik dari 2,17% pada Maret. Namun, bank-bank tertentu memastikan bahwa pencadangannya masih memadai, sehingga memungkinkan penurunan beban provisi tanpa mengganggu ketahanan modal.
Maybank: Pencadangan Melandai, Laba Meroket
Baca Juga
PT Bank Maybank Indonesia Tbk menjadi contoh paling mencolok: biaya pencadangannya turun 66,7% YoY menjadi Rp?205,23 miliar hingga Mei 2025. Penurunan ini langsung berimbas ke laba bank hanya mencatatkan laba Rp?490,7 miliar dari Januari hingga Mei 2025, naik 860,78% dibanding periode sama tahun lalu.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, menyampaikan bahwa pencadangan selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan portofolio. “Secara NPL bank dari tahun ke tahun secara overall mengalami perbaikan terutama di sektor korporasi. Ini yang membuat pencadangan overall lebih baik dibandingkan dari tahun lalu,” ujarnya, terlacak dari penurunan NPL mereka dari 2,8–2,9% menjadi 2,4% di Mei 2025.
Namun, Steffano tetap berhati-hati menyikapi gejolak global. “Akan terus hati-hati dalam menyalurkan kredit ke depan, terutama terhadap sektor-sektor yang terdampak langsung oleh perang dan perlambatan ekonomi dunia.”
CIMB Niaga: Menjaga Margin, Menstabilkan Laba
Strategi serupa dijalankan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Biaya pencadangannya turun 37,9% YoY menjadi Rp?329,1 miliar hingga Mei 2025, yang membantu mempertahankan stabilitas laba sebesar Rp?2,74 triliun selama periode yang sama.
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan tekanan pada margin bunga menyebabkan bank lebih fokus pada pengendalian biaya, termasuk provisi CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai). Ia menyebut rasio LAR (loan-to-asset ratio) stabil di sekitar 8% dan Loan Loss Coverage (LLC) berada di kisaran 225%, dengan target menjaga NPL di bawah 2%.
Lani menuturkan: “Sehingga bottom line profit bisa dipertahankan.”
BCA: Pencadangan Disiplin Ikut Seimbangkan Aset
Bank Central Asia (BCA) juga mempraktikkan hal serupa. Per Mei 2025, biaya pencadangannya turun 18% menjadi Rp?1,4 triliun. Menurut Executive Vice President Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, pencadangan disusun berdasarkan perkembangan kualitas aset keuangan dan kehatian-hatian bisnis.
BCA pilih strategi kredit pruden dan manajemen risiko disiplin:
“Ditopang oleh likuiditas memadai, kami menjaga pertumbuhan kredit berkualitas serta senantiasa mengamati dinamika perekonomian, kondisi bisnis, dan pasar,” jelas Hera.
Menjaga Kualitas Kredit sebagai Prioritas Utama
Secara keseluruhan, tiga bank Maybank, CIMB Niaga, dan BCA telah menunjukkan bahwa pengendalian kualitas aset bukan sekadar teori. Ini terbukti menjadi strategi utama untuk mengurangi biaya pencadangan tanpa menaikkan risiko.
Meskipun tingkat NPL sektor perbankan secara keseluruhan agak meningkat, bank-bank ini mampu menjaga portofolio secara baik melalui pemantauan ketat terhadap pinjaman, terutama di korporasi dan sektor rentan. Pendekatan ini memastikan penurunan beban pencadangan selaras dengan kesehatan aset.
Risiko Global dan Tantangan Ke Depan
Tidak bisa dipungkiri, dunia saat ini menghadapi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang kompleks. Kondisi ini mendorong bank untuk tetap waspada dan berhati-hati menyusun portofolio kredit.
Fokusnya adalah pada sektor-sektor terdampak langsung misalnya energi, industri berat, dan birokrasi ekspor agar risiko gagal bayar tetap terkendali. Proses penyaluran kredit pun semakin disiplin dan terstruktur, membuka ruang bagi efisiensi biaya pencadangan tanpa mengabaikan kewaspadaan.
Efisiensi Provisi, Profitabilitas Terjaga
Penurunan biaya pencadangan membawa dua dampak langsung: peningkatan laba dan efisiensi operasional. Buku-buku bank menunjukkan bahwa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk meng-cover kredit macet bisa dikurangi jika risiko dipantau dan dikendalikan sejak awal.
Akibatnya, laba bersih bank meningkat signifikan, yang kemudian memperkuat kapasitas modal untuk membiayai pertumbuhan lebih lanjut. Strategi ini juga meningkatkan kepercayaan investor dan stakeholder terhadap manajemen risiko bank.
Panduan Bagi Bank di Masa Krisis
Langkah yang diambil ketiga bank tadi menggambarkan pentingnya:
Peningkatan penilaian kualitas aset empatik memantau portofolio dan segmen kredit secara detail.
Penyusunan pencadangan yang adaptif diturunkan secara bertahap seiring penurunan risiko.
Manajemen risiko yang disiplin menghindari pemberian kredit ke sektor rentan tanpa mitigasi.
Penguatan likuiditas sebagai bantalan keamanan terhadap kondisi ekstrem.
Dengan strategi ini, bank bisa berada dalam posisi untuk menyesuaikan pencadangan sesuai perkembangan ekonomi dan aset, bukan hanya berdasarkan tren historis atau asumsi konservatif.
Kredit Sehat = Biaya Rendah
Pengelolaan kualitas kredit yang apik terbukti menjadi pilar penting dalam menjaga kesehatan keuangan bank. Dua keuntungan utama yang diperoleh:
Menurunkan beban pencadangan sumber dana dialihkan ke pertumbuhan produktif
Meningkatkan profitabilitas lewat laporan keuangan yang lebih sehat
Namun, keberhasilan ini datang dari pendekatan preventif dan menjalankan prinsip kehati-hatian secara konsisten. Pengurangan provisi bukan berarti mengesampingkan kewaspadaan; sebaliknya, itu tercapai karena risiko dikendalikan dengan baik.
Lingkupnya bukan hanya soal menekan biaya, tapi menjaga stabilitas jangka panjang. Bank-bank ini mampu menunjukkan bahwa efisiensi tidak bertentangan dengan kewaspadaan.

Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Jasa Marga Perluas SPKLU Dukung Transportasi Berkelanjutan
- 12 September 2025
2.
Kontrak Baru PTPP Dorong Pertumbuhan Infrastruktur Nasional
- 12 September 2025
3.
ASDP Indonesia Ferry Catat Laba Tinggi Semester I 2025
- 12 September 2025
4.
Pertamina Capai Pendapatan Fantastis di Semester I
- 12 September 2025
5.
Rasakan Sensasi Skydiving dengan Berbagai Jenis Serunya
- 12 September 2025