Sabtu, 06 September 2025

Garuda Indonesia Masih Merugi, Danantara Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas Meski Portofolio Belum Menguntungkan

Garuda Indonesia Masih Merugi, Danantara Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas Meski Portofolio Belum Menguntungkan
Garuda Indonesia Masih Merugi, Danantara Resmi Jadi Pemegang Saham Mayoritas Meski Portofolio Belum Menguntungkan

JAKARTA — Badan Pengelola Investasi Danantara kini resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Melalui pengalihan saham dari pemerintah kepada holding operasional, PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Danantara kini menggenggam kendali atas maskapai pelat merah yang kondisi keuangannya masih terlilit kerugian dan ekuitas negatif.

Berdasarkan data daftar pemegang efek terbaru, Danantara menguasai 59,05 miliar saham atau setara 64,54% dari total saham Garuda Indonesia. Saham tersebut terdiri dari 15,67 miliar saham Seri B dan 43,37 miliar saham Seri C yang dialihkan kepada BKI sejak 22 Maret lalu.

Pengalihan ini menandai babak baru dalam upaya penyelamatan Garuda Indonesia, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun namun belum menunjukkan hasil signifikan. Dengan posisi sebagai pemegang saham terbesar, Danantara diharapkan mampu menjadi motor restrukturisasi lanjutan.

Baca Juga

Rute Kapal Pelni Jayapura Manokwari September 2025

Suntikan Modal Jadi Agenda Utama

Salah satu agenda utama yang digadang-gadang akan segera direalisasikan adalah suntikan modal jumbo dari Danantara kepada Garuda Indonesia. Nilai investasi yang disebutkan mencapai US$500 juta atau sekitar Rp8,3 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.598 per dolar AS).

Kesepakatan suntikan dana ini ditargetkan akan rampung pada Juli 2025. Dana tersebut diharapkan bisa memperbaiki struktur keuangan Garuda yang hingga kini masih mencatatkan ekuitas negatif dan kewajiban jumbo.

Tak hanya suntikan dana, Garuda juga mengajukan permintaan penambahan armada pesawat sebanyak 15 unit untuk memperkuat lini operasionalnya. Permintaan ini tengah dalam tahap evaluasi oleh pihak holding.

“Permintaan penambahan armada itu sedang dievaluasi oleh holding,” ujar CEO Danantara, Rosan Roeslani, dalam keterangan singkatnya.

Restrukturisasi Manajemen, RUPSLB Diagendakan

Seiring dengan proses restrukturisasi, Garuda Indonesia juga dikabarkan akan merombak jajaran direksi. Bahkan, berhembus kabar bahwa GIAA akan menunjuk direktur berkewarganegaraan asing demi meningkatkan profesionalisme dan efektivitas transformasi.

Menurut sumber dari Bloomberg Technoz, langkah ini bertujuan membawa perspektif baru dan mempercepat restrukturisasi perusahaan yang sejak lama berada dalam tekanan finansial.

Rencana ini diperkirakan akan menjadi salah satu agenda utama dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada akhir Juni 2025. RUPSLB tersebut disebut akan fokus pada perombakan susunan pengurus.

Portofolio Belum Menguntungkan Bagi Danantara

Meski kini memegang kendali atas Garuda, portofolio investasi ini masih dipandang belum memberikan hasil yang menguntungkan bagi Danantara. Secara fundamental, Garuda Indonesia belum mampu menunjukkan kinerja yang bisa menopang laba investasi negara.

Sejatinya, penyelamatan Garuda sudah dimulai jauh sebelum Danantara terbentuk. Pada tahun 2022, pemerintah telah mengucurkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun ke Garuda Indonesia. Tak hanya itu, Garuda juga mendapat tambahan modal dari publik melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) untuk menyeimbangkan struktur kepemilikan.

Namun, hingga kini, alih-alih mencetak keuntungan, Garuda masih mencatatkan kerugian yang cukup besar. Bahkan pada kuartal I/2025, GIAA masih membukukan ekuitas negatif sebesar US$1,43 miliar atau sekitar Rp23,71 triliun. Jumlah ini naik 5,82% dibandingkan dengan posisi akhir 2024 yang tercatat negatif US$1,35 miliar.

Kewajiban Membengkak, Pendapatan Naik Tipis

Dalam laporan keuangan terbaru untuk periode kuartal I/2025, total kewajiban Garuda Indonesia tercatat mencapai US$7,88 miliar atau sekitar Rp130,71 triliun. Kewajiban tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$1,25 miliar (Rp20,74 triliun) dan liabilitas jangka panjang sebesar US$6,62 miliar (Rp109,87 triliun).

Sementara itu, total aset Garuda tercatat senilai US$6,45 miliar atau sekitar Rp107,26 triliun. Ini berarti posisi utang Garuda masih lebih besar dibandingkan aset yang dimilikinya, menegaskan kondisi ekuitas negatif yang belum bisa diatasi.

Di sisi lain, pendapatan usaha Garuda Indonesia tercatat mengalami peningkatan tipis menjadi US$723,56 juta atau setara Rp12 triliun. Pendapatan ini naik 1,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$711,98 juta.

Pendapatan masih didominasi oleh layanan penerbangan berjadwal sebesar US$603,68 juta dan penerbangan tidak berjadwal sebesar US$37,95 juta. Namun, beban usaha juga ikut naik menjadi US$718,35 juta atau sekitar Rp11,92 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar US$702,92 juta.

Setelah dikalkulasi, Garuda Indonesia mencatat rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta atau setara Rp1,26 triliun. Angka ini sebenarnya lebih baik dibandingkan kerugian pada kuartal I/2024 yang sebesar US$87,03 juta. Artinya, ada penurunan rugi sekitar 12,12%.

Harapan Baru atau Beban Baru?

Meskipun Danantara telah resmi mengambil alih kendali saham mayoritas, tantangan dalam menyelamatkan Garuda Indonesia masih sangat besar. Efektivitas suntikan modal dan perubahan jajaran manajemen masih harus dibuktikan dalam waktu dekat, terutama menjelang agenda RUPSLB dan realisasi pendanaan US$500 juta yang dijanjikan.

Keputusan Danantara mengelola Garuda Indonesia sebagai portofolio investasi juga menimbulkan pertanyaan di kalangan pengamat. Pasalnya, portofolio ini belum menunjukkan hasil menguntungkan sejak lama. Bahkan, salah satu sumber internal menyebutkan bahwa investasi ini saat ini lebih merupakan bentuk intervensi penyelamatan negara ketimbang peluang bisnis yang menjanjikan.

Terlepas dari semua itu, publik dan pemangku kepentingan menanti apakah Danantara bisa membawa arah baru bagi Garuda Indonesia yang selama ini kesulitan lepas landas secara finansial. “Permintaan penambahan armada itu sedang dievaluasi oleh holding,” ujar CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengonfirmasi langkah lanjutan penyelamatan Garuda Indonesia.

Dengan rapat pemegang saham yang akan datang serta agenda restrukturisasi besar-besaran, masa depan Garuda Indonesia kini berada di tangan Danantara—dengan harapan besar dan beban yang tak kalah besar pula.

Muhammad Anan Ardiyan

Muhammad Anan Ardiyan

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

MIND ID Tegaskan Komitmen Turunkan Emisi

MIND ID Tegaskan Komitmen Turunkan Emisi

Hari Pelanggan Jasa Marga Hadirkan Layanan Terbaik

Hari Pelanggan Jasa Marga Hadirkan Layanan Terbaik

Dukung Swasembada Pangan Nasional, Hutama Karya Rehabilitasi Jaringan Irigasi di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi

Dukung Swasembada Pangan Nasional, Hutama Karya Rehabilitasi Jaringan Irigasi di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi

Jadwal Kapal Pelni KM Awu September hingga Oktober 2025

Jadwal Kapal Pelni KM Awu September hingga Oktober 2025

Panduan Pindah Faskes BPJS 2025 Tanpa Ribet

Panduan Pindah Faskes BPJS 2025 Tanpa Ribet