Harga Batu Bara Melonjak Dipicu China: Ketergantungan Energi Konvensional di Tengah Ambisi Terbarukan
- Kamis, 06 Maret 2025

JAKARTA - Harga batu bara kembali mengalami lonjakan pada Rabu (5/3/2025). Peningkatan ini memperpanjang tren penguatan harga selama tiga hari berturut-turut. Dorongan utama dari peningkatan ini adalah kebijakan pemerintah China yang terus menggenjot produksi batu bara meskipun negara tersebut tengah berfokus mengembangkan energi terbarukan sebagai sumber utama listrik.
Harga Batu Bara Mengalami Penguatan
Harga batu bara Newcastle untuk Maret 2025 tercatat melonjak sebesar US$ 2,6 menjadi US$ 104,1 per ton. Kenaikan ini juga tercermin pada harga batu bara untuk bulan April yang meningkat sebesar US$ 1,55 menjadi US$ 105,1 per ton. Sementara itu, harga untuk Mei 2025 mencatatkan kenaikan sebesar US$ 1,35, menjadi US$ 107,85 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Maret 2025 mengalami peningkatan sebesar US$ 0,4 menjadi US$ 96,65. Untuk kontrak April 2025, harga naik sebesar US$ 0,25, menjadi US$ 96. Namun, kontrak untuk Mei 2025 mengalami sedikit penurunan sebesar US$ 0,1, menjadi US$ 95,25 per ton. Perubahan harga ini menunjukkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan dan permintaan global, terutama dari China.
China dan Energi: Batu Bara Masih Menjadi Tulang Punggung
Dikutip dari sumber terpercaya, Oilprice.com, meskipun China memiliki ambisi besar untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, seperti tenaga angin dan surya, negara ini tetap mengandalkan batu bara sebagai sumber listrik utama yang andal. Pemerintah China baru saja mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi batu bara dan pembangkitan listrik konvensional. Ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat dorongan kuat ke arah energi terbarukan, batu bara masih menjadi komponen penting dalam keamanan energi nasional.
Menurut laporan, pemerintah China juga berencana untuk mengubah mekanisme harga listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan. Keputusan ini diambil setelah terdengar kabar mengenai pemangkasan subsidi untuk sektor energi terbarukan. "China akan secara aktif dan hati-hati berusaha menuju puncak emisi karbon dan mencapai netralitas karbon," demikian pernyataan dari laporan tersebut. Ini menegaskan komitmen China dalam manajemen emisi karbon, meskipun tetap mendorong produksi batu bara untuk kebutuhan energi saat ini.
Transisi Energi China: Langkah Menuju Masa Depan
Sebagai bagian dari transisi energi global, China telah melakukan investasi besar-besaran di sektor energi terbarukan dan inovasi teknologi. Tahun lalu, negara ini mencatat lonjakan kapasitas tenaga surya sebesar 45%, sementara kapasitas pembangkitan energi rendah karbon, termasuk tenaga angin dan air, mencapai 40% dari total kapasitas listrik nasional. Kesuksesan ini dicapai enam tahun lebih cepat dari target yang ditetapkan untuk tahun 2030, menunjukkan kesungguhan dan ketekunan China dalam usaha mengurangi emisi karbon.
Meskipun produksi dan konsumsi batu bara tetap tinggi, China menunjukkan bahwa kedua arah ini bisa berjalan beriringan. Dengan demikian, negara ini bukan hanya fokus meningkatkan kapasitas energi rendah karbon tetapi juga memastikan pasokan energi stabil dengan menggunakan sumber konvensional seperti batu bara. Dalam konteks ini, China muncul sebagai pemimpin global dalam transisi energi, menunjukkan bagaimana kebijakan strategis dan investasi dapat mengartikulasikan perubahan signifikan dalam lanskap energi domestik dan global.
Prospek Masa Depan
Dengan lonjakan harga batu bara baru-baru ini, dampaknya dirasakan tidak hanya secara domestik di China tetapi juga di pasar internasional. Kenaikan harga batu bara menjadi indikator penting dalam memahami dinamika energi global, dan langkah yang diambil oleh China menunjukkan bagaimana kombinasi dari berbagai sumber energi dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan komitmen lingkungan.
Ketika dunia bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, tantangan seperti ketergantungan pada batu bara dan dampaknya terhadap lingkungan tetap menjadi perhatian utama. Namun, melalui kebijakan yang strategis dan investasi berkelanjutan, China menunjukkan bagaimana proses menuju netralitas karbon dapat dikelola secara efektif sambil tetap memenuhi kebutuhan energinya yang terus meningkat.
Dalam wawancara dengan seorang pakar energi di Beijing, dikatakan, "China menyadari tantangan dan peluang yang ada di bidang energi. Strategi kami adalah memastikan energi yang berkelanjutan dan andal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sosial." Dengan komitmen ini, China menatap masa depan dengan keyakinan bahwa keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dicapai.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia
- 11 September 2025
2.
Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery
- 11 September 2025
3.
Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global
- 11 September 2025
4.
Jadwal Pelni KM Nggapulu September Oktober 2025
- 11 September 2025
5.
HUT KAI 2025 Hadirkan Promo Diskon Tiket Spesial
- 11 September 2025