Harga Sembako di Jawa Timur Melonjak, Cabai Rawit Tembus Rp 90 Ribu per Kilogram

Senin, 03 Maret 2025 | 23:54:34 WIB
Harga Sembako di Jawa Timur Melonjak, Cabai Rawit Tembus Rp 90 Ribu per Kilogram

JAKARTA – Harga kebutuhan pokok di Jawa Timur terus mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan pantauan terbaru, salah satu komoditas yang mengalami kenaikan harga drastis adalah cabai rawit. Saat ini, cabai rawit dijual dengan harga mencapai Rp 90 ribu per kilogram di berbagai pasar tradisional di wilayah tersebut.

Kondisi ini tentunya menjadi perhatian serius baik bagi konsumen maupun para pedagang. Salah satu pedagang di Pasar Keputran, Surabaya, Ahmad Sofyan, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini telah berlangsung sejak beberapa minggu terakhir. “Kami sudah mulai merasakan dampaknya sejak pertengahan Februari. Pasokan cabai berkurang akibat cuaca buruk yang melanda beberapa daerah produsen,” ujarnya.

Cuaca ekstrem yang membawa hujan lebat dan angin kencang diketahui telah mengganggu produksi dan distribusi cabai di beberapa sentra pertanian di Jawa Timur, seperti di wilayah Banyuwangi dan Jember. Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Prof. Dr. Endah Wulandari, juga menyoroti bahwa perubahan iklim menjadi salah satu faktor utama penyebab lonjakan harga cabai ini. “Gangguan pada produksi akibat cuaca buruk memang tidak bisa dihindari, dan ini jelas berdampak pada harga di pasar,” jelasnya.

Selain cabai rawit, beberapa komoditas sembako lain juga mengalami kenaikan harga, meski tidak setinggi cabai. Beras, misalnya, mengalami kenaikan sekitar 10% dari harga sebelumnya. Sementara itu, harga daging ayam dan telur juga mengalami sedikit kenaikan, masing-masing sebesar 5% dan 3%.
Kenaikan harga ini tentunya berdampak pada daya beli masyarakat. Warga Surabaya, Siti Mariam, mengeluhkan tingginya harga cabai dan kebutuhan pokok lainnya. “Kami harus lebih berhemat lagi. Jika harga terus naik, tentu ini memberatkan,” kata Mariam yang mengaku harus mengurangi porsi belanja cabai dalam beberapa pekan terakhir.

Sementara itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur mengungkapkan, pihaknya terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk menstabilkan harga. Kepala Dinas, Budi Santoso, menyatakan bahwa pemerintah berupaya menjaga ketersediaan pasokan agar harga tidak terus melonjak. “Kami sudah berkoordinasi dengan distributor dan penyuplai untuk memastikan rantai distribusi berjalan lancar,” ucap Budi Santoso.
Sebagai langkah antisipasi, pihak dinas juga menggencarkan operasi pasar di beberapa wilayah untuk menekan lonjakan harga. Operasi pasar ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga yang lebih terjangkau.

Meski demikian, upaya stabilisasi harga tersebut diakui tidak dapat terjadi secara instan. “Kita berharap cuaca bisa segera membaik agar produksi kembali normal. Sementara ini, masyarakat dihimbau untuk bijak dalam berbelanja dan tidak melakukan panic buying,” tambah Budi.
Menyikapi situasi ini, para ahli dan pemerintah sepakat bahwa perlunya peran serta masyarakat dalam menjaga stabilitas pasar. Edukasi mengenai pemanfaatan bahan pangan alternatif dan pengelolaan keuangan keluarga dianggap penting untuk dilakukan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. Endah Wulandari, “Masyarakat seharusnya diberikan edukasi mengenai alternatif bahan pangan yang lebih terjangkau serta bagaimana cara berbelanja cerdas.”

Di sisi lain, pemerintah juga dihimbau untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan dan distribusi pangan guna menghadapi kondisi cuaca buruk yang tak menentu di masa depan. Pengembangan teknologi pertanian serta diversifikasi tanaman pertanian dianggap perlu untuk dilakukan demi menekan ketergantungan pada satu jenis komoditas.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi semua pihak untuk bekerja sama mewujudkan kestabilan harga sembako di masa depan, agar gejolak serupa tidak terjadi kembali dan masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang terjangkau.

Terkini