Jumlah Kelahiran di Jepang Mencapai Titik Terendah dalam Sejarah, Tantangan Besar bagi Penduduk dan Ekonomi

Kamis, 27 Februari 2025 | 22:10:23 WIB
Jumlah Kelahiran di Jepang Mencapai Titik Terendah dalam Sejarah, Tantangan Besar bagi Penduduk dan Ekonomi

JAKARTA – Jumlah kelahiran di Jepang terus menunjukkan tren penurunan drastis, mencapai angka terendah sepanjang sejarah. Pada tahun 2024, negara ini mencatat hanya 720.988 kelahiran, sebuah rekor terendah yang menggarisbawahi krisis demografi yang semakin mendalam di negeri matahari terbit ini. Penurunan signifikan dalam angka kelahiran ini menambah kekhawatiran bagi para ahli demografi dan pembuat kebijakan yang telah lama bergulat dengan dampak dari populasi yang menua dan berkurang.
Pemerintah Jepang telah bereaksi terhadap krisis ini dengan meningkatkan upaya untuk membalikkan tren tersebut. Beberapa kebijakan telah diimplementasikan untuk mendukung keluarga dan mendorong peningkatan angka kelahiran, seperti subsidi bagi keluarga dengan anak, perpanjangan cuti melahirkan, dan insentif pajak. Meskipun demikian, berbagai program ini tampaknya belum cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang dihadapi oleh banyak pasangan muda di Jepang.

Menteri Urusan Dalam Negeri Jepang, Tar? As?, menyatakan kekhawatirannya mengenai situasi ini. "Kami menghadapi tantangan yang signifikan terkait masalah demografi ini," ujar As? dalam sebuah konferensi pers. "Pemerintah berkomitmen untuk terus mencari solusi dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keluarga untuk memiliki lebih banyak anak."
Penurunan angka kelahiran ini merupakan cerminan dari berbagai faktor sosial dan ekonomi yang kompleks. Banyak pasangan muda di Jepang yang menunda atau bahkan memutuskan untuk tidak memiliki anak karena tekanan ekonomi, biaya hidup yang tinggi, serta beban kerja yang tidak mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi. Selain itu, tren meningkatnya usia menikah juga berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran.

Profesor Yoko Kamikawa, seorang ahli demografi dari Universitas Tokyo, menjelaskan bahwa perubahan budaya juga memiliki pengaruh besar terhadap penurunan angka kelahiran ini. "Generasi muda saat ini lebih berorientasi pada karir dan menempatkan pernikahan serta memiliki anak di urutan kedua dalam daftar prioritas mereka," katanya. "Ada juga persepsi bahwa tanggung jawab membesarkan anak di Jepang sangat berat secara finansial dan emosional."
Dari sudut pandang ekonomi, penurunan populasi memiliki implikasi serius. Berkurangnya jumlah penduduk usia produktif dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperbesar beban sistem jaminan sosial yang menopang populasi usia senior yang terus bertambah. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, rasio ketergantungan lansia — yang mengukur jumlah penduduk lanjut usia dibandingkan dengan penduduk usia produktif — diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, telah mengidentifikasi isu ini sebagai salah satu prioritas utama pemerintahannya. Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Kishida menegaskan pentingnya mengembangkan strategi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. "Kami perlu berpikir jauh ke depan untuk memastikan keberlanjutan sosial dan ekonomi negara ini," tegas Kishida.
Salah satu aspek yang sedang dikerjakan oleh pemerintah adalah penyediaan layanan penitipan anak yang lebih baik dan terjangkau, serta memperbaiki kebijakan tempat kerja agar lebih ramah terhadap keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban orang tua dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi mereka yang ingin memiliki anak.

Disamping upaya langsung, Jepang juga perlahan mulai membuka diri terhadap imigrasi sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. Meski langkah ini masih terbatas, pemerintah melihatnya sebagai cara untuk setidaknya mempertahankan stabilitas demografis sementara mengupayakan solusi jangka panjang.
Meski tantangan yang dihadapi sangat besar, ada harapan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan perubahan sosial yang mendasar, Jepang bisa membalikkan tren ini. Para pakar menyebutkan pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan semua sektor masyarakat, mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, hingga masyarakat sipil untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan populasi.

Dengan segala upaya yang tengah dilakukan, ke depan akan menjadi penentu apakah Jepang dapat mengatasi tantangan demografis ini dan mempertahankan posisinya sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia. Dalam waktu dekat, kemajuan atau kemandekan dalam isu ini akan diamati dengan cermat oleh pengamat internasional dan dapat menawarkan pelajaran penting bagi negara-negara lain yang menghadapi masalah serupa di masa depan.

Terkini

Olahraga Aman untuk Ibu Menyusui Sehat

Minggu, 07 September 2025 | 12:17:07 WIB

Gym Membantu Tubuh dan Pikiran Lebih Sehat

Minggu, 07 September 2025 | 12:17:06 WIB

Manfaat Seru Terjun Payung Untuk Tubuh Sehat

Minggu, 07 September 2025 | 12:17:05 WIB

Manfaat Panjat Tebing Untuk Kesehatan Fisik Mental

Minggu, 07 September 2025 | 12:17:04 WIB

Jalan Cepat Tingkatkan Tubuh dan Pikiran Sehat

Minggu, 07 September 2025 | 12:17:02 WIB