JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dilaporkan kembali terperosok di zona merah selama dua hari berturut-turut. Pada penutupan perdagangan dan saat dibuka kembali pada Selasa pagi, IHSG menunjukkan tren menurun, memicu kekhawatiran di kalangan investor dan pengamat pasar. Tiga emiten besar dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) menjadi kontributor utama dari penurunan tersebut.
BBRI tercatat menyumbang penurunan sebesar 18,44 poin indeks, sementara BMRI dan TLKM masing-masing berkontribusi penurunan sebesar 13,85 poin dan 16,20 poin. Kondisi ini terjadi tepat sehari setelah Presiden Prabowo Subianto meresmikan Danantara, badan pengelola investasi yang mencakup ketiga emiten sebagai portofolio awal mereka.
Dalam peluncuran Danantara, Prabowo menyatakan keyakinannya terhadap potensi besar BUMN dalam meningkatkan kinerja ekonomi nasional. Namun, reaksi pasar tampaknya belum sejalan dengan optimisme tersebut. Menurut Penasihat Khusus Presiden, Bambang Brodjonegoro, sikap tunggu dan lihat (wait and see) dari para investor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi gejolak di pasar saham ini.
"Ya, mungkin kita bisa melihatkan perilaku pasar itu kan memang sering wait and see ya. Mereka mungkin ingin kepastian apakah dengan ada Danantara ini akan makin membuat performance BUMN itu makin baik," ujar Bambang ketika ditemui di Jakarta
Bambang juga menambahkan, kekhawatiran dari kalangan investor berkaitan dengan kemungkinan penurunan dividen yang biasanya cukup besar dari perusahaan BUMN. Meskipun demikian, Bambang menegaskan bahwa prioritas kepentingan investor tetap menjadi perhatian utama dari perusahaan-perusahaan tersebut.
"Memang juga ada mispersepsi saya lihat, misalkan kekhawatiran dari investor saham, misalkan perusahaan-perusahaan BUMN yang biasanya ngasih dividen yang cukup generous untuk investor barangkali akan menurunkan. Padahal saya yakin itu tidak menjadi bagian dari strategi ya," ujarnya.
"Tetap kepentingan investor minoritas, investor yang masuk ke pasar saham tetap akan jadi perhatian dari seluruh perusahaan BUMN yang Tbk," tambahnya lagi.
Dalam lingkup regional, kejatuhan IHSG menjadi salah satu yang paling buruk di kawasan Asia Pasifik, di mana mayoritas bursa saham terperosok di zona merah. Satu-satunya pengecualian adalah bursa saham India yang mengalami penguatan sebesar 0,28%.
Dari sisi makroekonomi, beberapa analis memandang keadaan ini sebagai proses penyesuaian awal yang biasa terjadi pasca pembentukan entitas baru seperti Danantara, yang diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan aset negara lebih baik ke depannya. "Ini adalah dampak wajar dari transisi besar seperti peluncuran Danantara," kata seorang analis dari Mandiri Sekuritas yang tidak ingin disebutkan namanya. "Investor masih mengamati bagaimana realisasi dari kebijakan baru ini dalam waktu dekat."
Selain faktor domestik, penurunan IHSG juga dapat dipengaruhi oleh situasi global yang tidak pasti. Geopolitik dan perubahan suku bunga di berbagai negara turut membuat pasar menjadi lebih dinamis dan berisiko.
Dalam laporan mereka, sejumlah ekonom menggarisbawahi perlunya komunikasi dan transparansi yang lebih baik antara pemerintah dan para pelaku pasar. Ini penting untuk mengurangi mispersepsi dan meningkatkan kepercayaan investor dalam menghadapi kebijakan-kebijakan baru yang diimplementasikan pemerintah.
Sementara itu, para investor disarankan untuk mencermati pergerakan pasar secara cermat dan mempertimbangkan strategi jangka panjang yang solid. "Jangan panik dengan fluktuasi sesaat, lebih baik fokus pada fundamental jangka panjang dari investasi yang Anda miliki," kata seorang broker saham senior.
Ke depannya, perhatian akan kembali tertuju pada langkah-langkah lanjutan yang diambil oleh Danantara serta kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas pasar. Transparansi dan kepastian hukum diharapkan akan menjadi faktor krusial untuk memperbaiki iklim investasi nasional.
Dengan perkembangan ini, semua mata saat ini tertuju pada langkah-langkah pemerintah dan pengelola baru dalam menciptakan sinergi yang dapat meningkatkan kinerja BUMN dan IHSG dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, investor dihinggapi kecemasan namun tetap memegang harapan bahwa peluncuran Danantara akan memberikan kontribusi positif bagi masa depan perekonomian Indonesia.