JAKARTA - PT BCA Finance, perusahaan multifinance ternama di Indonesia, mematok target ambisius berupa penyaluran pembiayaan sebesar Rp 47,4 triliun pada tahun 2025. Menariknya, angka target ini masih selaras dengan proyeksi perusahaan untuk tahun 2024. Pencapaian target ini ditetapkan di tengah ekonomi global dan domestik yang belum sepenuhnya stabil. Untuk menggapai target tersebut, BCA Finance memfokuskan strategi pada pengembangan tiga lini bisnis utamanya.
Fokus Pada Tiga Lini Bisnis Utama
Direktur Marketing BCA Finance, Petrus, mengungkapkan bahwa perusahaan berencana untuk mengoptimalkan sejumlah produk unggulannya. Ia mengungkapkan bahwa, “Dengan mengandalkan tiga besar produk kami, yaitu pembiayaan kendaraan baru, kendaraan bekas, dan kredit kendaraan bermotor via BCA, kami optimis dapat mencapai target tersebut.” Strategi ini diharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian target pembiayaan perusahaan ke depan.
Pendekatan ini sejalan dengan dinamika pasar yang menunjukkan potensi pertumbuhan di sektor otomotif, baik untuk kendaraan baru maupun bekas. Selain itu, produk kredit kendaraan bermotor yang dijalankan melalui jaringan Bank BCA menjadi salah satu strategi penting dalam menjangkau konsumen yang lebih luas.
Pertumbuhan Aset yang Stabil dan Terkendali
Berdasarkan laporan keuangan akhir tahun 2024, BCA Finance menunjukkan pengelolaan aset yang stabil dengan total aset mencapai Rp 10,99 triliun. Angka ini menandakan pertumbuhan sebesar 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 10,49 triliun. Dari total aset tersebut, piutang pembiayaan konsumen setelah pencadangan sudah mencapai Rp 9,43 triliun, naik signifikan dari Rp 8,66 triliun pada 2023.
Pendapatan yang Meningkat dan Laba Bersih Signifikan
Di sisi pendapatan, BCA Finance berhasil mencatatkan peningkatan quite remarkable sebesar 6,6% secara Year on Year (YoY) hingga mencapai Rp 4,87 triliun pada 2024. Capaian ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan dari sektor pembiayaan konsumen yang mencapai Rp 3,81 triliun, naik 8,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Keberhasilan perusahaan dalam mengelola operasi bisnis dengan efektif, tak lepas dari pertumbuhan laba bersih yang berhasil mencapai Rp 1,87 triliun sepanjang tahun lalu. Angka ini menunjukkan perusahaan dapat mempertahankan kinerja keuangan yang sehat di tengah tantangan ekonomi yang dinamis.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meski dihadapkan dengan ketidakpastian ekonomi, BCA Finance tampaknya optimis dalam menghadapi tantangan ke depan. Hingga akhir tahun 2024, Rasio Non-Performing Financing (NPF) BCA Finance tercatat naik menjadi 2,05%, angka yang masih di batas aman meskipun mengalami sedikit peningkatan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan masih mampu mengelola dan meminimalisir risiko di sektor pembiayaan multifinance.
Dorongan dari tiga lini bisnis utama dan peningkatan pendapatan serta laba bersih menunjukkan bahwa BCA Finance berada di jalan yang benar menuju target yang lebih tinggi pada 2025. Fokus perusahaan dalam memanfaatkan keuntungan dari produk kendaraan dan kemitraan strategis dengan Bank BCA merupakan kunci bagi penguatan posisi di pasar yang semakin kompetitif.
Strategi Digitalisasi
Selain fokus pada produk pembiayaan, BCA Finance juga dikabarkan tengah menggalang strategi digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas akses kepada konsumen. Pemanfaatan teknologi digital menjadi elemen penting dalam merespons perubahan perilaku konsumen yang semakin cenderung memanfaatkan platform digital dalam melakukan transaksi keuangan.
Dengan pendekatan digital, BCA Finance berupaya meningkatkan kualitas layanan dan memberikan kemudahan kepada konsumen dalam mengakses produk-produk pembiayaan. Langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan jumlah nasabah dan meningkatkan daya saing perusahaan di masa depan.