JAKARTA - Diskursus mengenai dampak penggunaan gadget pada perkembangan anak kian menjadi perhatian serius berbagai kalangan, termasuk dalam dunia politik dan pendidikan. Mengingat pentingnya topik ini, salah satu anggota DPR RI memberikan pandangannya yang cukup tegas. Menurutnya, pembatasan penggunaan gadget perlu diterapkan guna memastikan anak-anak dapat berkembang secara optimal, baik dari sisi mental maupun fisik.
Dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan di Jakarta, anggota DPR tersebut menyatakan bahwa pembatasan penggunaan gadget bukan hanya soal menghindari dampak buruk teknologi, tetapi juga tentang memaksimalkan potensi anak di berbagai aspek kehidupan. "Pada dasarnya, gadget menawarkan banyak informasi dan hiburan, tetapi pada saat yang sama, jika tidak diawasi, efek negatifnya bisa merusak perkembangan anak," ujarnya dengan penuh penekanan.
Sebagai bagian dari dorongan untuk membawa isu ini ke ranah nasional, anggota DPR itu menjelaskan bahwa perlunya regulasi yang lebih ketat tentang penggunaan gadget dalam lingkungan anak-anak. Menurutnya, tanpa adanya pedoman yang jelas, orang tua kerap kali merasa kesulitan mengendalikan akses anak kepada teknologi canggih ini. "Banyak orang tua yang menyerah pada permintaan anak untuk menggunakan gadget tanpa batas waktu. Ini adalah situasi yang harus kita perbaiki secara sistematis," tambahnya.
Bukan hanya aspek regulasi, edukasi kepada orang tua juga merupakan fokus utama yang dianggap krusial. Para orang tua perlu dibekali informasi mengenai cara efektif membatasi penggunaan gadget, serta cara mengalihkan perhatian anak pada aktivitas yang lebih membangun, seperti olahraga, seni, atau bahkan permainan di luar ruangan. "Pendidikan orang tua adalah kunci. Semakin mereka sadar dan terlatih, semakin besar kemungkinan regulasi ini akan ditaati," katanya.
Studi yang dilakukan oleh beberapa lembaga pendidikan turut mendukung pandangan ini. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan masalah seperti gangguan tidur, berkurangnya kemampuan sosial, dan bahkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa pada anak-anak. "Anak-anak kita perlu lebih banyak berinteraksi secara langsung, belajar dari pengalaman nyata, bukan hanya dari layar," ungkapnya lagi.
Sejumlah ahli psikologi perkembangan pun mengemukakan pandangannya mengenai topik ini. Mereka sepakat bahwa interaksi langsung antara anak dengan lingkungan sekitar sangat penting untuk perkembangan kognitif dan sosial yang sehat. Dr. Anne Sutanto, seorang psikolog anak terkemuka, menjelaskan bahwa interaksi dunia nyata memberi anak kesempatan untuk memahami emosi dan berlatih keterampilan sosial yang penting. "Waktu bermain di luar dan berinteraksi dengan teman sebaya sangat vital. Anak-anak belajar banyak dari dinamika sosial yang tidak bisa digantikan oleh layar," jelas Dr. Anne.
Lebih jauh, pihak DPR juga menekankan pentingnya peran sekolah dalam memantau penggunaan gadget. "Kerja sama dengan lembaga pendidikan sangat penting agar pengawasan pada anak-anak lebih holistik, tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah," katanya. Implementasi kurikulum yang memperhatikan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan aktivitas fisik dianggap sebagai langkah yang positif dalam mendukung perkembangan anak.
Persoalan ini semakin mendesak perhatian dengan semakin mudanya usia anak-anak yang kini sudah akrab dengan gadget. Apa yang pada awalnya dianggap sebagai alat bantu belajar kini sering kali berubah menjadi distraksi yang menyita waktu dan berpengaruh negatif pada pola tingkah laku. "Kita tidak bisa menutup mata. Realita di lapangan menunjukkan kita harus bergerak cepat dan tepat untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," tutupnya dengan penuh harap.
Dalam proses perumusan kebijakan yang lebih ketat dan edukasi para orang tua, diharapkan dapat tercipta suatu sistem pengendalian penggunaan gadget yang efektif dan bijaksana. Semua pihak, baik pemerintah, sekolah, dan keluarga, perlu berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak yang optimal, bebas dari ketergantungan teknologi yang tidak sehat. Demikian, langkah konkret diharapkan dapat segera diimplementasikan untuk menunjang perkembangan anak-anak Indonesia yang lebih baik di masa depan.