JAKARTA - Proyek Jalan Tol Trans Jawa kembali menjadi sorotan setelah memulai fase konstruksinya di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Jalur tol yang dibangun untuk meningkatkan konektivitas di Pulau Jawa ini, menghubungkan Kediri hingga Tulungagung, dan telah berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat di sekitar lokasi konstruksi. Setidaknya 15 desa di Kabupaten Kediri tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Gampengrejo, Kecamatan Semen, dan Kecamatan Banyakan, terkena dampak proyek ambisius ini.
Desa dan Kecamatan Terdampak
Desa-desa yang terletak di Kecamatan Gampengrejo, seperti Ploso, Kedawung, Maesan, Kranding, Ngadi, Ngetrep, Mondo, Keniten, Petok, Sukoanyar, Surat, Mojo, Tambibendo, dan Mlati, merupakan beberapa wilayah yang terdampak langsung. Selain Kecamatan Gampengrejo, sejumlah desa di Kecamatan Semen seperti Desa Semen, Titik, Puhrubuh, Sidomulyo, dan Bobang, serta Desa Maron, Manyaran, dan Tiron di Kecamatan Banyakan juga ikut terdampak pembangunan tersebut.
Baca juga: [Jalan Tol Trans Jawa Malang-Blitar-Tulungagung Membelah 269,3 Hektar, 24 Desa di Blitar Tergusur](#)
Dampak Sosial-Ekonomi
Menggusur belasan desa di tiga kecamatan tentunya menimbulkan berbagai respon dari masyarakat setempat. Seorang warga Desa Ploso, Ahmad (45), mengungkapkan kekhawatirannya akan proses penggusuran ini. "Kita semua bingung. Ada yang khawatir dengan tempat tinggal, ada juga yang bingung harus ke mana setelah ini," ungkap Ahmad.
Bukan hanya permasalahan tempat tinggal, namun juga kegiatan ekonomi warga yang mengalami perubahan signifikan. Banyak dari mereka yang sebelumnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan usaha kecil menengah merasa khawatir akan masa depan pekerjaan mereka. "Sawah-sawah kami akan tergusur. Lalu, kami bisa beralih ke usaha apa untuk menafkahi keluarga?" tambah Siswanto, warga Desa Kranding, yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utamanya.
Pemerintah Berupaya Memberikan Solusi
Menanggapi keresahan warga, pemerintah daerah dan pusat memberikan jaminan proses relokasi dan kompensasi yang adil bagi masyarakat terdampak. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kediri menjelaskan bahwa pihaknya sudah merencanakan beberapa opsi untuk meminimalisir dampak sosial-ekonomi dari proyek ini. "Kami tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan penyediaan lahan relokasi dan pelatihan keterampilan bagi warga terdampak," ujarnya.
Di pihak lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menegaskan komitmennya untuk memastikan pembangunan tol selesai tepat waktu tanpa mengabaikan aspek kemanusiaan. Dirjen Bina Marga, Haryanto, menyebutkan, "Proses pembebasan lahan memang memerlukan waktu, tetapi kami pastikan semuanya sesuai dengan regulasi dan hak-hak masyarakat terpenuhi."
Harapan Pembangunan Infrastruktur
Meski ada dampak yang dirasakan oleh warga setempat, pembangunan infrastruktur seperti Jalan Tol Trans Jawa ini memiliki harapan besar untuk meningkatkan perekonomian daerah. Dengan adanya tol, diharapkan akses ke daerah-daerah di Pulau Jawa menjadi lebih cepat dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan investasi serta pariwisata di berbagai daerah.
Seperti diutarakan oleh Bupati Kediri, "Pembangunan tol ini diharapkan membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas. Meski sekarang ada pengorbanan, ke depannya kita berharap akomodasi transportasi menjadi lebih baik dan perekonomian daerah dapat terdongkrak naik."
Proyek Jalan Tol Trans Jawa yang dimulai dari Kediri dan berakhir di Tulungagung ini memang menghadirkan tantangan tersendiri, terutama bagi masyarakat yang terdampak langsung. Namun, dengan komitmen pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan terkait secara adil, optimisme tetap ada bahwa proyek ini akan memberikan manfaat besar bagi masa depan. Melihat perkembangan ini, semua pihak berharap agar proyek dilakukan dengan bijak dan mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat.