Pemerintah Perkuat Cadangan Pangan Nasional dengan Impor Gula Kristal Mentah

Kamis, 13 Februari 2025 | 15:24:15 WIB
Foto: Illustrasi Gula

JAKARTA - Dalam upaya menjaga stabilitas harga gula di dalam negeri serta mengantisipasi lonjakan inflasi, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengambil langkah strategis dengan mengimpor 200 ribu ton Gula Kristal Mentah (GKM) pada tahun ini. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), yang berfungsi sebagai instrumen intervensi jika terjadi kenaikan harga gula konsumsi.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan bahwa harga gula di pasaran mulai mengalami kenaikan dan telah memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 1,4%. Oleh karena itu, pemerintah memandang perlu adanya tambahan stok gula dalam bentuk raw sugar yang nantinya akan diproses untuk memenuhi kebutuhan CPP.

“Kami berupaya meningkatkan CPP gula agar pemerintah memiliki cadangan yang cukup dalam menghadapi gejolak harga. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), harga gula menunjukkan tren kenaikan, sehingga diperlukan tambahan pasokan guna menjaga kestabilan,” ujar Arief.

Proses impor ini akan dilaksanakan oleh BUMN di sektor pangan, dengan memastikan bahwa kebijakan tersebut tidak akan berdampak negatif pada petani, terutama saat musim panen tiba. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir meningkat dari 118 daerah pada minggu ketiga Januari menjadi 153 daerah pada minggu kelima bulan yang sama.

Arief menegaskan bahwa impor ini bukan dalam bentuk Gula Kristal Putih (GKP), melainkan Gula Kristal Mentah yang akan diolah menjadi stok CPP. Ia juga menekankan bahwa langkah ini bukan disebabkan oleh kekurangan produksi dalam negeri, melainkan sebagai tindakan preventif guna memastikan kecukupan cadangan pemerintah dalam jangka panjang.

Hingga 12 Februari 2025, stok gula pasir dalam CPP tercatat sebesar 34 ribu ton, terdiri dari 22 ribu ton yang dikelola oleh ID FOOD dan 12 ribu ton oleh Perum Bulog. Jumlah ini masih jauh di bawah kebutuhan konsumsi bulanan nasional yang rata-rata mencapai 235 ribu ton, sehingga stok CPP hanya mencakup sekitar 14,47% dari kebutuhan nasional.

Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan faktor kesejahteraan petani, mengingat musim panen tebu akan berlangsung pada bulan April hingga Juni. Oleh karena itu, impor raw sugar akan dilakukan secara bertahap agar tidak menyebabkan harga gula petani anjlok. Estimasi kebutuhan gula konsumsi diperkirakan meningkat pada Maret 2025 hingga 251,8 ribu ton, terutama karena bertepatan dengan bulan Ramadan. Sementara itu, produksi dalam negeri diprediksi akan meningkat mulai Mei 2025 dengan puncak panen pada Agustus.

Jumlah impor sebesar 200 ribu ton ini masih berada di bawah kebutuhan konsumsi nasional dalam satu bulan. Keputusan ini juga mempertimbangkan harga gula di pasar global serta nilai tukar mata uang. Data Food Price Index FAO menunjukkan bahwa harga gula internasional mengalami penurunan 6,8% pada Januari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN terkait pelaksanaan tugas ini. Saat ini, stok gula nasional masih dalam kondisi cukup, namun jumlah stok yang dikuasai pemerintah harus ditingkatkan agar pemerintah dapat lebih fleksibel dalam melakukan intervensi pasar,” tutup Arief.

(kkz/kkz)

Terkini