Indonesia Hadapi Tantangan di Industri Mobil Listrik Meski Dikuasai Emas Hijau

Jumat, 07 Februari 2025 | 21:20:45 WIB
Indonesia Hadapi Tantangan di Industri Mobil Listrik Meski Dikuasai Emas Hijau

JAKARTA - Indonesia, negara dengan potensi besar dalam dunia energi terbarukan, menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan industri mobil listrik nasional meski memiliki sumber daya nikel yang melimpah. Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Istana Merdeka, Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani membahas langkah strategi dalam meningkatkan peran aktif Indonesia di industri kendaraan listrik.

Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil nikel terbesar dunia, sebuah komponen vital dalam produksi baterai kendaraan listrik. Namun, meski telah mengembangkan ekosistem baterai yang kuat, industri mobil listrik dalam negeri belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

"Kita kan potensi dari nikelnya segala macam, baterainya sampai recycle baterainya sudah ada. Nah, tapi mobilnya kan kita belum ada nih, mobil listriknya, sedangkan kita kan sudah committed untuk net zero emission di 2060, malah keinginannya Bapak Presiden bisa lebih cepat.

Permasalahan utama yang dihadapi adalah minimnya produksi mobil listrik lokal meskipun ekosistem pendukung telah terbentuk. Kondisi ini memaksa Indonesia untuk lebih bergantung pada investasi dan produksi dari perusahaan asing seperti Hyundai, BYD, dan Wuling yang telah membangun pabrik di dalam negeri.

Langkah Strategis dan Tantangan Global

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pula soal langkah strategis yang perlu diambil. Saat ini, produksi mobil di Indonesia mencapai 1,2 juta unit per tahun dan diharapkan untuk berkembang hingga 2,5 juta unit pada tahun 2030.

Rosan menambahkan, "Produksi mobil kita kan sekitar 1,2 juta per tahun, dan berkembang, dan diharapkan di tahun 2030 tadi disampaikan sampai 2,5 juta. Ya, intinya masa kita hanya tidak bisa berperan lebih besar dari itu?"

Visi jangka panjang net-zero emission pada tahun 2060 sejalan dengan target percepatan pengembangan kendaraan berbasis energi baru terbarukan. Namun, tantangan besar ada pada akselerasi dari sektor publik dan swasta untuk merangkul transformasi ini. Meski demikian, pentingnya investasi lokal ditekankan oleh Rosan sebagai langkah menjaga keberlanjutan dan kemandirian ekonomi.

Ekosistem dan Investasi Asing

Investasi asing telah memberikan kontribusi signifikan. Kehadiran pabrik-pabrik dari beberapa perusahaan besar asing memberikan sinyal positif bagi ekosistem industri mobil listrik dalam negeri, namun ketergantungan terhadap investasi asing bisa menjadi bumerang jika Indonesia gagal menciptakan industri lokal yang kuat.

"Diharapkan di masa mendatang kita bisa lebih maju, tidak hanya untuk produksi tapi juga inovasi di dalam negeri," tambah Rosan. Perlunya peran lebih dalam industri teknologi canggih nasional tak hanya berbatas pada produk akhir, namun juga didukung inovasi dan riset di segala lini proses produksi.

Prospek Kendaraan Listrik Lokal

Rosan mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini tengah mengkaji kemungkinan pengembangan kendaraan listrik nasional. Salah satu produk yang menjadi pertimbangan adalah Maung, yang sebelumnya dikenal sebagai kendaraan taktis karya anak bangsa.

Penggiat industri otomotif nasional diharapkan dapat mengangkat produk lokal untuk bersaing di pasar global, mengasah kemampuan sumber daya manusia lokal dalam inovasi teknologi. Dalam konteks ini, sinergi antara sektor pendidikan dan industri sangat diperlukan untuk mencetak tenaga ahli yang siap bersaing di kancah internasional.

Menuju Kemandirian Teknologi

Meski langkah Indonesia dalam industri mobil listrik terkesan tertinggal, potensi nikel sebagai "emas hijau" memberikan harapan besar. Nikel, yang menjadi komponen krusial dalam baterai lithium-ion, membuka peluang bagi Indonesia untuk berada di papan atas industri otomotif dunia, bila dimanfaatkan dengan baik.

Kebutuhan pengembangan teknologi penambangan yang lebih ramah lingkungan juga menjadi fokus pemerintah untuk mengurangi dampak buruk terhadap ekosistem, sejalan dengan komitmen net zero emission.

Dalam menanggapi tantangan tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyatakan dukungan penuh kepada sektor industri dalam negeri untuk terus berinovasi dan berkembang. Pemanfaatan sumber daya alam yang bijak dan pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu pilar utama pemerintahan saat ini.

"Kita harus berupaya agar produk kita bukan hanya dikenal secara nasional, tapi juga mampu bersaing di tingkat global," ujar Prabowo.

Meski jalan yang harus ditempuh masih panjang, Indonesia memiliki fondasi kuat dengan sumber daya mineral melimpah dan komitmen berbagai pihak untuk membawa perubahan positif dalam teknologi kendaraan listrik. Transformasi ini diharapkan akan memperkukuh posisi Indonesia sebagai negara industri maju dalam era energi terbarukan.

Upaya Edukasi dan Sosialisasi

Tak hanya teknologi dan industrialisasi, pentingnya edukasi kepada masyarakat juga menjadi perhatian utama. Kesadaran akan pentingnya kendaraan listrik sebagai solusi ramah lingkungan perlu ditanamkan sejak dini untuk menunjang cita-cita besar Indonesia.

Secara keseluruhan, meski tantangan besar masih menghadang, dengan strategi yang tepat serta dukungan dari seluruh elemen bangsa, Indonesia dapat mencapai kemajuan signifikan di bidang industri kendaraan listrik, menjadikan nikel sebagai komoditas global yang tidak hanya potensial namun juga berharga untuk mendukung kemajuan lingkungan dan industri nasional.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB