JAKARTA - Dalam upaya memperkuat posisi Indonesia dalam industri mobil listrik global, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani melakukan pertemuan penting dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara. Pertemuan tersebut menyoroti pengembangan investasi di sektor kendaraan listrik dengan fokus utama pada peluang dan tantangan yang ada di Indonesia. Turut hadir dalam pertemuan ini adalah Pandu Sjahrir, pengusaha sekaligus Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia.
Seusai pertemuan, Rosan Roeslani memberikan pernyataan kepada media mengenai inti pembahasan tersebut. "Nggak tadi yang dibahas investasi yang masuk ke Indonesia untuk pengembangan mobil listrik, baterai. Itu bagaimana kita juga bisa berperan aktif dari segi investasi mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan juga mobil listrik. Bagaimana investasi yang bisa masuk untuk itu," jelasnya penuh antusias.
Indonesia menjadi sasaran investor internasional dalam sektor mobil listrik karena potensi sumber daya alam yang melimpah. Pabrikan kendaraan listrik ternama seperti Hyundai, BYD, dan Wuling kini telah mendirikan manufaktur di Tanah Air. Namun, Rosan menekankan pentingnya pengembangan mobil listrik lokal untuk memastikan keberlanjutan dan keuntungan bagi perekonomian nasional. Ia menyebutkan, "Ya kan Hyundai, bukan hanya Hyundai, ada BYD yang sudah masuk, ada Wuling yang sudah bikin manufactory-nya. Tapi itu kan atas nama perusahaan mereka. Kita sudah ada Maung, mungkin ada pengembangan-pengembangan berikutnya nanti kita akan kerjakan lebih lanjut."
Meskipun banyak harapan terhadap Maung yang diproduksi oleh PT Pindad (Persero), Rosan belum memberikan detail apakah model ini akan berpindah ke varian listrik. "Oh nggak, Maung kan udah ada, nanti kita ya tentu pengembangan ke depan juga. Tapi dari segi investasi, saya sih lebih dari segi investasinya lah bagaimana dari pengembangan itu," tambah Rosan, memberikan perspektif bahwa fokus utama saat ini adalah pada strategi investasi yang dapat mendorong perkembangan teknologi dan ekonomi.
Indonesia telah menetapkan komitmen ambisius untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060, dan Presiden Prabowo memiliki visi untuk mempercepat target tersebut. Rosan menyatakan, "Sedangkan produksi mobil kita sekitar 1,2 juta per tahun dan berkembang. Diharapkan di tahun 2030 tadi sampaikan sampai 2,5 juta (unit). Intinya masa kita hanya tidak bisa berperan lebih dari itu. Arahannya seperti itu. Dan kami diminta juga untuk melakukan pengkajian."
Dalam lingkup lebih luas, Pandu Sjahrir turut menambahkan bahwa pertemuan tersebut secara spesifik hanya membahas pengembangan mobil listrik dari hulu ke hilir. Dengan fokus ini, diharapkan Indonesia dapat lebih meningkatkan efisiensi dan inovasi di setiap tahap produksi dan distribusi mobil listrik.
Langkah ini tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang terus meningkat, tetapi juga untuk menempatkan Indonesia sebagai pusat produksi mobil listrik di ASEAN dan bahkan Asia. Pasar global menilai Indonesia sebagai mitra penting dalam ekosistem baterai kendaraan listrik, mengingat cadangan nikel yang besar, salah satu bahan baku utama baterai.
Pengembangan sektor ini juga sesuai dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor otomotif. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan komitmen dari semua pemangku kepentingan, industri kendaraan listrik di Indonesia memiliki potensi menjadi pilar utama ekonomi masa depan.
Menutup pernyataannya, Rosan menyatakan optimismenya, "Kita harus berperan lebih aktif dan signifikan dalam pasar mobil listrik global. Dengan sumber daya dan dukungan yang kita miliki, saya yakin akan ada perkembangan besar dalam waktu dekat."
Bagi Indonesia, transformasi ke arah kendaraan listrik bukan hanya soal mengganti teknologi, melainkan juga menyangkut perubahan paradigma dalam industri otomotif dan energi. Pertemuan ini menjadi langkah awal yang penting dalam perjalanan panjang menuju ketahanan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di masa depan.