JAKARTA - Pada sebuah acara tahunan yang diselenggarakan di Jakarta, Kepala Eksekutif Bank Negara Indonesia (BNI), Royke Tumilaar, menyatakan keyakinannya bahwa tahun 2025 akan menjadi periode penting bagi pelaku industri perbankan Indonesia untuk beradaptasi dengan berbagai dinamika ekonomi global. Penegasan tersebut diungkapkan seiring dengan berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sektor keuangan, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Royke menjelaskan bahwa ekonomi global sedang mengalami perubahan signifikan, yang dipicu oleh berbagai faktor seperti inovasi teknologi, perubahan demografis, serta kebijakan ekonomi dari negara-negara besar. "Kami harus bersiap menghadapi sebuah era baru di mana kita harus melakukan lebih dari sekadar menyesuaikan diri, tetapi juga berinisiatif dan memimpin transformasi," tegas Royke.
Adaptasi menjadi kunci bagi setiap institusi perbankan, terutama dalam menghadapi tantangan digitalisasi yang makin meluas. Tren ini bukan hanya mempengaruhi cara bank beroperasi, melainkan juga ekspektasi nasabah dan kemitraan yang berkembang pesat dengan teknologi finansial (fintech). Menurut Royke, digitalisasi memberikan tantangan tetapi juga membuka peluang besar bagi bank untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan.
Selain itu, Royke juga berbicara mengenai pentingnya memahami perubahan demografis yang sedang berlangsung. Populasi usia muda yang semakin mendominasi memerlukan pendekatan serta produk perbankan yang inovatif. "Generasi milenial dan generasi Z memiliki perilaku keuangan yang berbeda. Menjawab kebutuhan mereka adalah sebuah keharusan bagi keberlanjutan operasional kami," tambahnya.
Pandemi COVID-19 juga disebutkan sebagai faktor yang telah memacu kecepatan perubahan kebutuhan dan perilaku konsumen. Transformasi digital yang terdorong oleh pandemi ini menuntut bank untuk semakin tangkas dalam memanfaatkan teknologi dan data guna memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. "Perubahan drastis yang dipicu oleh pandemi memberikan pelajaran penting tentang ketahanan dan perlunya percepatan inovasi," ujar Royke mengenai dampak COVID-19 pada sektor perbankan.
Dinamika ekonomi global juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter dari negara-negara besar. Hal ini menuntut perhatian khusus dari sektor perbankan dalam merumuskan strategi jangka panjang. Kebijakan suku bunga dan pergerakan nilai tukar merupakan dua isu utama yang selalu diamati oleh para pelaku ekonomi, termasuk BNI. Menurut Royke, perbankan harus mampu beradaptasi dengan kebijakan-kebijakan tersebut untuk meminimalisir dampak negatifnya dan memaksimalkan peluang yang ada.
Tantangan lainnya adalah perubahan regulasi yang sering kali diperkenalkan oleh otoritas di berbagai negara. Perubahan ini bisa berupa peningkatan standar kepatuhan atau penerapan teknologi baru untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi. Bagaimanapun, fokus dari setiap perubahan regulasi adalah untuk memastikan adanya stabilitas dalam sistem keuangan dan melindungi kepentingan konsumen. "Kami sangat mendukung perubahan regulasi yang bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih aman dan efisien," kata Royke menanggapi isu regulasi.
Dalam menghadapi tantangan global ini, BNI telah menyusun serangkaian strategi guna memastikan keberlanjutan bisnis. Salah satunya adalah dengan terus berinvestasi pada teknologi informasi dan pengembangan sumber daya manusia. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas internal bank dalam memberikan layanan yang inovatif dan responsif terhadap kebutuhan pasar.
BNI juga berkomitmen untuk mendukung program-program keberlanjutan. Royke menekankan pentingnya peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan ramah lingkungan. "Kami berusaha untuk menjadi bagian solusi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dengan menyediakan pembiayaan hijau dan mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan," ucapnya.
Sebagai bagian dari usaha adaptasi, BNI juga memperkuat kemitraan dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan produk dan layanan digital. Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga untuk memperluas akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang belum terjangkau oleh jasa perbankan konvensional.
Royke percaya bahwa dengan langkah-langkah strategis yang telah dan akan diimplementasikan, BNI optimis bisa melalui tahun 2025 dengan hasil yang positif dan tetap menjadi salah satu pelaku utama di industri perbankan nasional. "Kami memahami bahwa perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan, dan kami siap menjadi pelopor perubahan tersebut," pungkas Royke optimis dengan strategi yang dijalankan oleh BNI.
Implementasi dari strategi-strategi ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang dijumpai sekaligus mengoptimalkan peluang yang datang seiring perubahan dinamika ekonomi global. Dengan kesiapan dalam menghadapi era digital dan transformasi ekonomi, BNI berharap dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.