Indonesia mengambil langkah strategis untuk mempercepat transisi energi bersih dan mencapai target net zero emissions pada tahun 2060. Dalam sebuah langkah yang berpotensi mengubah lanskap energi nasional, pemerintah mengundang negara-negara Eropa untuk berkolaborasi dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai 3.700 gigawatt.
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyampaikan pentingnya kerja sama ini pada acara Indonesia Europe Investment Summit 2024 di Jakarta. Menurutnya, sinergi dengan Eropa bisa menjadi kunci dalam pemanfaatan potensi sumber daya energi terbarukan di Indonesia, seperti tenaga surya, hidro, pasang surut, panas bumi, dan angin.
"Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, hampir mencapai 3.700 gigawatt. Ini mencakup tenaga surya, hidro, pasang surut, panas bumi, hingga angin," ujar Rosan, Senin, 9 Desember 2024. Pernyataan tersebut menekankan besarnya prospek investasi di sektor energi hijau Indonesia.
Rosan menyoroti kebutuhan akan teknologi dan investasi Eropa dalam memaksimalkan sumber daya energi terbarukan ini. Negara-negara Eropa dianggap memiliki keahlian dan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan.
"Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita butuh pendanaan, teknologi, dan talenta, dan mitra Eropa sangat penting dalam hal ini," ungkapnya.
Fokus utama pemerintah saat ini adalah pada lima sumber energi terbarukan, dengan energi panas bumi dan surya menjadi prioritas utama. Indonesia memiliki salah satu cadangan panas bumi terbesar di dunia, terutama di Pulau Jawa, yang belum dimanfaatkan sepenuhnya.
"Geothermal adalah salah satu kekuatan terbesar kami. Dengan dukungan teknologi dan investasi dari Eropa, kami optimistis dapat mengaktifkan potensi ini untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan," tambah Rosan.
Dalam rangka menarik lebih banyak investasi, pemerintah telah meluncurkan berbagai reformasi regulasi. Daftar investasi negatif yang dahulu menutup banyak sektor bagi investor asing kini telah direvisi, menyisakan hanya enam sektor tertutup. Reformasi ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai destinasi investasi.
"Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka untuk bisnis. Reformasi ini adalah bukti komitmen kami untuk menciptakan iklim investasi yang lebih baik," kata Rosan.
Kolaborasi dengan Eropa ini tidak hanya bertujuan memperkuat sektor energi, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Indonesia berencana memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan daya saing dan kontribusi terhadap ekonomi hijau global.
"Kami yakin, dengan kolaborasi yang erat antara Indonesia dan Eropa, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan," tegasnya.
Pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah investor dan duta besar dari Uni Eropa dan Brunei Darussalam ini juga menjadi ajang diskusi mendalam mengenai peluang investasi serta langkah strategis untuk memaksimalkan potensi besar energi terbarukan Indonesia. Rosan berharap bahwa inisiatif ini akan memberikan dampak positif jangka panjang.
Ini adalah waktu yang penting bagi Indonesia dalam memanfaatkan energi terbarukan yang melimpah guna mendukung pembangunan berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan kolaborasi global yang kuat, impian untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060 dapat lebih mudah terwujud.