Mengintip Kondisi Terkini Pasar Jatinegara, Pasar Tertua di Jakarta

Senin, 06 Januari 2025 | 12:21:35 WIB

Jakarta - Pasar Jatinegara, atau yang juga dikenal dengan nama Pasar Mester, merupakan salah satu pasar legendaris di ibu kota. Dengan sejarah panjang yang membentang hingga beberapa abad, pasar ini tetap bertahan di tengah berbagai perubahan zaman. Namun, kondisi terkini Pasar Jatinegara memperlihatkan realita berbeda: pasar ini mulai kehilangan denyut aktivitasnya dengan semakin sepinya pengunjung.

Lokasi Strategis di Tengah Kota

Berlokasi di Jalan Mataram Raya, Jakarta Timur, pintu utama Pasar Jatinegara mudah ditemukan. Tepat di seberang pasar hewan dan mal Cityplaza Jatinegara, kawasan ini masih dipadati toko-toko dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan masuk. Berbagai produk dijajakan, mulai dari kebutuhan rumah tangga, perlengkapan bayi, hingga alas kaki. Namun, daya tarik visual ini tidak cukup untuk menarik keramaian seperti masa-masa jayanya.

Bangunan Pasar yang Ikonik

Pasar Jatinegara dikelola oleh PD Pasar Jaya dan memiliki bangunan yang khas dengan warna oranye yang berpadu dengan corak hijau, putih, dan biru. Pasar ini terdiri dari beberapa lantai, masing-masing menawarkan pengalaman belanja yang berbeda:

Semi Basement: Bagian ini dikenal sebagai area los basah, tempat pedagang menjual sayur-mayur, daging, dan bahan pokok lainnya. Selain itu, terdapat toko-toko kecil yang menjual tas, aksesori, dan barang kebutuhan sehari-hari.

Lantai Dasar dan Lantai Satu: Didominasi oleh toko pakaian dan produk tekstil. Pilihan ini membuat lantai ini sering menjadi tujuan bagi mereka yang mencari busana dengan harga terjangkau.

Lantai Dua: Area ini dipenuhi toko-toko sepatu dan alas kaki. Koleksinya beragam, namun kondisi sepi pengunjung membuat suasana terasa lengang.

Lantai Tiga: Sebagian besar toko di lantai ini menawarkan jasa jahit. Namun, banyak kios di lantai ini terlihat tutup, menambah kesan suram.

Kondisi Sepi yang Mengkhawatirkan

Meski memiliki banyak potensi, kondisi pasar saat ini menunjukkan penurunan aktivitas. Pada pagi menjelang siang hari, hanya segelintir pengunjung yang terlihat berjalan-jalan di area pasar. Sebagian besar kawasan malah didominasi oleh pegawai toko dan kuli angkut yang berlalu-lalang. Lantai-lantai atas pasar, terutama lantai tiga, tampak lebih sunyi, dengan banyak kios yang tidak beroperasi.

Namun demikian, Pasar Jatinegara masih memiliki daya tarik tersendiri. Mayoritas kios di lantai bawah tetap aktif, menjadi simbol bahwa pasar ini masih berupaya bertahan di tengah gempuran pusat perbelanjaan modern.

Sejarah Panjang Pasar Jatinegara

Pasar Jatinegara memiliki nilai sejarah yang tinggi. Berdasarkan informasi dari situs resmi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Jakarta, pasar ini bermula dari seorang guru agama Kristen keturunan Portugis bernama Meester Cornelis Senen. Pada tahun 1661, Meester Cornelis membeli tanah di tepi Kali Ciliwung dan mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat perdagangan. Dari sinilah nama ‘Meester Passer’ berasal.

Seiring berjalannya waktu, nama ‘Meester’ berubah menjadi ‘Mester’ untuk menyesuaikan dengan pelafalan masyarakat lokal. Setelah masa kolonial Belanda berakhir, kawasan ini berganti nama menjadi Jatinegara, yang bermakna ‘Negara Sejati’. Nama ini tetap bertahan hingga saat ini, menjadi bagian dari identitas Jakarta.

Harapan untuk Masa Depan Pasar Jatinegara

Meski tantangan besar dihadapi, harapan agar Pasar Jatinegara tetap hidup tidak pernah surut. Inovasi dan revitalisasi diperlukan untuk menarik minat pengunjung kembali, seperti modernisasi fasilitas, promosi wisata sejarah, atau pengembangan kegiatan budaya di sekitar pasar. Dengan sejarahnya yang kaya dan posisinya sebagai salah satu pasar tertua di Jakarta, Pasar Jatinegara masih memiliki peluang besar untuk kembali menjadi pusat perdagangan yang ramai.

Pasar ini adalah saksi bisu perjalanan panjang kota Jakarta. Meski kini sepi, semangat untuk menjaga eksistensinya tetap hidup di hati para pedagang dan masyarakat sekitar. Semoga Pasar Jatinegara terus menjadi bagian tak terpisahkan dari wajah ibu kota.

Terkini