Pemerintah Dorong Hilirisasi Kelapa, Petani Maluku Utara Diuntungkan

Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:32:07 WIB
Pemerintah Dorong Hilirisasi Kelapa, Petani Maluku Utara Diuntungkan

JAKARTA - Kesejahteraan petani menjadi ukuran utama keberhasilan hilirisasi industri kelapa nasional. Hal itu ditegaskan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat melakukan kunjungan kerja ke pabrik pengolahan kelapa PT NICO di Halmahera Utara.

Amran menegaskan, pemerintah tidak ingin hilirisasi hanya menguntungkan pihak industri, melainkan juga harus memberikan nilai tambah langsung kepada petani di daerah penghasil kelapa.

“Sekarang harga kelapa butir di petani hanya dua sampai tiga ribu rupiah. Kita minta pelaku industri untuk menaikkan harga beli supaya petani untung. Jangan sampai nilai tambah berhenti di pabrik. Kalau harga dinaikkan sedikit, saya bantu 10 ribu hektare untuk seluruh Maluku Utara,”
tegas Mentan Amran.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah memastikan harga jual kelapa di tingkat petani meningkat, seiring berkembangnya industri pengolahan dalam negeri.

Program 10 Ribu Hektare Kelapa di Maluku Utara Dimulai 2026

Untuk memperkuat rantai pasok dan memastikan kesejahteraan petani, pemerintah telah menyiapkan program pengembangan 10 ribu hektare lahan kelapa baru di Maluku Utara mulai 2026. Program ini merupakan bagian dari strategi nasional memperkuat hilirisasi komoditas perkebunan berbasis daerah.

Mentan Amran menyebutkan, langkah ini juga merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto agar sektor pertanian tidak berhenti di hulu.

“Bapak Presiden Prabowo Subianto menekankan agar pertanian kita tidak berhenti di hulu. Petani harus merasakan langsung nilai tambah. Tidak cukup hanya tanam, tapi juga olah dan jual dalam bentuk bernilai tinggi,”
ujarnya.

Ia juga mencontohkan keberhasilan industri kelapa di Maluku Utara yang kini menembus pasar ekspor ke Tiongkok, Asia, Amerika, dan Eropa. Produk seperti coconut milk, virgin coconut oil (VCO), tepung kelapa, nata de coco, hingga arang tempurung menjadi bukti bahwa hilirisasi bisa dimulai dari desa.

“Yang membanggakan, ekspor ini dari Maluku Utara. Ini tonggak sejarah, karena kita tidak lagi kirim bahan mentah, tapi produk jadi dari daerah,”
ujar Amran penuh optimisme.

Nilai Ekonomi Kelapa Bisa Naik Seribu Persen

Lebih lanjut, Mentan Amran menjelaskan bahwa nilai ekonomi kelapa akan meningkat hingga seribu persen apabila diolah menjadi produk turunan.

“Bayangkan, kelapa butir hanya tiga ribu rupiah. Tapi kalau diolah jadi coconut milk atau coconut water, nilainya bisa mencapai 40–50 ribu rupiah. Inilah pentingnya hilirisasi dan harga petani yang adil,”
jelasnya.

Selain memberi nilai tambah bagi petani, pengembangan industri kelapa juga berdampak signifikan terhadap perekonomian lokal. Keberadaan pabrik pengolahan seperti PT NICO dan PT Dewa Coco telah membuka ribuan lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar wilayah operasional.

“Perusahaan seperti ini harus kita jaga. Mereka membuka lapangan kerja dan menurunkan kemiskinan,”
tutur Amran.

Program hilirisasi ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan, di mana petani, pelaku industri, dan pemerintah daerah memperoleh manfaat secara seimbang.

Dukungan Daerah dan Potensi Besar Maluku Utara

Dukungan terhadap langkah Kementerian Pertanian juga datang dari pemerintah daerah. Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah pusat terhadap pengembangan komoditas unggulan daerah.

“Potensi kita luar biasa, lebih dari 150 ribu hektare kelapa produktif. Dengan dukungan 10 ribu hektare tambahan dan harga beli yang lebih baik, kesejahteraan petani pasti meningkat,”
ujarnya.

Hal senada diungkapkan Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua, yang menilai inisiatif Mentan Amran membawa semangat baru bagi pengembangan sektor perkebunan di daerah.

“Kami sangat mendukung langkah Pak Mentan. Inovasinya sejalan dengan visi kami di daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat industri kelapa lokal,”
kata Piet Hein.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa luas lahan kelapa di Maluku Utara mencapai 158.953 hektare dengan potensi produksi lebih dari 1 miliar butir per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 76 persen telah terserap oleh industri pengolahan.

Namun, Mentan Amran menilai masih terdapat ruang besar untuk memperbaiki rantai pasok dan memperluas ekspor produk turunan.

“Kita ingin Maluku Utara menjadi pusat hilirisasi kelapa Indonesia. Dari sini, kita buktikan bahwa desa mampu menembus pasar dunia. Kuncinya satu: harga petani harus naik, industri harus tumbuh, dan semua pihak harus untung,”
pungkasnya.

Hilirisasi Jadi Pilar Pertanian Modern Indonesia

Upaya hilirisasi yang kini didorong Kementerian Pertanian bukan hanya soal peningkatan ekspor, tetapi juga transformasi ekonomi pedesaan. Dengan mendorong petani untuk tidak sekadar menjual bahan mentah, tetapi mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai tinggi, Indonesia dapat memperkuat daya saing global sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani secara nyata.

Langkah Mentan Amran di Maluku Utara menjadi contoh konkret dari kebijakan pembangunan pertanian berbasis daerah yang berorientasi hasil dan kesejahteraan rakyat. Ketika petani mendapatkan harga adil, industri tumbuh, dan ekspor meningkat, maka hilirisasi kelapa bukan hanya program — tetapi gerakan ekonomi baru bagi Indonesia Timur dan seluruh Nusantara.

Terkini