JAKARTA - Meski AC Milan kini berada di puncak klasemen Serie A, Massimiliano Allegri menegaskan bahwa timnya belum pantas berbicara tentang perebutan Scudetto. Bagi pelatih asal Livorno itu, target utama Rossoneri musim ini tetap realistis: menembus empat besar dan mengamankan tiket Liga Champions.
Kemenangan 2-1 atas Fiorentina memang membawa Milan naik ke posisi teratas, tetapi Allegri memilih untuk meredam euforia yang mulai tumbuh di antara para pendukung dan pemainnya. Dalam konferensi pers usai pertandingan, ia menekankan bahwa perjalanan musim masih sangat panjang dan stabilitas menjadi kunci.
“Menang itu penting, karena membawa kami selangkah lebih dekat ke tujuan utama: memastikan tempat di Liga Champions,” kata Allegri.
“Kami baru menjalani tujuh pertandingan. Tidak ada ruang untuk bicara soal ‘breakaway’. Kami harus melangkah perlahan dan tetap berpijak di bumi.”
Pernyataan itu menegaskan gaya khas Allegri yang selalu mengedepankan pendekatan pragmatis dan terukur. Ia bahkan telah memasang patokan matematis bagi timnya — Milan harus meraih minimal 74 poin untuk memastikan posisi aman di empat besar.
Fokus pada Stabilitas, Bukan Sekadar Euforia
Bagi Allegri, kemenangan demi kemenangan bukan alasan untuk terlalu percaya diri. Ia menegaskan bahwa Milan harus fokus pada progres internal, bukan membandingkan diri dengan rival seperti Inter Milan atau Napoli.
“Kami perlu meraih 74 poin, tanpa memikirkan apa yang dilakukan tim lain,” tegasnya.
Kemenangan atas Fiorentina pun tidak lepas dari kontroversi. Penalti yang diberikan kepada Milan sempat memicu perdebatan, tetapi Allegri enggan terjebak dalam polemik. Ia memilih melihat hasil positif itu sebagai bagian dari proses pembentukan mental juara dalam skuadnya.
Pelatih berusia 58 tahun itu menekankan bahwa setiap tim besar akan melalui fase sulit. Oleh karena itu, menjaga konsistensi performa dari awal hingga akhir musim menjadi kunci keberhasilan Milan di Serie A.
“Musim masih sangat panjang. Kami harus tetap tenang dan fokus memperbaiki hal-hal kecil di setiap laga,” tambah Allegri.
Pertahanan Jadi Fondasi Menuju Juara
Di bawah kendali Allegri, AC Milan kembali menunjukkan kedisiplinan defensif yang menjadi ciri khasnya. Dari tujuh laga pembuka, Rossoneri hanya kebobolan empat gol, menjadikannya tim dengan rekor pertahanan terbaik kedua di Italia, hanya kalah dari AS Roma.
Disiplin taktik dan organisasi yang rapi menjadi alasan utama stabilitas Milan di awal musim ini. Meskipun beberapa pemain kunci seperti Christian Pulisic dan Adrien Rabiot harus absen karena cedera, performa tim tetap solid berkat pengaruh besar Luka Modric di lini tengah.
“Pengalaman Modric membuat perbedaan besar. Dia membantu menjaga ritme dan keseimbangan tim,” ungkap Allegri dalam sesi wawancara singkat.
Selain itu, Rafael Leao juga tampil gemilang dengan dua gol ke gawang Fiorentina — termasuk satu dari titik putih yang sempat menimbulkan perdebatan. Namun bagi Allegri, yang terpenting adalah tiga poin yang diraih di San Siro dan kontribusi seluruh tim dalam menjaga bentuk permainan.
“Yang membuat saya bangga bukan hanya gol Leao, tapi cara tim bertahan dan mengontrol ritme pertandingan,” ujarnya.
Standar Tinggi Allegri: Maksimal 25 Gol Kebobolan
Allegri dikenal sebagai pelatih yang menganut filosofi efektivitas dan keseimbangan. Ia percaya bahwa gelar juara hanya bisa diraih jika pertahanan tim tetap kokoh hingga akhir musim.
“Untuk menargetkan gelar, Milan harus membatasi kebobolan maksimal 20 hingga 25 gol sepanjang musim,” tegasnya.
Pendekatan ini bukan hal baru bagi Allegri. Saat menukangi Juventus di masa lalu, ia sukses meraih beberapa Scudetto dengan strategi serupa — memprioritaskan pertahanan rapat, efisiensi serangan, dan kesabaran dalam membangun momentum kemenangan.
Filosofi itu kini kembali ia terapkan di Milan. Alih-alih bermain agresif di setiap laga, Allegri lebih memilih permainan yang terukur dan realistis, memastikan bahwa setiap poin yang diraih adalah hasil dari kerja taktis yang matang.
Ia juga menegaskan bahwa konsistensi lebih penting daripada posisi sementara di klasemen. Bagi Allegri, tim yang bisa menjaga stabilitas selama 38 pertandinganlah yang pantas berbicara soal gelar juara.
“Scudetto bukan dimenangkan di bulan Oktober, tetapi di bulan Mei. Konsistensi, bukan euforia, yang menentukan segalanya,” tutup Allegri.
Luka Modric, Pemimpin Baru di Tengah Generasi Muda
Salah satu faktor yang membuat Milan tampil lebih stabil musim ini adalah kehadiran Luka Modric. Gelandang berusia 40 tahun itu membawa pengaruh besar di ruang ganti dan lapangan. Dengan pengalaman segudang dari Real Madrid, Modric menjadi figur panutan bagi para pemain muda Milan.
Fikayo Tomori bahkan sempat memuji pengaruh Modric dalam tim:
“Modric adalah pemain yang bisa membawa ketenangan di momen sulit. Dia seperti Ibrahimovic dulu, pemimpin sejati di ruang ganti,” ujar Tomori.
Allegri pun menyadari betapa pentingnya sosok Modric untuk menjaga keseimbangan tim, terutama di laga-laga besar. Kombinasi antara pengalaman pemain senior dan semangat pemain muda menjadi fondasi yang menjanjikan bagi Milan musim ini.
Realisme di Balik Ambisi
Massimiliano Allegri tahu benar bahwa jalan menuju Scudetto tidak cukup dengan euforia dan keyakinan. Ia memilih pendekatan rasional, menekankan pentingnya pertahanan kokoh, disiplin taktik, dan pengumpulan poin secara konsisten.
Dengan target 74 poin dan kebobolan di bawah 25 gol, Milan di bawah Allegri tengah membangun fondasi yang kuat — bukan hanya untuk bertahan di puncak, tetapi juga untuk kembali menjadi kekuatan utama di Serie A.