JAKARTA - Malam yang seharusnya menjadi momen spesial bagi Stefano Pioli justru berubah menjadi malam penuh amarah dan kekecewaan. Kekalahan Fiorentina dari AC Milan dengan skor 1-2 membuat kesabaran sang pelatih veteran benar-benar habis.
Dalam sesi wawancara pascalaga, Pioli tak lagi menahan diri dan melontarkan kritik tajam, bukan hanya untuk wasit, tapi juga untuk para pengkritik yang dianggap tak objektif menilai perjuangan timnya.
Pertandingan di San Siro menjadi laga ke-500 Pioli di Serie A dan bertepatan dengan usianya yang akan menginjak 60 tahun. Namun, alih-alih menjadi perayaan, kekalahan kontroversial atas Milan justru mengobarkan amarahnya di depan publik.
Pioli Balik Semprot Kritik Tajam Luca Toni
Kemarahan Pioli semakin meledak ketika diwawancarai oleh DAZN. Situasi memanas setelah mantan striker Fiorentina, Luca Toni, mempertanyakan reaksi tim saat tertinggal dari Milan. Pioli merasa komentar Toni menyudutkan skuadnya tanpa memahami dinamika permainan yang sebenarnya terjadi.
“Apakah Anda menonton pertandingan ini atau tidak? Apakah Anda hanya memeriksa hasilnya?” semprot Pioli dengan nada tinggi.
“Milan hanya punya satu tembakan ke gawang, performa kami ada di sana sepanjang laga melawan tim yang kini berada di puncak klasemen,” lanjutnya dengan ekspresi penuh emosi.
Bagi Pioli, kritik yang datang dari luar lapangan terlalu menitikberatkan pada skor akhir, bukan pada usaha dan performa tim di atas lapangan. Padahal, menurutnya, Fiorentina tampil cukup solid menghadapi tim yang sedang dalam performa terbaik.
Ruang Ganti Tetap Solid, Masalah Hanya di Hasil
Meski situasi panas di luar lapangan, Pioli menegaskan kondisi internal timnya baik-baik saja. Ia menolak anggapan bahwa kekalahan demi kekalahan telah memecah belah ruang ganti Fiorentina.
“Saya sadar kami berada di papan bawah dan saya bertanggung jawab, tapi tidak benar bahwa Anda adalah tim hebat jika menang dan tim buruk jika kalah,” tegas Pioli.
“Ini adalah tim yang percaya pada pekerjaan ini, memberikan segalanya dan tidak ada masalah di ruang ganti. Hanya hasil yang bertentangan dengan kami, itu saja,” lanjutnya.
Pioli menyebut para pemain tetap menunjukkan sikap profesional dan komitmen tinggi. Mereka, katanya, selalu bekerja keras di lapangan meski hasil akhir belum berpihak. Ini menjadi pembelaan tegas bagi skuad La Viola yang kini tengah dalam periode sulit.
Pioli Siap Pasang Badan dan Ambil Tanggung Jawab
Di balik kemarahannya, Pioli tidak berusaha lari dari tanggung jawab. Ia mengakui bahwa raihan tiga poin dari tujuh pertandingan adalah catatan buruk bagi Fiorentina. Ia sadar beban sebagai pelatih berada di pundaknya.
“Ini adalah salah satu alasan mengapa saya sangat kecewa dengan hasil ini,” ungkap Pioli.
“Fiorentina berinvestasi besar dalam proyek ini, mereka menaruh begitu banyak kepercayaan pada saya dan pekerjaan saya, tetapi hasilnya tidak datang, jadi kami harus berusaha berbuat lebih baik,” ucapnya.
Direktur klub Daniele Pradè pun telah menyatakan dukungan kepada Pioli, tetapi tekanan untuk membalikkan keadaan tetap sangat besar. Pioli kini berada dalam situasi krusial, di mana perubahan hasil harus segera terjadi bila ingin mempertahankan posisinya.
Malam Pahit di San Siro, Awal Tekanan Berat
Ironisnya, semua emosi ini memuncak pada malam yang seharusnya menjadi perayaan pribadi bagi Pioli. Kembali ke San Siro—stadion yang pernah menjadi rumahnya—membuat pertandingan ini begitu emosional. Namun kenyataan di lapangan jauh dari harapan.
Fiorentina unggul lebih dulu lewat gol Robin Gosens, tetapi kemudian AC Milan bangkit lewat dua gol Rafael Leao. Skor 1-2 menjadi akhir pahit bagi Pioli dan anak asuhnya.
“Kami menciptakan lebih banyak peluang dengan Nicolussi Caviglia, memindahkan Fagioli dan Mandragora ke posisi yang lebih maju,” jelas Pioli ketika menjelaskan perubahan taktiknya.
“Kami bisa saja memiliki lebih banyak umpan vertikal, tetapi performanya ada di sana,” pungkasnya.