Danantara Salurkan Dana Perkuat Pasar Modal Indonesia 2025

Jumat, 17 Oktober 2025 | 10:24:52 WIB
Danantara Salurkan Dana Perkuat Pasar Modal Indonesia 2025

JAKARTA - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara, sebagai lembaga pengelola investasi strategis pemerintah, berencana menyalurkan dana hasil dividen BUMN sebesar Rp16 triliun ke pasar modal Indonesia. 

Langkah ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas dan stabilitas pasar saham domestik.Melalui dana hasil dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Danantara akan menyalurkan dana sebesar Rp16 triliun ke pasar modal. 

Rencana ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas sekaligus menopang stabilitas Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam menghadapi tantangan global dan volatilitas pasar yang masih berlangsung.

Chief Investment Officer BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menegaskan bahwa pengelolaan dana sebesar Rp16 triliun ini harus dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat, yakni selama dua bulan pada tahun 2025. 

Oleh karenanya, strategi investasi harus mengutamakan instrumen yang cepat dan likuid agar penyaluran dana dapat berjalan efektif dan tepat waktu.

“Kami hanya punya waktu dua bulan, jadi harus memilih instrumen paling cepat dan likuid. Salah satunya pasar surat utang (bond market), dan kami juga tertarik masuk ke public market equity,” ungkap Pandu.

Surat Berharga Negara Sebagai Instrumen Awal

Langkah awal Danantara dalam menyalurkan dana tersebut adalah melalui investasi di Surat Berharga Negara (SBN). Instrumen ini dipilih karena memiliki karakteristik aman dan sangat likuid, yang memungkinkan dana bergerak cepat sekaligus memberikan jaminan keamanan bagi investor. 

Namun, Pandu menegaskan bahwa penempatan dana pada SBN bersifat sementara dan hanya sebagai langkah awal dalam strategi investasi.

“Untuk jangka panjang, investasinya akan dikombinasikan antara pasar modal dan bond market,” tambah Pandu.

Ini menandakan bahwa Danantara berencana mendiversifikasi portofolionya antara saham dan obligasi agar risiko dapat diminimalkan sekaligus memaksimalkan peluang keuntungan.

Meski begitu, Pandu juga menyoroti rendahnya nilai transaksi harian di BEI yang baru mencapai sekitar US$988 juta.

Angka ini masih jauh dari target ideal yang menurutnya harus mencapai antara US$5 hingga 8 miliar per hari. 

“Kita tidak boleh kalah dari India,” tegas Pandu, mengindikasikan target ambisius Danantara untuk meningkatkan volume transaksi pasar saham domestik yang menjadi tolok ukur kesehatan pasar modal nasional.

Peran Liquidity Provider dan Dampaknya pada IHSG

Selain sebagai investor, Danantara juga mengambil peran sebagai liquidity provider di pasar saham. Dalam peran ini, Danantara akan membantu menjaga likuiditas dan stabilitas harga saham, khususnya pada saham-saham besar yang memiliki pengaruh besar terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

Dengan total dana investasi yang siap digelontorkan mencapai US$10 miliar, Danantara mengalokasikan sekitar 5-10 persen dana tersebut, atau setara dengan Rp8,29 hingga Rp16,58 triliun, untuk memperkuat pasar modal Indonesia. 

Langkah ini penting mengingat IHSG hingga kini masih berada di kisaran level 8.000-an, dan perlu dorongan untuk terus bertahan dan berkembang.

Hingga penutupan perdagangan pada Kamis (16/10), IHSG berhasil menguat 0,91 persen ke posisi 8.124,75. Saham-saham perbankan pelat merah juga menunjukkan tren positif, seperti BBNI yang naik 2,12 persen, BMRI menguat 0,99 persen, dan BBRI meningkat 0,86 persen. 

Kinerja positif ini menjadi sinyal baik bahwa pasar modal domestik mulai menunjukkan tanda-tanda stabilitas setelah beberapa waktu menghadapi tekanan.

Saham Unggulan dan Sektor Prioritas

Dalam menyalurkan dana besar tersebut, Danantara diprediksi akan mengincar saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan fundamental kuat. 

Selain sektor perbankan, saham di sektor energi dan konstruksi juga diperkirakan menjadi incaran, sejalan dengan fokus pemerintah pada pembangunan proyek hijau dan transisi energi.

Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, menilai bahwa alokasi dana Danantara akan lebih efektif jika lebih banyak diarahkan ke pasar saham dibandingkan surat berharga negara. 

“Investasi di pasar saham bisa memperbesar transaksi harian dan menjaga indeks. Tapi idealnya, sebagian besar dana tetap diarahkan ke proyek riil yang punya efek berganda bagi masyarakat dan industri,” jelas Budi.

Ekky Topan, Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, menambahkan bahwa kehadiran Danantara sebagai liquidity provider sangat penting dalam meredam volatilitas dan menjaga stabilitas pasar. 

“Suntikan dana ini dapat membantu menjaga likuiditas dan meredam volatilitas, terutama di saham-saham besar,” ujarnya. 

Namun, Ekky mengingatkan bahwa efek pada IHSG kemungkinan bersifat stabilisasi jangka pendek dan bukan pendorong utama kenaikan karena faktor eksternal masih sangat mempengaruhi pasar.

Menurut Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, dana jumbo dari Danantara akan menjadi modal penting untuk menopang likuiditas dan menarik minat investor institusi maupun asing. 

Ia memprediksi saham BUMN konstruksi seperti WIKA dan ADHI akan bangkit seiring pelaksanaan proyek hijau Danantara, sedangkan sektor energi seperti TPIA dan BRPT berpotensi menjadi motor utama transisi energi nasional.

Analis dari Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, juga menyoroti sektor perbankan dan energi terbarukan yang tetap menarik untuk investasi. Ia merekomendasikan saham BBRI dengan target harga Rp5.025, BMRI pada Rp5.200, dan PGEO (energi terbarukan) dengan target Rp1.500.

Strategi Jangka Menengah Hingga Panjang

Ekky Topan menyarankan investor untuk mengakumulasi saham-saham dengan fundamental kuat yang berkaitan dengan proyek strategis nasional, seperti di sektor energi, infrastruktur, dan hilirisasi mineral. 

“Sambil menunggu kejelasan realisasi proyek Danantara, investor bisa mengambil posisi jangka menengah hingga panjang,” sarannya.

Penyaluran dana dividen BUMN ke pasar modal ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional. Selain memperkuat likuiditas, langkah strategis ini dapat menarik lebih banyak investor asing dan menjaga stabilitas IHSG di tengah ketidakpastian global yang terus membayangi.

Apabila rencana injeksi dana hingga Rp16 triliun ini terealisasi dengan baik, maka akan menjadi nafas baru bagi pasar modal Indonesia untuk mencapai target transaksi harian yang bernilai miliaran dolar, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Danantara melalui penyaluran dana dividen BUMN yang besar ke pasar modal menegaskan komitmennya untuk memperkuat likuiditas dan menjaga stabilitas Bursa Efek Indonesia. 

Strategi investasi yang mengedepankan instrumen likuid seperti SBN di tahap awal, dilanjutkan dengan investasi di pasar saham unggulan, menunjukkan pendekatan yang terukur dan adaptif terhadap dinamika pasar.

Sebagai liquidity provider, Danantara memegang peran vital dalam menjaga kelangsungan pasar modal yang sehat dan menarik bagi berbagai kalangan investor, baik domestik maupun asing. 

Kolaborasi yang baik antara pemerintah, pelaku pasar, dan institusi keuangan diharapkan akan mewujudkan pasar modal Indonesia yang lebih besar, stabil, dan mampu memberikan kontribusi nyata pada pembangunan ekonomi nasional.

Terkini