Sinopsis Film Jembatan Shiratal Mustaqim Sarat Pesan Moral Religius

Jumat, 03 Oktober 2025 | 11:59:41 WIB
Sinopsis Film Jembatan Shiratal Mustaqim Sarat Pesan Moral Religius

JAKARTA - Film horor religi Jembatan Shiratal Mustaqim dijadwalkan tayang di bioskop pada 9 Oktober mendatang. 

Kehadirannya menjadi sorotan bukan hanya karena mengusung genre horor religi yang masih jarang dieksplorasi, tetapi juga karena keberanian mengangkat isu korupsi sebagai pesan utama.

Film ini tidak hanya mengandalkan ketegangan khas horor, tetapi juga berusaha memberi refleksi moral dan kritik sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Berikut sejumlah fakta menarik di balik proses produksi dan pesan yang ingin dibawa.

Mengangkat Isu Korupsi Sebagai Dosa Sosial

CEO Dee Company sekaligus produser, Dheeraj Kalwani, menekankan bahwa film ini memiliki tujuan yang jelas, yakni mengangkat isu korupsi yang dianggap sebagai dosa sosial terbesar.

"Film ini bukan hanya untuk mewujudkan visual, tapi membicarakan tentang korupsi. Korupsi adalah dosa besar, dosa sosial yang merampas hak-hak rakyat," tegas Dheeraj.

Dengan demikian, film tidak hanya hadir untuk menakut-nakuti penonton, tetapi juga mengajak mereka merenungkan bagaimana korupsi dapat menghancurkan tatanan masyarakat. 

Pesan moral ini menempatkan film horor pada fungsi yang lebih luas: bukan sekadar hiburan, melainkan sarana edukasi.

Horor Tanpa Hantu Konvensional

Berbeda dengan film horor lokal kebanyakan, sutradara Bounty Umbara memilih jalur unik. Film ini tidak menampilkan sosok hantu secara fisik. Unsur menakutkan dibangun dari visualisasi rasa takut, konsekuensi dosa, dan halusinasi para karakter.

"Kalau bedanya dengan film horor lain, yang pasti di sini enggak ada setan. Setan tuh bukan seperti di film-film horor, tapi lebih ke bentuk halusinasi," jelas Bounty.

Pendekatan ini membuat ketegangan hadir lewat psikologi karakter, bukan sekadar penampakan gaib. Dengan konsep religi, film ini justru lebih mendekatkan penonton pada makna spiritual di balik rasa takut.

Kehadiran Angelina Sondakh

Momen menarik terjadi saat pemutaran perdana, ketika Angelina Sondakh turut hadir. Mantan politisi ini menilai film memiliki relevansi kuat dengan kenyataan sosial di Indonesia. Ia menyoroti bagaimana film berhasil memperlihatkan logika yang kerap digunakan untuk membenarkan korupsi.

"Banyak sekali penyesatan-penyesatan dalam setiap kalimat yang akhirnya orang baik-baik bisa jadi enggak baik," kata Angelina.

Komentarnya menambah bobot pesan film, mengingat ia sendiri pernah terlibat langsung dalam kasus korupsi. Kehadirannya menjadi refleksi nyata bagaimana korupsi bisa menjerat siapa saja.

Lokasi Syuting yang Penuh Tantangan

Film ini semakin menarik karena memilih lokasi syuting yang otentik. Latar belakang pasca bencana tsunami digunakan sebagai tempat pengambilan gambar, alih-alih set buatan.

Eduward Manalu, salah satu aktor, menggambarkan betapa beratnya kondisi tersebut.

"Latihannya di tempat yang rata, pakai matras empuk. Pas di tempat real-nya, jatuh mati nih kayaknya," ungkapnya sambil berkelakar.

Mike Lucock menambahkan bahwa ia bahkan sempat menyembunyikan cedera agar tidak mengganggu konsentrasi lawan main dalam adegan laga. Dedikasi ini menunjukkan kerja keras para pemain untuk menjaga kualitas akting meski di tengah risiko tinggi.

Referensi Peran Koruptor

Aktor senior Agus Kuncoro mendapat peran penting sebagai Alim Budiman, seorang pejabat korup. Menariknya, Agus mengaku tidak kesulitan mencari referensi untuk peran ini.

"Begitu banyak referensi di negeri tercinta ini untuk saya create menjadi sosok Alim. Yang pasti, sangat mudah mendapatkan referensi di negeri ini untuk menjadi seorang koruptor," kata Agus dengan nada satire.

Pernyataan ini menyinggung kenyataan pahit bahwa perilaku korupsi begitu dekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi sangat mudah dipelajari dan divisualisasikan.

Pesan Moral Melalui Horor

Film Jembatan Shiratal Mustaqim menegaskan bahwa horor sejati bukanlah sekadar sosok gaib, melainkan konsekuensi dari dosa yang dilakukan manusia. 

Dengan mengangkat isu korupsi, film ini ingin mengingatkan bahwa ketakutan paling besar justru datang dari diri sendiri ketika moral dilanggar.

Halusinasi, rasa bersalah, dan penyesalan menjadi elemen utama yang membangun suasana horor. Melalui pendekatan ini, film bukan hanya membuat penonton merinding, tetapi juga mengajak merenung.

Refleksi Sosial yang Relevan

Kombinasi isu korupsi dan genre horor religi membuat film ini berbeda dari biasanya. Kehadirannya menambah variasi tema dalam perfilman nasional, sekaligus membuka ruang bagi penonton untuk berdiskusi tentang persoalan sosial nyata.

Pesan moral yang kuat, ditambah kehadiran tokoh-tokoh publik seperti Angelina Sondakh dan peran satire Agus Kuncoro, memperkuat relevansi film dengan kondisi Indonesia. Selain itu, pemilihan lokasi syuting yang autentik membuat cerita semakin hidup.

Film horor religi Jembatan Shiratal Mustaqim menghadirkan pendekatan baru dengan menjadikan isu korupsi sebagai inti cerita. Tanpa menampilkan hantu konvensional, film ini tetap berhasil membangun ketegangan melalui rasa bersalah dan konsekuensi dosa.

Kehadiran pemain yang total, lokasi syuting yang penuh tantangan, hingga komentar tokoh publik menambah daya tarik film ini. Pesan utamanya jelas: korupsi adalah dosa besar yang menakutkan, bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia spiritual.

Dengan tayang pada 9 Oktober, film ini diharapkan bukan sekadar menjadi tontonan menegangkan, tetapi juga sarana refleksi sosial. Horor sejati bukan pada hantu, melainkan ketika manusia kehilangan moralnya.

Terkini